Mohon tunggu...
Indartik
Indartik Mohon Tunggu... Guru - Guru TK

Seorang guru yang memiliki hobi menulis dan memasak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Metode Mengembangkan Karakteristik Anak dalam Aspek Bahasa

12 April 2023   23:20 Diperbarui: 12 April 2023   23:22 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

METODE MENGEMBANGKAN KARAKTERISTIK ANAK DALAM ASPEK BAHASA
Oleh; Indartik, S.Pd

TK Pertiwi 04 Ngaliyan, Jl. Prof Dr. Hamka No. 17 Ngaliyan Semarang
email : iinfaiin25@gmail.com

Abstract

Children's language abilities develop very rapidly during the age of 2-6 years. The number of vocabulary mastered continues to increase with age to master grammar. Children's language development is the child's ability to communicate in accordance with the stage of age and development characteristics. This article aims to improve children's ability to develop aspects of language through various methods, such as storytelling, conversation, role playing, sociadrama, and others that can improve language skills in children. Children's language abilities are influenced by environmental factors where he lives. The first influence on aspects of children's language is in the family environment and the main character is parents. The child can develop various aspects that he has recorded in his memory.

Keywords : language, characteristics, factor, method

Abstrak

Kemampuan berbahasa anak berkembang sangat pesat selama masa usia 2-6 tahun. Jumlah kosakata yang dikuasai terus bertambah seiring pertambahan usianya hingga menguasai tata bahasa. Perkembangan bahasa anak merupakan kemampuan anak dalam berkomunikasi sesuai dengan tahap usia dan karakteristik perkembangannya. Artikel ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengembangkan aspek berbahasa melalui berbagai metode, yaitu seperti bercerita, bercakap-cakap, bermain peran, sosiadrama, dan lain-lain yang dapat meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak. Kemampuan bahasa anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat ia tinggal. Pengaruh pertama dalam aspek berbahasa anak adalah dalam lingkungan keluarga dan tokoh utamanya adalah orang tua. Anak dapat mengembangkan berbagai aspek yang telah ia rekam dalam memori otaknya.

Kata kunci: bahasa, karakteristik, faktor, metode.

Pendahuluan 

Istilah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan padanan (persamaan kata) dari Early Childhood Education. Istilah ini mengacu pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan Anak Usia Dini adalah bentuk layanan pendidikan bagi anak dengan rentang usia 0-6 tahun, diberikan sebelum anak memasuki pendidikan sekolah dasar. Berkaitan dengan usia masuk pendidikan anak usia dini di indonesia pada umumnya Taman Penitipan Anak (TPA) diperuntukan bagi bayi usia 0-2 tahun yang bersifat day care. Kelompok Bermain (KB) untuk anak usia lebih dari 2-4 tahun, dan untuk Taman Kanak-kanak (TK/RA) berusia 4-6 tahun. Kelompok Taman Kanak-kan dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas A untuk anak usia 4-5 tahun dan kelas B untuk anak usia 5-6 tahun. Sasarannya adalah mencapai kematangan perkembangan anak yaitu kemampuan berpikir (kognitif), berkomunikasi (bahasa), fisik motorik, sosial dan emosional.

Setiap kelompok umur memiliki karakteristik perkembangan sendiri-sendiri sehingga pendidikannya disesuaikan dengan tugas perkembangan anak. Pendidikan di TPA lebih pada pengasuhan, penjagaan, pelayanan, dan perawatan. Pendidikan KB terfokus pada keterampilan dasar, yaitu menolong diri, berkomunikasi, dan bersosialisasi. Pendidikan di TK berorientasi pada upaya mematangkan seluruh tugas dan perkembangan dan praakademis untuk mempersiapkan anak memasuki pintu sekolah dasar.

Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan adalah aspek perkembangan bahasa. Menurut Vygotsky, menyatakan bahwa bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan ide dan bertanya, dan bahasa juga menghasilkan konsep dan kategori berpikir. Perkembangan bahasa untuk anak usia dini meliputi empat pengembangan yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

Masa kanak-kanak adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa.Bahasa merupakan alat komunikasi sebagai wujud dari kontak sosial dalam menyatakan gagasan atau ide-idedan perasaan-perasaan oleh setiap individu sehingga dalam mengembangkan aspek bahasa yang bersifat ekspretif, anak memerlukan cara yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Perkembangan anak telah dimulai sejak masa konsepsi (pembuahan) dalam kandungan ibunya, terus berlangsung tahap demi tahap secara kesinambungan sepanjang rentang kehidupannya, baik fisik maupun non fisik. Untuk berkembang optimal terhadap seluruh aspek perkembangan, seorang anak membutuhkan proses secara berkesinambungan. Ada banyak anak tidak memiliki kesempatan mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal karena berbagai faktor. Faktor paling berpengaruh adalah pola asuh orangtua yang kurang menghargai kehadiran anak karena dianggap tidak mengerti apa-apa, sampai tidak memiliki kesempatan bercengkerama dengan anak karena sibuk.

Tugas perkembangan yang harus dicapai anak yaitu kemampuan kognitif, bahasa, emosional, sosial dan fisik motorik (Hurlock,1980; Santrok, 1988). Perkembangan berbahasa terkait kemampuan anak mendengar, mengungkapkan perasaan melalui lisan dan setelah kedua hal tersebut matang, kemudian melalui tulisan. Setiap kelompok umur berbeda tugas dan karakteristik perkembangannya. Aspek bahasa anak umur 3 tahun adalah bisa menceritakan isi gambar, berfantasi bicara sendiri, pura-pura membaca cerita yang ia karang sendiri. Kebutuhan belajar aspek bahasa anak usia 3 tahun adalah membuat kegiatan yang dapat merangsang anak banyak bicara, bercerita, memberi kesempatan anak menanggapinya, mengenalkan buku-buku dengan gambar dan cerita menarik.

Perkembangan Bahasa 

Kapan sebenarnya anak mulai berbahasa? Karena berbahasa mencakup komprehensi maupun produksi, maka sebenarnya anak sudah mulai berbahasa sebelum dia dilahirkan. Melalui saluran intrauterine anak telah terekspos pada bahasa manusia waktu dia masih dalam janin. Kata-kata ibunya rupanya tertanam pada janin anak.[1]

Berkomunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Dengan berkomunikasi anak bisa mengenal lingkungannya. Bahasa anak mulai berkembang saat bayi, diawali dengan bergumam, berceloteh tanpa arti, belajar mengatakan ma-ma, da-da, hingga bisa mengucap kalimat lengkap.

Kemampuan berbahasa anak berkembang sangat pesat selama masa usia 2-6 tahun. Jumlah kosakata terus bertambah hingga menguasai tata bahasa. Perkembangan otak bayi terus bergerak maju dan melakukan penyempurnaan (kompleksitas) seiring bertambah usia. Ketika kemampuan otak mulai berfungsi baik, terutama di area asosiasi (mendengar) dan broca (berbicara) pada lobus temporalis, lalu diikuti kematangan organ artikulasi seperti pita suara, lidah, sistem respirasi, anak tekak, barulah anak bisa berbicara.[2]

Perkembangan bahasa anak usia dini meliputi empat pengembangan yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Perkembangan bahasa untuk taman kanak-kanak berdasarkan acuan standar pendidikan anak usia dini No. 58 Tahun 2009 mengembangkan tiga aspek yaitu menerima bahasa, mengungkapkan bahasa dan keaksaraan. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan anak dan lingkungan sekitarnya. Interaksi dengan orang yang lebih dewasa atau penutur yang lebih matang memainkan peranan yang sangat penting dalam membantu peningkatan kemampuan anak untuk berkomunikasi.[3]Menurut Lenneberg perkembangan bahasa anak seiring dengan perkembanagn biologis. Dworetzsky (1990) menyatakan bahwa dalam kehidupan manusia mengalami perkembangan bahasa melalui dua tahapan yaitu, 

  • Pralinguistik adalah masa anak sebelum mengenal bahasa atau mampu berbahasa. Saat bayi mulai tumbuh, secara berangsung-angsur ia mengembangkan bahasa melalui urutan tahap demi tahap.
  • Linguistik,  kata infans berasal dari kata latin "tanpa ucapan" atau "tidak berbicara". Kata infant (bayi) berasal dari infans (Dworetzky, 1990). Hal tersebut tampak logis jika dianggap kata-kata yang kali pertama diucapkan oleh seorang anak sebagai titik akhir masa bayi. Pada masa tersebut, anak sudah tampak perkembangan bahasanya, ia sudah mulai mampu menggunakan kata-kata dalam berbicara. Kata yang dimaksud adalah ucapan yang berhubungan langsung dengan benda atau kegiatan tertentu, sebagai bentuk dasar.[4]

M. Schaerlaekens membagi fase-fase perkembangan bahasa anak dalam empat periode perbedaan ini berdasarkan pada ciri-ciri tertentu yang khas pada setiap periode. Adapun periode-periode tersebut adalah sebagai berikut:

  • Periode Prelingual (usia 0-1 tahun). Disebut dengan periode prelingual karena anak belum dapat mengucapkan bahasa ucapa seperti yang diucapkan orang dewasa, dalam arti belum mengikuti aturan bahasa yang berlaku. 
  • Periode Lingual Dini (usia 1-2,5 tahun). Pada periode ini anak mulai mengucapkan perkataan yang pertama, meskipun belum lengkap. Pertambahan kemahiran berbahasa pada periode ini sangat cepat dan dapat dibagi dalam tiga periode yaitu: a) periode kalimat satu kata (holophrare), b) periode kalimat dua kata, c) periode kalimat lebih dari dua kata (more word sentence). 
  • Periode Diferensiasi (usia 2,5-5 tahun). Yang menyolok pada perode ini ialah ketrampilan anak dalam mengadakan diferensiasi dalam penggunaan kata-kata dan kalimat-kalimat.
  • Periode Menjelang Sekolah (sesudah usia 5 tahun). Menurut Chaer, yang dimaksud dengan menjelang sekolah disini adalah menjelang anak masuk sekolah dasar, yaitu pada waktu mereka berusia antara lima sampai enam tahun.[5]
  • Tabel: Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini: 
    • Usia
    • Perkembangan Bahasa
    • 1-2 bulan
    • Bisa menjerit keras
    • Mulai merespons diajak bercanda melalui gerakan mulut, mata, mimik, kaki, dan tangan.
    • 2-4 bulan
    • Menoleh jika mendengar suara
    • Berceloteh jika diajak berbicara
    • 4-5 bulan
    • Berceloteh "aaaa.."
    • Menoleh jika dipanggil
    • Bisa diajak bercanda
    • 6 bulan
    • Mulut anak seperti meniup berulang-ulang dan berbunyi (awal berbicara)
    • 8-9 bulan
    • Berceloteh ta ta ta, da da, ma ma ma, pa pa pa
    • 10 bulan
    • Lancar mengucap ma ma ma, pa pa pa
    • 15 bulan
    • Sudah bisa berbicara dan mengucap seperti nanan = jangan, anas = panas
    • Bisa meniru ucapan orang lain
    • 18 bulan
    • Perbendaharaan kata semakin meningkat
    • 20 bulan
    • Perkembangan bahasa semakin pesat
    • Ketika disodori gambar kucing anak bisa mengeja "meong", gambar ikan dengan "kan"
    • Sudah dapat meniru ucapan meskipun belum sempurna, misalnya asah = basah,
    • 22 bulan
    • Gemar corat-coret, pegang pensil masih seperti menggengam
    • Sudah bisa menyapa dengan kalimat perintah
    • Bisa mengekspresikan wajah, misalnya jijik, takut, marah, nangis, ketawa, senyum.
    • 2 tahun
    • Membaca buku dengan kalimat gambar
    • Bisa meniru semua kata yang diucapkan
    • Bisa menyanyi
    • Bisa menyatakan permintaan seperti, mam = makan, mimi = minum[6]
     
     Tabel: Perkembangan Bahasa Usia 2-6 Tahun
     

    Usia

    Perkembangan Bahasa

    2-2,5 tahun

    • Sudah bisa mengucap empat kata "mama mau mimi cucu"
    • Suka berceloteh menyebut nama anggota keluarga
    • Sudah bisa mengerti pembicaraan orang lain

    2,5-3 tahun

    • Bahasa sudah lancar dan mengerti pembicaraan orang lain
    • Fantasi berbicara sendiri di telepon
    • Fantasi pura-pura baca

    3-4 tahun

    • Senang mendengarkan cerita
    • Dapat mengucapkan kata-kata berlawanan arti seperti: besar kecil, panjang pendek

    4,5-6 tahun

    • Berbicara lancar, bisa membaca sendiri tanpa bantuan
    • Usia 6tahun mampu menggunakan kalimat majemuk dan anak kalimat.
  • Perkembangan Bahasa Dalam Neurosains
    Jendela kesempatan pada otak anak untuk mempelajari bahasa terbuka sejak usia 2 bulan hingga 5 tahun. Bahkan, sejak lahir bayi secara genetis mudah dipengaruhi oleh bahasa sehingga ia sering bergumam sendiri dan mulai mengucap kata meskipun tanpa makna. Area bahasa pada otak menjadi benar-benar aktif pada usia 18-20 bulan. Pada usia ini, bayi dapat belajar secara alamiah 10 kata atau lebih perhari. Pada usia 3 tahun, anak rata-rata telah menguasai 900 kata. Selanjutnya pada usia 5 tahun, anak-anak telah mampu menguasai 2500 hingga 3000 kata.
     Dalam perspektif neurosains, otak bayi yang baru lahir bukanlah kertas putih sebagaimana dikatakan Jhon Locke. Area-area tertentu telah dikhususkan untuk stimulus-stimulus tertentu pula, termasuk bahasa lisan. Jendela kesempatan pada otak anak untuk mempelajari bahasa lisan terbuka sejak bayi lahir dan menyempit pada tahap kedua pada usia 10-12 tahun. Setelah usia ini, bahasa apapun akan sulit dipelajari anak-anak.[7]Otak kiri berperan untuk mengembangkan kemampuan verbal atau bahasa, logika, angka, matematika, intelektual dan kerja yang berurutan. Orang yang dominan dengan otak kirinya lebih pandai melakukan analisa dan proses logis, tetapi kurang pandai dalam hal hubungan sosial. Adapun otak kanan yang memiliki fungsi berbeda dengan otak kiri, otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional Quotient (EQ) misalnya seperti sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain, serta pengendalian emosi.[8]Karakteristik kerja belahan otak kiri dan otak kanan telah banyak menimbulkan implikasi dalam pembelajaran, salah satunya kombinasi kata-kata (verbal) dan gambar (grafis) artinya, bahasa (baik berupa suara maupun tulisan) yang dilengkapi dengan gambar sebagai media pembelajaran mampu menstimulasi kedua belahan otak anak.[9]Otak kiri adalah bagian istimewa yang membuat manusia berbeda dengan hewan, diantara potensi otak kiri sebagai berikut:
     
    • Suara yang berupa bahasa. Di otak bagian ini, manusia punya kemampuan membedakan jenis suara yang sangat kompleks. Misalnya, kita bisa membedakan mana kata "sad" mana kata "sat" membandingkan suara manusia satu dengan yang lain.
    • Penglihatan dan Kemampuan Membaca. Penglihatan pada manusia terspesialisasi untuk membaca. Otak ini mempelajari susunan-susunan garis yang kita sebut Alfabet. Terkadang ada sebagian kecil orang yang mengalami gangguan pada bagian ini sehingga mengakibatkan mereka susah membaca dan menulis.
    • Pelafalan/Ejaan. Manusia memiliki kemampuan berfikir dengan berbahasa bahkan berfikir dengan bahasa asing. Dibagian otak ini ada bagian yang disebut dengan "Angular Gyrus" yang berfungsi untuk mencocokan antara bunyi dengan huruf.
    • Tata Bahasa. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan spesial untuk masalah bahasa. Salah satu bentuk kecerdasan ini adalah kemampuan kita untuk membedakan bahwa anjing mengejar manusia itu berbeda dengan manusia mengejar anjing. Jadi kecerdasaan ini semacam menempatkan kata menyusun kata-kata.[10]
  • Hubungan Antara Bahasa dan Berbicara 

    Bahasa (language) dan berbicara (speech) adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Bahasa mencakup setiap bentuk komunikasi yang ditimbulkan oleh pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Anak akan mengerti ungkapan seseorang karena melalui pembendaharaan kata yang disampaikan, akan tetapi jika anak tidak mempunyai jumlah pembendaharaan kata yang akan digunakan sebagai elemen berbicara, anak tidak dapat berbicara atau berkata-kata. Pada mulanya anak belajar berbicara agar ia dapat memenuhi kebutuhannya. Anak akan lancar berbicara jika sudah memiliki kesiapan berbicara. Ada dua bentuk proses yang menentukan kesiapan anak dalam berbicar, yaitu perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa. 

    • Perkembangan kognitif anak. Menurut pandangan jean piaget, kognitif adalah hasil aktivitas asimilasi dan akomodasi dari kematangan otak dan sistem syaraf terhadap pengalaman-pengalaman ketika individu berinteraksi.
    • Perkembangan bahasa anak. Perkembangan bahasa anak ditempuh melalui cara yang sistematis dan berkembang bersama-sama dengan bertambahnya usia. Menurut lenneberg perkembangan bahasa anak seiring dengan perkembangan biologis.
  •  Teori pemerolehan bahasa adalah suatu proses aktif dan kompleks. Tampaknya anak dapat berbahasa karena ia menyatu dalam kehidupan disekitarnya secara alamiah, hingga anak memperoleh bahasa. Pemerolehan bahasa tentunya ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu: 
    • Pengaruh pemerolehan bahasa pertama. Pemerolehan bahasa pertama, menurut Comsky dinyatakan bahwa bahasa pertama merupakan kemampuan bawaan yang dimiliki oleh setiap manusia. Dengan kemampuan bawaa tersebut anak dapat menguasai kaidah-kaidah dan struktur kebahasaan melalui berbagai interaksi langsung dalam kegiatan bahasa.
    • Pengaruh pemerolehan bahasa kedua. Menurut Dulay, Burt, dan Krashen (1982) pemerolehan bahasa kedua ditentukan oleh faktor lingkungan bahasa dan faktor internal. Lingkungan bahasa adalah segala sesuatu yang didengar dan lihat anak dalam belajar, yaitu bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. Lingkungan internal adalah faktor yang dapat mempengaruhi anak dalam berbahasa, yaitu faktor kepribadian, umur, dan motivasi.[11]
  •  Teori Perkembangan Bahasa 
    • Teori Behavioral. Teori ini adalah teori yang menekankan pada kebiasaan. Teori yang dikembangkan oleh B.F Skinner, berpandangan bahwa pemerolehan bahasa anak dikendalikan oleh lingkungan. Jadi dalam teori behavioral lebih menekankan pada kebutuha "pemeliharaan" perkembangan intelektual dengan memberikan stimulus pada anak dan menguatkan perilaku anak.
    •  Teori Maturasional. Teori maturasional merupakan teori yang menekankan pada  kesiapan biologis individu. Menurut teori ini anak telah mempunyai jadwal untuk berbahasa/berbicara. Dalam pandangan ini, anak berbahasa secara tahap perkembangan.
    • Teori Preformasionis. Penganut teori ini percaya sekali adanya teori tentang proses mental yang di sebut Language Aquisition Device (LDA). LDA diyakini bahwa anak belajar bahasa berdasarkan dari apa yang dia dengar dari orang-orang disekitarnya. Pemrakarsa teori ini adalah Noam Chomsky. [12]
    • Teori Perkembangan Kognitif. Dalam teori perkembangan kognitif ini diasumsikan bahwa anak lebih mengubah lingkungan dan diubah lingkungan. Pemrakarsa teori ini adalah jean piaget dan vigotsky. mereka berpendapat bahwa cara belajar seseorang merupakan adaptasi terhadap lingkungan.
  •  Tipe Perkembangan Bahasa Anak 

    Perkembangan bahasa anak dibedakan oleh Yusuf menjadi dua tipe yaitu sebagai berikut :

    • Egocentric Speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog). Fungsinya untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak berusia 2-3 tahun.
    • Socialized Speech, terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau lingkungannya. Dalam tipe ini, perkembangan bahasa anak dibagi menjadi lima bentuk yaitu: (a) adapted information, terjadinya saling tukar gagasan, (b) critism,  menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau perilaku orang lain, (c) perintah, permintaan dan ancaman, (d) pertanyaan, (e) jawaban. Fungsi dari sosialized Speech yaitu mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial.[13]
  •  Karakteristik Anak Usia Dini 

    Anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa. Kebutuhan belajar anak usia dini ialah memenuhi tugas perkembangannya melalui kegiatan pembelajaran.[14] Berikut merupakan karakteristik anak usia dini:

    • Rasa ingin tahu anak yang besar. Rasa ingin tahu anak berkembang sejak ia mampu mengenal dunia dengan panca indra. Para tokoh seperti Pestalozzi, Froebel, Montessori, bahkan Ki Hajar Dewatara sepakat bahwa anak memrespons dunianya melalui panca indra. Melalui panca indra anak memperoleh pengalaman demi pengalaman. Rasa ingin tahu adalah sejata bagi anak untuk menemukan pengalaman baru. Semakin kaya pengalamannya akan semakin cepat mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
    • Karakteristik lain anak adalah mobilitas tinggi. Mobilitas tinggi sebenarnya berkaitan dengan upaya anak mengoptimalisasi seluruh aspek perkembangan, termasuk mencari pengalaman dan informasi baru
    • Bermain adalah adalah kodrat sekaligus kebutuhan anak. Semua anak suka bermain, bermain peran sangat penting dalam perkembangan jiwa dan raga anak. Bermain menjadi sarana untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan.[15]
  •  Cross (2013) berpendapat ada beberapa karakteristik anak usia dini. 
    • Bersifat Egosentris. Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri.
    • Bersifat Unik. Masing-masing anak berbeda satu sama lain meskipun terdapat pola urutan umum dalam pekembangan anak yang dapat diprediksi, pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.
    • Mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan. Perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli/tidak ditutup-tutupi. Ia memperlihatkan wajah yang ceria disaat gembira dan ia menampakkan murung ketika bersedih
    • Bersifat aktif dan energik. Anak suka melakukan berbagai aktivitas. Aktivitas dan gerak fisiknya juga merupakan kebutuhan belajar dan perkembangan.
    • Memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Karakteristik perilaku seperti ini menonjol di usia 4-5 tahun. Anak pada usia ini banyak memperhatikan, membicarakan, serta mempertanyakan berbagai hal yang sempat dilihat dan didengarnya, terutama terhadap hal-hal baru.
    • Bersifat eksploratif. Terdorong rasa ingin tahu yang kuat, anak sangat suka menjelajah, mencoba dan mempelajari hal baru.
    • Kaya dengan fantasi
    • Anak senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif. Ia dapat bercerita melebihi pengalaman-pengalaman aktualnya atau bertanya tentang hal-hal yang gaib sekalipun.[16]
  •  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak 

    Menurut Yusuf, faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak ada beberapa yaitu

    • Faktor kesehatan, apabila pada dua tahun pertama kesehatan anak sering terganggu, maka perkembangan bahasanya akan terhambat. Perkembangan dan pemerolehan bahasa terdiri dari berbagai kondisi fisik, diantaranya pada anak tidak terjadi masalah pada organ bicaranya, organ pendengarannya dan sistem neuromuscular di otak. Agar perkembangan bahasa dapat terjalan normal, maka semua tersebut harus berfungsi secara baik dan efektif.
    • Intelegensi, anak yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal atau diatasnya, biasanya mengalami perkembangan bahasa yang pesat. Sedangkan anak yang mengalami keterlambatan mental akan sangat miskin dalam berbahasa.
    • Status sosial ekonomi keluarga, sebagian besar anak yang berasal dari keluarga miskin akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanya. hal ini disebabkan adanya beberapa perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar pada anak dari keluarga miskin dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga mampu.
    • Jenis kelamin, anak perempuan mempunyai perkembangan bahasa yang lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Perbedaaan perkembangan bahasa antara anak laki-laki dan anak perempuan dapat dilihat dari faktor biologis dan sosialnya. Perkembangan otak kiri (hemisfer cerebral) pada anak perempuan lebih cepat daripada anak laki-laki padahal otak ini mempunyai peran yang sangat besar dalam perkembangan bahasa. Anak laki-laki lebih mengutamakan banyaknya gerakan daripada berbicara.
    • Hubungan keluarga, anak yang menjalin hubungan dengan keluarganya secara sehat dapat memfasilitasi perkembangan bahasanya. Sebaliknya, jika anak menjalin hubungan yang tidak sehat dengan keluarganya maka perkembangan bahasa anak cenderung mengalami kelainan seperti, gagap, berkata kasar dan tidak sopan, merasa takut menyampaikan pendapatnya.[17]
  •  Peran Lingkungan dalam Mengembangkan Bahasa Anak 

    Lingkungan adalah tempat dimana seorang anak tumbuh dan berkembang. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak karena pada hakekatnya proses pemerolehan bahasa anak diawali dengan kemampuan mendengar kemudian meniru suara yang didengarnya yaitu dari lingkungan tempat ia tinggal.[18]Lingkungan yang utama yaitu lingkungan keluarga, dan pemeran utama dalam keluarga adalah kedua orang tuanya. Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Keluarga menyiapkan sarana pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dini. Perkembangan anak tergantung pada pemikiran kedua orang tua dan lingkungannya. Rasulullah SAW bersabda "setiap anak dilahirkan berdasarkan fitrah, kedua orang tualah yang akan menjadikannya dia Yahudi atau Nasrani atau Majusi".[19] 

     Orang tua atau keluarga punya peran sentral dalam mempengaruhi tugas perkembangan anak usia dini. Anak bisa tumbuh dan berkembang karena rangsangan lingkungan. Lingkungan yang baik akan menjadikan anak tumbuh dan berkembang dengan baik. Sebaliknya jika lingkungannya buruk maka dapat membuat proses tumbuh dan berkembang jadi tidak sempurna. Kehangatan dalam keluarga mampu membentuk karakteristik anak yang baik. Lingkungan sekitar juga berperan dalam semua aspek perkembangan anak. Akan tetapi tidak semua lingkungan sekitar memberikan contoh perilaku, berbahasa dan kebiasaan yang baik. Banyak anak yang semula berperilaku baik, setlah bergaul dan bermain dengan anak-anak di lingkungannya menjadi kasar, kurang tata krama dan meniru cara perilaku buruk lainnya.[20]

  • Metode Mengembangkan Karakteristik Anak Dalam Aspek Bahasa
    Saran yang paling tepat mengembangkan kemampuan berbahasa-berbicara anak usia dini ialah melalui bermain dalam kelompok (Social Play), seperti

    • Bercerita. Bercerita dapat menjadi metode belajar efektif. Semua anak menyukai cerita, bahkan sejak usia 2,5 tahun. Bercerita dapat mengembangkan banyak aspek perkembangkan, seperti bahasa, dan kognitif juga nilai agama, moral, dan sosioemosi. Bercerita dapat dilakukan dengan berbagai cara, bisa langsung dengan buku cerita, menggunakan boneka, menggunakan gambar-gambar yang disusun diatas papan.
    • Metode Bercakap-cakap. Metode ini dapat diterapkan kepada anak usia dini terutama usia kelompok bermain dan taman kanak-kanak. Metode ini bagus untuk melatih anak mendengar informasi dengan cermat, mencerna yang didengar, dan menyampaikan gagasan,
    • Bermain Peran. Permain anak-anak dengan memerankan tokoh atau benda. Melalui metode bermain beran anak dapat mengembangkan kemampuan berimajinasi, memanipulasi objek, kreativitas, sosialisasi, dan komunikasi.
    • Sosiodrama. Metode sosiodrama adalah memerankan beberapa peran berdasarkan cerita tertentu dalam waktu tertentu. Metode ini dapat diterapkan untuk anak usia kelompok bermain dan taman kanak-kanak, berupa drama sederhana. Sosiodrama mendorong pengembangan sosialisasi dan komunikasi.
    • Karya Wisata. Metode karya wisata merupakan cara belajar melalui kunjungan ke lokasi sebenarnya. Dengan menggunakan metode ini anak dapat menceritakan pengalamannya selama kunjungan.[21]
    • Metode Permainan Bahasa Asing. Berdasarkan sebuah penelitian, anak yang sering menggunakan satu bahasa terbukti lebih cepat dan tepat dalam menyerap informasi. Untuk itu permainan menggunakan bahasa asing adalah permainan yang tepat. Gunakan bahasa asing secara sederhana, jangan berupa kalimat panjang yang sulit dimengerti anak. Misalnya menyebutkan hewan dengan bahasa asing.[22]
    • Metode Mengucapkan Syair
    • Salah salah satu bentuk kegiatan pembelajaran pada AUD yang lebih ditekankan pada pengembangan bahasa. Hal ini dapat dilakukan melalui kesadaran Fonologis yaitu melalui kegiatan bernyanyi. Kesadaran fonologis merupakan sensitivitas seseorang akan struktur bunyi dari kata-kata yang diucapkan dalam bahasa seseorang.[23]
       
      DAFTAR PUSTAKA 

Alfu, Noor. Januari-Juni 2013. Peran Lingkungan Terhadap Optimalisasi Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Volume 1 Nomor 1.

As'adi, Muhammad. 2010. Otak Kanan dan Otak Kiri. Yogyakarta: Diva Press.

Hayati, Nur. 2011. Menstimulus Otak Kiri dan Kanan Anak dengan Flash Card. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Kurniawan, Yudha. 2010. Creative Games For Kids. Jakarta: Wahyu Media.

Madyawati, Lilis. 2017. Karakteristik Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta: PT Kharisma Putra Utama.

Masnipal. 2018. Menjadi Guru PAUD Profesional. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA.

Sumaryanti, Lilis. Januari-Juni 2017. Peran Lingkungan. Volume 7 Nomor 1.

Suyadi.2017. Teori Pembelajaran Anak Usia Dini dalam Kajian Neourosains.Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA.

Tadris. 2018. Memahami Pola Perkembangan Bahasa Anak.Volume 3 Nomor 1.

Zubaidah, Enny. November 2004. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini dan Teknik 

Pengembangannya di Sekolah. Cakrawala Pendidikan. Th. XXIII. No. 3.

Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo. Oktober 2016. Volume 3. Nomor 2. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun