I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki merupakan buku self-improvement karya Baek Se-hee yang kemudian menjadi best seller setelah diterbitkan di Korea Selatan, dan sudah diterjemahkan ke beberapa bahasa, salah satunya Bahasa Indonesia. Buku ini menceritakan pengalaman penulis yang sedang berjuang melawan distimia --- bentuk kronis (jangka panjang) dari depresi.
I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki merupakan buku yang sangat unik karena memiliki format yang berbeda dari buku self-improvement kebanyakan.
Buku ini dikemas dalam bentuk dialog antara penulis dengan psikiaternya. Terbagi ke dalam 12 bab, yang artinya 12 kali pertemuan di setiap pekan, buku ini ditulis apa adanya berdasarkan catatan pengobatan dan pengalaman yang dialami oleh penulis, sehingga terasa sangat tulus dan jujur.
Mungkin hal ini yang membuat banyak orang turut merasakan apa yang ditulis oleh Baek Se-hee, karena para pembaca merasakan kedekatan dengan kehidupan mereka.
Tidak hanya berupa dialog, di awal bab, Baek Se-hee menuliskan paragraf singkat mengenai apa yang dirasakannya dalam satu minggu terakhir sebelum ia datang untuk berkonsultasi, semacam pengantar dari isi bab tersebut. Lalu, di setiap akhir bab, Baek Se-hee juga turut menuliskan esai singkat yang berisi rangkuman pengobatannya di minggu itu, serta diselipkan kontemplasi.
Selain itu, di akhir bab juga terdapat kutipan dari pernyataan yang psikiaternya sampaikan di sesi pengobatannya hari itu. Topik yang dibahas dalam buku ini di antaranya mengenai hubungan dengan keluarga, teman-teman, rekan kerja, dan asmara, serta pencarian jati diri, juga obsesi dengan penampilan.
Buku ini memberikan gambaran kepada pembaca mengenai bagaimana proses perawatan kejiwaan dengan psikiater berlangsung. Buku ini mengajak pembaca untuk memahami betapa rumitnya pola pikir orang yang sedang mengalami depresi. Beberapa orang mungkin akan beranggapan bahwa masalah yang sedang dialami oleh Baek Se-hee terlihat sepele.
Namun, kita tidak dapat menganggap bahwa apa yang sedang dialami oleh penulis merupakan hal yang remeh, karena setiap orang pasti memiliki permasalahan serta pola pikirnya masing-masing. Buku ini mengajak para pembaca untuk melihat suatu permasalahan dari sudut pandang yang berbeda.
Seperti yang disampaikan oleh dr. Jiemi Ardian, Sp.Kj di bagian pengantar, bahwa karya sastra ditujukan bagi orang-orang agar dapat memahami pola pikir orang lain. Dengan membaca karya sastra, kita menjadi lebih mudah memahami sudut pandang orang yang berbeda dengan kita.
Dengan menulis buku ini, Baek Se-hee berharap dapat menggandeng banyak tangan orang-orang yang juga mengalami depresi maupun distimia. Bahwa depresi bukanlah sebuah persoalan sepele yang dapat dihiraukan, namun sesuatu yang perlu diatasi dengan serius.
Jika setelah membaca buku ini kita merasakan kemiripan emosi seperti yang dialami oleh penulis, jangan mendiagnosis diri sendiri, melainkan carilah pertolongan dan bantuan langsung ke pakarnya.
Didiagnosis mengidap distimia, Baek Se-hee memiliki kecenderungan untuk terus membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, merasa bahwa dirinya lebih buruk dari pada orang lain, yang mengakibatkan ia terus-menerus membenci diri sendiri dan merasa tidak berguna.
Ia juga sangat peduli dengan pandangan dan pendapat orang lain, sehingga hatinya selalu dipenuhi oleh kekhawatiran. Bahkan ia sampai melakukan hal yang cukup ekstrem dengan merekam setiap kali ia bicara, dan akan mendengarkan ulang rekaman tersebut ketika tiba di rumah.
Trauma masa kecilnya terhadap apa yang dia alami di lingkungan keluarga maupun sekolah, menciptakan bekas luka yang sangat mendalam, sehingga mempengaruhi perilakunya hingga sekarang.
Banyak pesan penting yang bisa dipetik dari pengalaman Baek Se-hee dalam proses pengobatannya. Seperti yang ditulis oleh dr. Jiemi Ardian, Sp.Kj di awal buku, bahwa tujuan manusia bukanlah menjadi sempurna, melainkan menjadi semakin baik dan bertumbuh. Tak perlu terus merasa khawatir dengan pendapat orang lain, dan ingin dipandang sempurna oleh orang lain, karena tubuh kita adalah miliki kita, sehingga kitalah yang bertanggung jawab sepenuhnya atas diri kita. Sangat penting bagi kita untuk mencintai diri sendiri, dan mencoba berdamai dengan kesalahan-kesalahan yang terjadi di masa lalu.
Namun, beberapa kekurangan yang saya temui dari buku ini, cerita yang disampaikan oleh Baek Se-hee tidak teratur dan loncat-loncat. Belum menyelesaikan cerita 'A', tiba-tiba penulis akan menceritakan kisah lainnya yang terkadang tidak berhubungan dengan cerita sebelumnya.
Hal ini membuat pembaca sedikit kebingungan dalam memahami apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Selain itu, hingga akhir buku ini, masalah yang dialami oleh penulis tidak mencapai titik terang.
Masalah terus berputar-putar di lingkaran yang sama, dan tidak menemui penyelesaian masalah. Persis seperti yang dikatakan oleh psikiaternya, bahwa Baek Se-hee terlalu berpikir dengan cara yang ekstrem, sehingga sulit untuk menemui titik tengah.
Walau buku ini memang akan berlanjut ke seri yang kedua, namun menurut saya karena ini merupakan buku self-improvement, perlu adanya titik penyelesaian masalah sehingga pembaca dapat terbantu dalam memperbaiki dirinya setelah membaca buku ini.
Selebihnya buku ini sangat bagus untuk dibaca bagi orang-orang yang ingin memahami rumitnya pola pikir penderita distimia, karena buku ini ditulis dengan jujur dan apa adanya berdasarkan pengalaman penulis.
Selain itu, banyak insight yang dapat dipetik dari pernyataan yang disampaikan oleh psikiater kepada penulis, seperti untuk tidak menetapkan standar yang tinggi dalam diri kita, serta jadilah diri sendiri dan lakukan hal-hal yang kita sukai tanpa mencemaskan pendapat orang lain.Â
Selain itu, keunikan lain dari buku ini, penulis memberikan highlight pada kalimat-kalimat penting di setiap paragraf. Hal ini sangat memudahkan pembaca yang ingin membaca ulang buku ini, namun tidak ingin membaca keseluruhan buku. Mereka dapat membaca bagian-bagian yang sudah dihighlight oleh penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H