Mohon tunggu...
Indiera Rizky Dwirani
Indiera Rizky Dwirani Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010148

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Penerapan Penyebab Kasus Korupsi di Indonesia Pendekatan Robert Klitgaard, dan Jack Bologna

20 November 2024   18:38 Diperbarui: 20 November 2024   18:38 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PPT Modul Dosen Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG.

Robert Klitgaard dan Jack Bologna menawarkan perspektif yang berbeda namun saling melengkapi dalam memahami dan menganalisis korupsi. Kedua pendekatan ini menekankan identifikasi penyebab mendasar dari korupsi, dengan fokus pada peluang sebagai elemen kunci dalam terjadinya korupsi. Dalam pendekatan Klitgaard, peluang korupsi tercipta melalui monopoli kekuasaan dan kewenangan diskresi yang luas tanpa pengawasan yang memadai. Sementara itu, pendekatan Bologna mengaitkan peluang korupsi dengan kelemahan dalam sistem pengawasan dan kontrol yang ada, serta dengan tekanan sosial atau ekonomi yang dapat mendorong individu untuk melakukan tindakan korupsi. 

Kedua pendekatan ini sepakat bahwa akuntabilitas adalah faktor penting dalam mencegah terjadinya korupsi. Klitgaard menyoroti bagaimana kekurangan akuntabilitas dalam sistem pemerintahan dapat menciptakan ruang bagi korupsi untuk berkembang. Begitu juga dengan Bologna, yang menekankan pentingnya pengawasan yang efektif serta pemahaman dan pendidikan tentang integritas untuk mencegah individu melakukan rasionalisasi terhadap tindakan korupsi. 

Namun, terdapat perbedaan signifikan antara keduanya. Pendekatan Klitgaard lebih bersifat struktural dan kelembagaan, dengan mengajukan formula Corruption = Monopoly + Discretion - Accountability. Klitgaard melihat bahwa struktur kelembagaan yang tidak transparan, dengan adanya monopoli dan kewenangan diskresi yang besar, menciptakan peluang bagi korupsi. Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan Klitgaard berfokus pada reformasi kelembagaan, seperti pembatasan kewenangan, peningkatan transparansi, dan penguatan akuntabilitas di lembaga-lembaga pemerintah.

Sementara itu, pendekatan Bologna lebih bersifat psikologis dan perilaku, menggunakan konsep fraud triangle yang melibatkan tiga elemen utama: tekanan, peluang, dan rasionalisasi. Menurut Bologna, individu yang berada dalam tekanan, baik itu sosial atau ekonomi, seringkali mencari peluang untuk melakukan korupsi, yang kemudian mereka rasionalisasikan sebagai tindakan yang dapat dibenarkan. Solusi yang ditawarkan Bologna berfokus pada pengurangan tekanan eksternal pada individu, penguatan sistem pengawasan, serta pendidikan dan pelatihan integritas untuk mencegah rasionalisasi terhadap tindakan korupsi. 

Dengan demikian, meskipun keduanya memiliki pendekatan yang berbeda, kedua teori ini saling melengkapi, menawarkan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang penyebab korupsi baik pada tingkat kelembagaan maupun individu. 

Mengapa pendekatan Robert Klitgaard relevan untuk menganalisis kasus korupsi di Indonesia? 

Pendekatan Robert Klitgaard relevan untuk menganalisis kasus korupsi di Indonesia karena memberikan fokus yang jelas pada faktor-faktor kelembagaan yang mendasari terjadinya korupsi. Klitgaard menekankan pentingnya monopoli kekuasaan, kewenangan diskresi yang tidak terkontrol, dan rendahnya tingkat akuntabilitas dalam menciptakan peluang bagi korupsi untuk terjadi. Di Indonesia, masalah-masalah seperti tingginya konsentrasi kekuasaan di lembaga-lembaga pemerintah, kompleksitas birokrasi, dan sistem pengawasan yang lemah membuat penerapan pendekatan Klitgaard sangat relevan. Pendekatan ini membantu menjelaskan mengapa korupsi seringkali merajalela di Indonesia, serta bagaimana kelemahan struktural dalam sistem politik, hukum, dan pemerintahan mempermudah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan. 

Klitgaard memberikan pemahaman yang sistematis mengenai bagaimana korupsi bisa terjadi ketika ada monopoli kekuasaan atau penguasaan sumber daya tertentu, disertai dengan kebebasan diskresi yang luas tanpa diimbangi dengan akuntabilitas yang memadai. Pendekatan ini juga cocok untuk konteks Indonesia, yang dikenal memiliki tingkat korupsi yang tinggi dan kelemahan dalam penegakan hukum, transparansi, serta pengawasan di berbagai tingkatan pemerintahan. Dengan fokus pada perbaikan kelembagaan, seperti pengurangan monopoli kekuasaan, peningkatan transparansi, dan penguatan sistem akuntabilitas, Klitgaard menyediakan kerangka yang relevan dan efektif untuk membentuk strategi anti-korupsi di Indonesia. Pendekatan Klitgaard membantu mengidentifikasi dan menangani akar penyebab korupsi yang bersifat struktural, yang sulit untuk diatasi hanya dengan pendekatan individual atau moralistik saja. 

Bagaimana peluang untuk melakukan korupsi di Indonesia dapat dikurangi dengan mengatasi faktor sistemik dan individu berdasarkan teori Klitgaard dan Bologna? 

Peluang untuk melakukan korupsi di Indonesia dapat dikurangi dengan mengatasi faktor sistemik dan individu berdasarkan teori Robert Klitgaard dan Jack Bologna melalui serangkaian langkah yang berfokus pada perbaikan kelembagaan dan perubahan perilaku individu. 

Faktor Sistemik: Pendekatan Klitgaard 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun