Mohon tunggu...
Indiera Rizky Dwirani
Indiera Rizky Dwirani Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010148

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Penerapan Penyebab Kasus Korupsi di Indonesia Pendekatan Robert Klitgaard, dan Jack Bologna

20 November 2024   18:38 Diperbarui: 20 November 2024   18:38 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PPT Modul Dosen Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG.

Selain itu, pembentukan budaya anti-korupsi yang kuat melalui pendidikan dan kesadaran publik sangat penting. Pemerintah perlu menunjukkan komitmennya untuk memberantas korupsi dengan memberi contoh yang baik dan memastikan bahwa setiap tindakan yang melanggar hukum akan mendapat konsekuensi yang tegas. Peran media dan masyarakat sipil juga sangat penting dalam menciptakan pengawasan publik yang lebih efektif, serta memberikan tekanan terhadap pejabat dan lembaga untuk bertindak transparan dan akuntabel. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah pentingnya kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam memerangi korupsi. Ketiga pihak ini harus berperan aktif dalam menciptakan ekosistem yang mendukung kebijakan yang bersih dan bebas dari korupsi. 

Contoh kasus: Korupsi BLBI Rp138,4 triliun 

Kasus korupsi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) pada tahun 1997-1998 merupakan salah satu skandal ekonomi terbesar di Indonesia, yang menyebabkan kerugian negara yang sangat besar. Pada masa itu, Indonesia mengalami krisis moneter yang menyebabkan banyak bank swasta kesulitan likuiditas. Bank Indonesia (BI) kemudian memberikan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) sebagai bantuan darurat untuk menyelamatkan bank-bank yang terancam gulung tikar, agar sistem perbankan Indonesia tidak runtuh. 

Namun, dana BLBI yang diberikan justru disalahgunakan. Dana tersebut digunakan tidak sesuai dengan tujuan awal, yaitu untuk menyelamatkan keuangan bank-bank yang mengalami kesulitan. Sebaliknya, banyak pihak yang terlibat dalam penyaluran dana ini yang menggunakan dana tersebut untuk kepentingan pribadi. Beberapa bank malah mengalihkan dana tersebut untuk menutupi kerugian pribadi pemilik bank atau untuk membayar utang yang tidak ada kaitannya dengan operasi bank tersebut. 

Penyalahgunaan dana BLBI ini melibatkan pengusaha-pengusaha besar yang memiliki hubungan dekat dengan pemilik bank, yang mengalihkan dana BLBI ke rekening pribadi atau untuk tujuan lain yang tidak sesuai dengan peruntukan bantuan. Akibat penyalahgunaan ini, kerugian negara yang disebabkan oleh kasus BLBI sangat besar, diperkirakan mencapai sekitar Rp 144 triliun. Kerugian ini berasal dari jumlah dana yang disalurkan oleh Bank Indonesia kepada bank-bank yang bermasalah dan tidak dikembalikan. 

Selain itu, dana BLBI tidak hanya digunakan untuk menyelamatkan bank-bank yang membutuhkan, tetapi juga digunakan untuk memperkaya diri sendiri oleh sejumlah pihak yang terlibat dalam skandal ini. Meski sejumlah tokoh penting dan pengusaha yang terlibat telah diperiksa, proses hukum terhadap mereka berjalan sangat lambat dan banyak yang merasa bahwa hukuman yang dijatuhkan tidak setimpal dengan perbuatan mereka. Kasus ini menjadi sorotan karena tidak hanya merugikan negara, tetapi juga menunjukkan lemahnya sistem pengawasan dalam penyaluran dana publik yang sangat besar. 

Penyalahgunaan dana BLBI ini memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang sudah terimbas krisis moneter. Dana yang seharusnya digunakan untuk menstabilkan perbankan dan mencegah keruntuhan ekonomi justru digunakan untuk menutupi kerugian yang tidak terkait dengan tujuan awal penyaluran. Proses hukum yang lambat dan minimnya hukuman bagi pihak yang terlibat semakin memperburuk citra sistem hukum di Indonesia pada masa itu. 

Kasus BLBI memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya pengawasan yang ketat  terhadap pengelolaan dana publik. Ke depannya, transparansi dan akuntabilitas dalam penyaluran bantuan negara menjadi hal yang sangat penting agar kejadian serupa tidak terulang. 

KESIMPULAN 

Korupsi merupakan masalah kompleks yang merusak berbagai aspek kehidupan di Indonesia, baik dari sisi sosial, ekonomi, maupun politik. Pendekatan teori Robert Klitgaard dan Jack Bologna menawarkan dua perspektif berbeda namun saling melengkapi dalam menganalisis penyebab terjadinya korupsi. Klitgaard berfokus pada faktor sistemik dengan menekankan pentingnya transparansi, akuntabilitas, dan pembatasan kewenangan dalam memerangi korupsi, sementara Bologna memandang faktor individu dengan menyoroti tekanan, peluang, dan rasionalisasi sebagai elemen penting yang mendorong seseorang melakukan korupsi. 

Kasus korupsi BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) yang terjadi pada krisis moneter 1997- 1998 menunjukkan bagaimana lemahnya pengawasan dan sistem kelembagaan yang tidak transparan dapat menciptakan peluang besar bagi penyalahgunaan dana negara yang seharusnya digunakan untuk menyelamatkan sektor perbankan. Kasus ini mengilustrasikan bagaimana lemahnya akuntabilitas dan mekanisme kontrol berkontribusi pada korupsi dalam skala besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun