Mohon tunggu...
Debu Semesta
Debu Semesta Mohon Tunggu... Penulis - We are dust of universe, aren't we?

Mencari radar. Find me on instagram @debusemesta__

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hilang - Bagian 1

26 Desember 2021   12:26 Diperbarui: 26 Desember 2021   12:31 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ehm, maaf, Mavis. Tapi saya benar-benar tidak ingin membicarakan mengenai kepenulisan saya."

Mavis merasa ada yang aneh dengan tingkah laku Megi. Meskipun mereka baru akrab beberapa menit yang lalu, tapi Mavis merasakan ada yang janggal dari tingkah laku Megi yang gugup. Biasanya Megi selalu tampil percaya diri dihadapan media saat dirinya diliput ataupun bedah buku membahas mengenai buku bestseller-nya. Sedangkan sekarang ia merasa gelisah hanya berbicara dengan seorang ahli geologi suatu lembaga negara.

Megi beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju jendela dengan kaca besar yang menghadap ke arah timur. Ia melihat sekilas ke jalanan yang padat dengan kendaraan roda empat dan roda dua. Megi hanya menghela napas dan berdiri menatap kekosongan.

"Megi, apakah semuanya baik-naik saja?" suara Mavis memecah keheningan.

Tidak ada yang baik-baik saja, Mavis. Megi berjalan beberapa langkah ke arah Mavis.

"Se-sebenarnya," Megi merasa gugup, "sebenarnya saya sedang mencari ayah saya," ia melanjutkan.

Megi menceritakan bagaimana ia mencari ayahnya yang sudah menghilang sejak dua hari yang lalu, sudah ke berbagai tempat yang sering dikunjungi oleh ayahnya pun ia cari, namun nihil.

"Kenapa tidak lapor polisi saja?" saran Mavis yang masih tidak percaya.

"Itu terlalu berisiko, saya juga malas berurusan dengan polisi," sela Megi.

"Apakah tidak ada tanda-tanda apapun itu untuk mengetahui keberadaan ayahmu?"

"Tentu saja ada!" Megi langsung bersemangat mencari-cari secarik kertas di atas meja yang penuh dengan tumpukan-tumpukan kertas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun