Itulah sedikit realita kekonyolan masyarakat saat ini. Yang di Kota nggak tahu apa-apa merasa iba, yang miskin di desa (yang dikasihani ternyata begitu), dan masih banyak kekonyolan lain yang tidak perlu diceritakan.
Selama satu tahun tersebut saya belajar banyak tentang hidup. Bahwa tidak semua orang susah harus kita bantu, tetapi bantulah orang-orang yang baik. Nah, kembali lagi, kira-kira 265 juta itu bakalan dibuat apa ya sama ibu penjual warung? Ada sih bocorannya disini.
"Sampai saat ini belum ada kabarnya, saya tunggu-tunggu dari kemarin, baru dari utusan Pak Jokowi doang," kata Eni. Dari kalimat ini kira-kira pada paham gak bagaimana isi hati si ibu tersebut. Nah itu yang kenapa saya nggak berani komentar banyak, karena saya juga nggak tahu isi hati ibu tersebut, kenapa berjualan di bulan Ramadhan. Hanya Allah yang tahu apakah itu baik atau tidak dengan alasan-alasan yang ada dihati ibu tersebut. Cuma intinya hati-hati dalam berdonasi ke orang miskin men.
Menurut Al Hasan Al Bashri bahwa “Orang yang beramal tanpa ilmu seperti orang yang berjalan bukan pada jalan yang sebenarnya. Orang yang beramal tanpa ilmu hanya membuat banyak kerusakan dibanding mendatangkan kebaikan. Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh, namun jangan sampai meninggalkan ibadah. Gemarlah pula beribadah, namun jangan sampai meninggalkan ilmu. Karena ada segolongan orang yang rajin ibadah, namun meninggalkan belajar.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H