Mohon tunggu...
Indar Amila Azizah
Indar Amila Azizah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Seorang mahasiswa ilmu komunikasi di salah satu perguruan tinggi negeri.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Memahami Rumitnya Pola Pikir Penderita Distimia Melalui Buku "I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki"

3 Juni 2022   15:19 Diperbarui: 3 Juni 2022   15:20 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika setelah membaca buku ini kita merasakan kemiripan emosi seperti yang dialami oleh penulis, jangan mendiagnosis diri sendiri, melainkan carilah pertolongan dan bantuan langsung ke pakarnya.

Didiagnosis mengidap distimia, Baek Se-hee memiliki kecenderungan untuk terus membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, merasa bahwa dirinya lebih buruk dari pada orang lain, yang mengakibatkan ia terus-menerus membenci diri sendiri dan merasa tidak berguna.

Ia juga sangat peduli dengan pandangan dan pendapat orang lain, sehingga hatinya selalu dipenuhi oleh kekhawatiran. Bahkan ia sampai melakukan hal yang cukup ekstrem dengan merekam setiap kali ia bicara, dan akan mendengarkan ulang rekaman tersebut ketika tiba di rumah.

Trauma masa kecilnya terhadap apa yang dia alami di lingkungan keluarga maupun sekolah, menciptakan bekas luka yang sangat mendalam, sehingga mempengaruhi perilakunya hingga sekarang.

Banyak pesan penting yang bisa dipetik dari pengalaman Baek Se-hee dalam proses pengobatannya. Seperti yang ditulis oleh dr. Jiemi Ardian, Sp.Kj di awal buku, bahwa tujuan manusia bukanlah menjadi sempurna, melainkan menjadi semakin baik dan bertumbuh. Tak perlu terus merasa khawatir dengan pendapat orang lain, dan ingin dipandang sempurna oleh orang lain, karena tubuh kita adalah miliki kita, sehingga kitalah yang bertanggung jawab sepenuhnya atas diri kita. Sangat penting bagi kita untuk mencintai diri sendiri, dan mencoba berdamai dengan kesalahan-kesalahan yang terjadi di masa lalu.

Namun, beberapa kekurangan yang saya temui dari buku ini, cerita yang disampaikan oleh Baek Se-hee tidak teratur dan loncat-loncat. Belum menyelesaikan cerita 'A', tiba-tiba penulis akan menceritakan kisah lainnya yang terkadang tidak berhubungan dengan cerita sebelumnya.

Hal ini membuat pembaca sedikit kebingungan dalam memahami apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Selain itu, hingga akhir buku ini, masalah yang dialami oleh penulis tidak mencapai titik terang.

Masalah terus berputar-putar di lingkaran yang sama, dan tidak menemui penyelesaian masalah. Persis seperti yang dikatakan oleh psikiaternya, bahwa Baek Se-hee terlalu berpikir dengan cara yang ekstrem, sehingga sulit untuk menemui titik tengah.

Walau buku ini memang akan berlanjut ke seri yang kedua, namun menurut saya karena ini merupakan buku self-improvement, perlu adanya titik penyelesaian masalah sehingga pembaca dapat terbantu dalam memperbaiki dirinya setelah membaca buku ini.

Selebihnya buku ini sangat bagus untuk dibaca bagi orang-orang yang ingin memahami rumitnya pola pikir penderita distimia, karena buku ini ditulis dengan jujur dan apa adanya berdasarkan pengalaman penulis.

Selain itu, banyak insight yang dapat dipetik dari pernyataan yang disampaikan oleh psikiater kepada penulis, seperti untuk tidak menetapkan standar yang tinggi dalam diri kita, serta jadilah diri sendiri dan lakukan hal-hal yang kita sukai tanpa mencemaskan pendapat orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun