Gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi yang dihasilkan dari kombinasi filosofi, keterampilan, sifat, dan sikap yang sering digunakan seorang pemimpin untuk mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya.
Adapun gaya kepemimpinan 7 presiden Republik Indonesia, sebagai berikut:
1. Dr. Ir. H. Soekarno (Bapak Proklamator, 1945-1967)
Presiden Pertama Indonesia ini dikenal sebagai orang yang berwatak eksplosif, namun bisa menularkan semangat agung kepada orang lain. Soekarno tidak hanya kharismatik dan otoriter, tetapi juga seorang sarjana dan ideolog. Soekarno melakukan pengorbanan besar untuk Indonesia, terutama di mana ia berhasil membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan dan mencapai kemerdekaan.
Dilihat dari gaya kepemimpinannya, Soekarno tidak diragukan lagi termasuk dalam kelompok pemimpin bergaya karismatik yang memiliki pesona, wibawa, dan energi yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain terhadap pengikutnya. Soekarno sangat mahir mengubah persepsi orang lain, sehingga mereka menjadi seperti dia dan bisa membuat mereka mengikuti perintah dan keinginannya dengan suka cita.
Namun dibalik kelebihan yang dimilikinya, Soekarno memiliki kelemahan. Salah satunya, Soekarno adalah sosok yang kurang ulet dalam mengambil keputusan dalam situasi kritis. Hal ini tergambar dalam kasus G30 S/PKI yang merajalela di bawah kepemimpinan Soekarno.
2. Jendral TNI H.M. Soeharto (Bapak Pembangunan, 1967-1998)
Pemerintahan Presiden Soeharto dikenal sebagai zaman orde baru. Kualitas kepemimpinan yang baik dan menonjol dari Presiden Soeharto adalah keberanian, kesederhanaan dan kemampuan untuk mengambil inisiatif dan keputusan yang konsisten dalam semua keputusan yang dibuat.
Gaya kepemimpinan Presiden Soeharto merupakan perpaduan antara gaya kepemimpinan proaktif, ekstraktif dan antisipatif adaptif yang mampu menangkap peluang dan mengidentifikasi tantangan yang berdampak positif serta memiliki visi ke depan dan perlunya langkah penyesuaian secara sadar. Selanjutnya gaya kepemimpinan yang diusung oleh Soeharto dikenal juga dengan gaya kepemimpinan otoriter.
Keberhasilan Soeharto saat menjabat adalah berkontribusi pada pembangunan sekolah, infrastruktur, fasilitas umum dan layanan publik. Beliau juga berkontribusi dalam pengembangan transportasi umum seperti PT. KAI, PT. PAL, PT. PINDA. Di sisi lain Soeharto memiliki kelemahan yaitu ia dikritik atas sikap diktator, penangkapan aktivis hak asasi manusia, pembunuhan massal tahun 1965, operasi militer di Aceh dan keterlibatannya dalam kolusi, korupsi dan nepotisme.
3. Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie (Bapak Teknologi, 1998-1999)
Gaya kepemimpinan Presiden Habibie adalah gaya kepemimpinan dedikatif-fasilitasi, yang merupakan persatuan kepemimpinan demokratis. Pada masa pemerintahan B.J. Habibie, kebebasan pers terbuka lebar, mengarah pada demokratisasi lebih lanjut. Dalam gaya kepemimpinan demokratis, ia melihat perannya terutama sebagai koordinator dan integrator berbagai elemen dan komponen organisasi, sehingga bergerak secara keseluruhan.
B.J. Habibie pada dasarnya adalah seorang liberal karena umur panjang dan dibesarkan di dunia Barat. Gaya komunikatifnya penuh spontanitas, eksplosif, cepat bereaksi tanpa mau memikirkan resiko. Ketika Habibie dalam situasi emosional, ia cenderung bertindak atau mengambil keputusan dengan cepat. Seolah-olah dia telah kehilangan kesabaran untuk menurunkan amarahnya.
Pada masa pemerintahannya, B.J. Habibie memiliki kelebihan yaitu, Pesawat N250 Gatot Kaca yang menjadi bukti bahwa Indonesia mampu membuat produk pesawat sendiri untuk bersaing di kancah Internasional, sedang kelemahannya yaitu terlalu cepat mengambil keputusan tanpa harus mengkaji ulang kebijakan yang dikeluarkan. Keputusannya menunjukkan bahwa B.J. Habibie dianggap terlalu terburu-buru untuk membebaskan Timor Timor.Â
4. K.H. Abdurrahman Wahid (Bapak Pluralisme, 1999-2001)
Gaya kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid adalah kepemimpinan yang responsif dan akomodatif yang berusaha merangkum semua berbagai kepentingan yang diharapkan menjadi kesepakatan atau keputusan yang sah. Diharapkan implementasi dan keputusan yang diputuskan dapat menggerakkan partisipasi aktif para pelaksana di lapangan, karena mereka merasa terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan.
Gus Dur berperan penting dalam menanamkan pada generasi muda perlunya membela pluralisme dan toleransi terhadap perbedaan ras atau kelompok. Namun kelemahan kepemimpinan Gus Dur adalah tidak suka kompromi dan tidak tertantang pendapatnya. Hal ini menimbulkan ketegangan antara Gus Dur dengan birokrat lainnya.
5. Megawati Soekarnoputri (Ibu Wong Cilik, 2001-2004)
Megawati Soekarnoputri memiliki sikap yang tenang dan tampak kurang acuh terhadap masalah. Namun dalam kasus-kasus tertentu, Megawati sudah tegas dalam kepemimpinannya, misalnya dalam masalah BPPN, kenaikan harga BBM dan darurat militer di Aceh Nanggroe Darussalam.
Gaya kepemimpinan non-kekerasan Megawati sangat cocok untuk menghadapi situasi panas yang dihadapi bangsa. Cukup demokratis, tetapi kepribadian Megawati dengan cepat terlihat tertutup dan emosional. Dia alergi terhadap kritik. Komunikasinya didominasi oleh keluhan dan hal-hal negatif dan hampir tidak pernah menyentuh visi dan misi pemerintahannya.
Namun, selama masa jabatannya, ia memiliki kelemahan seperti perilakunya yang pasif dan tertutup. Selain itu, ia dianggap tidak kompeten sebagai pemimpin kharismatik yang sangat berbeda dengan ayahnya, yaitu Soekarno.
6. Susilo Bambang Yudhoyono (Bapak Pertahanan, 2004-2014)
Memiliki gaya kepemimpinan responsif, demokratis, dan proaktif. Â Tipe kepemimpinan dengan gaya keputusan ini selalu mengundang beberapa wakil bawahan, namun keputusan tetap berada di tangan mereka. Selanjutnya, para pemimpin demokratis mencoba mendengarkan pendapat yang berbeda, mengumpulkan dan menganalisis pendapat tersebut untuk membuat keputusan yang tepat.
Secara teori, tipe kepemimpinan ini dapat menerima kritik, kritik juga bertemu dengan kontra kritik. Bukan rahasia lagi bahwa kita sering melihat dan mendengar SBY membalas kritiknya. SBY meyakini kebenaran hanya bisa diperoleh dari wacana publik yang melibatkan sebanyak mungkin elemen masyarakat.
SBY telah berperan dalam pembentukan KPK dan peningkatan kualitas pendidikan melalui sertifikasi guru, peningkatan anggaran dan program LPDP. Kelemahan SBY dalam memimpin adalah lambat dalam mengambil keputusan dan seringkali mengurangi tekad untuk mengambil keputusan. Pemimpin ini terkadang tidak tegas dalam mengeksekusi keputusan karena terkadang enggan menerima begitu banyak informasi dalam proses pembuatan kebijakan.
7. Ir. H. Joko Widodo (Bapak Infrastruktur, 2014-Sekarang)
Konsep  kepemimpinan Jokowi adalah servant, dimana  dalam  konsep  kepemimpinan  ini pemimpin  adalah  menjadi  seorang  pelayan, dimana yang dimaksud adalah Jokowi secara langsung terjun kedalam kehidupan masyarakat dan mengetahui bagaimana nasib dan keluhan yang mereka alami saat ini.
Dikenal juga dengan gaya kepemimpinan filantropis. Dia memainkan peran yang menentukan dalam pembangunan infrastruktur dan transparansi birokrasi. Banyak hal yang sebelumnya sulit diatur karena birokrasi yang rumit kini bisa dilakukan secara online. Pengembangan One Data (BIG), pedoman pendaftaran CPNS online, pembayaran pajak, dan manajemen keimigrasian menciptakan birokrasi yang lebih bersih.
Kelemahan Jokowi dalam memerintah adalah ia mendapat banyak kritik karena terjebak dalam politik oligarki, tanggapannya terhadap masalah SARA, dan sikapnya yang cenderung lamban dan bimbang dalam menyelesaikan masalah negara.
Demikianlah, artikel ini saya terbitkan yang mana merupakan tugas saya dari mata kuliah Kepemimpinan dan Berfikir Sistem Kesmas Semester 3 dengan dosen pengampu Ibu Susilawati, SKM, M.Kes
Artikel ini diterbitkan yang tujuannya untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca khususnya saya mengenai Gaya Kepemimpinan 7 Presiden Republik Indonesia. Dalam pembuatan artikel ini masih jauh dari kesempurnaan dan saya minta maaf jika ada kata-kata atau penulisan yang salah untuk itu saya membutuhkan saran yang membangun.
Sumber Referensi
- Kartini Kartono. 2010. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
- Pamudji, 1995. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
- Sukoco, Manik. Perbedaan Gaya Kepemimpinan Presiden dan Bagaimana Menyikapinya. Diakses dari https://medium.com/@maniksukoco/perbedaan-gaya-kepemimpinan-presiden-dan-bagaimana-menyikapinya-5b09636f6db9. pada tanggal 5 Februari 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H