Mohon tunggu...
Indah Anggita Putri
Indah Anggita Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Blessed.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena "Bucin" dan Sex Before Marriage sebagai Awal Mula dari Toxic Relationship

19 Oktober 2021   23:13 Diperbarui: 19 Oktober 2021   23:30 1936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Media Publica

Losing virginity menggambarkan orang yang pertama kali melakukakn hubungan seks. Kata ‘losing’ yang artinya kehilangan ternyata dapat berpengaruh negatif terhadap persepsi diri. Contohnya dalam film yang berjudul Jane the Virgin. Saat Jane pertama kali melakukan seks, dia merasa ada yang hilang dari dirinya. Neneknya Jane menganalogikan virginity dengan bunga mawar yang mulanya indah berubah menjadi cemar.

Berlaku juga dalam kehidupan nyata, tidak sedikit perempuan mengekspresikan cintanya terhadap pasangan dalam masa pacaran dengan memberikan sesuatu yang berharga tersebut karena alasan cinta. 

Cinta merupakan sebuah kehidupan sosial di mana ketika seseorang memiliki perasaan cinta kepada orang lain, maka otomatis seseorang tersebut akan menjadi subjek yang mengupayakan hasrat untuk menjadikan cintanya terwujud. 

Namun, masalahnya banyak perempuan yang merasa belum siap dengan tanpa mempertimbangan konsekuensinya ketika melakukan hal tersebut, kemudian terjebak dalam toxic relationship. 

Akibat yang dirasakan setelahnya mereka berpikir tidak lagi berguna, bertahan dalam situasi menyakitkan (diselingkuhi, dicampakkan, pasangan abusive) karena takut ditinggalkan. Dampak dari takut ditinggalkan tersebut menjadikan hubungan berjalan ke arah yang fanatik.

Bucin Sewajarnya

Bucin adalah sesuatu yang normal selama tidak berlebihan. Berbicara soal cinta, seseorang akan cenderung merasa antusias dan semangat. 

Hingga terkadang mekanisme ekspresi cinta atau bucin yang tunjukkan menjadi berlebihan. Bucin yang berlebihan dapat menjadi bahaya bagi diri sendiri atau orang lain (pasangan) dan berakhir dengan gangguan mental, seperti psikopat (mencederai pasangan) dan psikoneurosis (menyakiti diri sendiri). Maka dari itu, sangat dibutuhkan sikap rasional dalam menjalani sebuah hubungan.

Oleh: Indah Anggita Putri

(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun