Mohon tunggu...
Rachmad Yuliadi Nasir
Rachmad Yuliadi Nasir Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Independent

Rachmad Yuliadi Nasir, Jurnalis Independent, WA 0888.7211.300 Sang Traveller Twitter:@rachmadyuliadi, Email: puspiatur@gmail.com, FB/tragedi.gurita dan FB/puspiatur.aceh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mata Hati Manusia

10 Januari 2017   11:28 Diperbarui: 10 Januari 2017   11:47 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, bila daging itu baik maka baiklah manusia itu. Sesungguhnya yang dimaksud itu adalah hati.

Hati dalam hubungannya dengan Sang Pencipta adalah hati ruhaniah. Hati jenis inilah yang merasa, mengetahui serta mengenal. Disebut pula hati latifah (yang halus) atau hati Robbaniyyah karena ia berhubungan dengan sifat-sifat ketuhanan.

Hati inilah yang merupakan tempat untuk mengenal Allah (ma’rifatullah) agar dapat beriman kepada Allah. Ma’rifat yang merupakan ilmu pengenalan terhadap Allah, tidak mungkin dapat dilakukan jika kita tidak mengenal hati dan tidak mengetahui dimana letak hati (qalb).

Dalam literatur barat sendiri penggunaan istilah-istilah seperti heart, soul, spirit, mind, dan intellect sering campur aduk ketika berbicara mengenai persoalan-persoalan yang berhubungan dengan konsep jiwa.

Manusia mempunyai tugas utama untuk beribadah, mengerjakan perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Jika lalai dari tugasnya tersebut, maka Allah akan mengembalikan manusia ke tempat yang serendah-rendahnya bahkan, lebih hina dari makhluk binatang sekalipun.

Salah satu yang menyebabkan manusia menjadi lalai karena tidak menggunakan potensi yang diberikan Allah seperti hati, mata dan telinga untuk memahami ayat-ayat Allah yang ada dalam Alquran sebagai pedoman hidupnya untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Hati manusia terbagi ke dalam tiga jenis.
1.Qalbun mayyitatau hati yang mati. Refleksi dari hati yang mati adalah sifat sombong dan meremehkan kebenaran. Inilah perilaku yang tercermin pada orang kafir. Ketertutupan dan kekerasan hatinya tidak akan bisa menerima cahaya kebenaran Islam.
2.Qalbun maridl. Inilah hati yang sakit. Merasa sedang mencari jalan selamat untuk pemenuhan hawa nafsu belaka, tapi sebenarnya celaka.
3.Qalbun salim atau hati yang selamat. Ia selalu condong pada kebenaran dengan hanya mengikuti ajaran Islam berdasarkan Alquran dan hadis.

Hati salim atau sehat itu dimiliki orang yang beriman. Hati sakit itu selalu ragu dan itu sifat orang munafik. Hati mati milik orang kafir yang tidak bergetar dengan kalam Allah dan seruan kebaikan. 

Segala sesuatu ada pembersihnya, dan alat pembersih hati adalah berzikir kepada Allah. Ingatlah Tuhanmu di dalam hatimu. Sesungguhnya zikir yang paling baik adalah zikir khofi (dalam hati).

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasul pun dan tidak (pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat- nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana, Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat, Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (QS: Al-Hajj: 52-54)

Hati dalam ayat di atas terdiri dari tiga macam: dua macam terjerumus ke dalam fitnah dan satu selamat darinya. Dua macam hati yang terjerumus ke dalam fitnah adalah hati yang sakit dan hati yang keras.

Sedangkan hati yang selamat yaitu orang Mukmin, tunduk kepada Tuhannya, yang tenteram dan tunduk kepada-Nya, yang menyerahkan diri dan taat kepada-Nya.

Hati yang halus itulah hakikat manusia yang dapat menangkap segala rasa, dan ia mengetahui serta mengenal segala sesuatu. Hati inilah yang jadi sasaran pembicaraan, yang akan disiksa, dicerca dan dituntut. Karena eratnya hubungan antara hati jasmani dan hati rohani itu, sehingga kebanyakan akal manusia menjadi bingung untuk membedakannya.

Hubungan kedua hati itu seperti halnya sifat dengan jisim yang disifati, atau seperti benda yang dijadikan perkakas dengan sifat perkakasnya.

Sungguh akan memperoleh kemenangan (beruntunglah) orang-orang yang membersihkan (hati) nya dan merugilah orang-orang yang mengotorinya. Betapa pentingnya untuk selalu berusaha membersihkan hati, membersihkan hati bermakna menghapus darinya kecintaan pada dunia dan hal-hal duniawi serta menghilangkan daripadanya segenap kesedihan, kedukaan, kekhawatiran, kecemasan, dan takut atas segala sesuatu yang tidak berguna. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun