Dengan living memory kita dapat pelajaran dari arsip tsunami Samudra Hindia. Kegiatannya yaitu pelestarian, akses dan pemanfaatan arsip.
Pelatihan dan pendidikan dalam mitigasi bencana, terbentuknya Balai Arsip Statis dan Tsunami (BAST), adanya Museum Tsunami Aceh, digitalisasi percepatan distribusi pengetahuan (MemoryGraph), restorasi, pengembangan kapasitas SDM, pembudayaan (smong, iebena).
Bagaimana merekam situs tsunami Aceh 2004 dan merekam kembali kondisinya pada masa sekarang.
Prof. Nishi Yoshimi , Ph.D., dari Kyoto University memberi penjelasan tentang aplikasi MemoryGraph yang berguna untuk merekam foto dan mengupload ke dalam aplikasi.
MemoryGraph membantu mengambil foto-foto yang berkomposisi sama dengan foto referensi serta mencari identitas lokasi dimana foto arsip yang tidak diketahui diambil dari lokasi mana saja.
Ada 76 foto pasca tsunami Aceh dalam project MemoryGraph, lomba foto MemoryGraph tsunami Aceh 2004 via aplikasi.
Saat ini project MemoryGraph terdiri atas 5 institusi yaitu CSEAS Kyoto University Jepang, TDMRC-USK, Balai Arsip Statis dan Tsunami (BAST), Museum Tsunami Aceh, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh (DPKA).
Di Aceh banyak arsip kuno salah satunya arsip tentang kebencanaan yang dikoleksi oleh Rumoh Manuskrip Aceh yang dipaparkan oleh Tarmizi Abdul Hamid.
Apa yang dapat kita petik dari suatu arsip? Tentu saja kita dapat bercermin dari masa lalu, untuk memahami masa kini serta bertindak untuk masa depan yang lebih baik.