Daftar pemilih tetap calon legeslatif sudah dipublikasikan oleh Komisi Pemilihan Umum untuk Pemilu 2024 mendatang. Sudah barang tentu masyarakat pemilih untuk memilih dan menentukan pilihannya pada saat hari pencoblosan nantinya. Sebelumnya kita mencoba mempelajari figur dari calon legeslatif dan melihat rekam jejak yang ditampilkan dari calon legeslatif selama berkiprah dan terjun ke masyarakat.
Menarik memang setiap 5 tahun kita melaksanakan pemilihan umum dan selama itu pula kita banyak menyaksikan para calon legesalatif yang sudah terpilih mengabaikan apa yang disampaikan pada saat kampanye. Bahkan ada beberapa anggota legeslatif yang tersangkut masalah hukum seperti korupsi penggunaan barang terlarang serta hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang.
Selama 5 tahun kadang kita tak merasakan apa yang sudah diperbuat oleh para anggota legeslatif karena pada kenyataannya sering terjadi konflik sepanjang tahun baik di media sosial maupun di dalam giat masyarakat sehari-hari.
Masyarakat menjadi terbelah karena unsur perbedaan pandangan politik dan ada merasa kebenaran itu dimiliki kelompok yang merasa didukung oleh kelompok mayoritas penguasa. Proses pembelajaran politik masyarakat pun belum dirasakan secara langsung dari para anggota DPR dan Partai politiknya. Artinya ketika ada masa reses para anggota Dewan belum dioptimalkan untuk melakukan sosialisasi ke masyarakat.
Kadang kita menantikan kehadiran anggota dewan dalam setiap ada permasalahan yang terjadi dilingkungan kehidupan masyarakat. Perlu dibangun sinergi dan kolaborasi 5 tahun ke depan antara anggota dewan,pemerintah dengan unsur yang terkait. Anggota Dewan pun butuh turun ke masyarakat untuk mendengar menyerap aspirasi dan melakukan pendidikan politik kepada masyarakat. Walupun ada beberapa anggota dewan yang sudah melakukan itu untuk turun ke masyarakat dalam menyerap informasi.
Memilih calon legeslatif untuk 5 tahun ke depan memang butuh analisa yang cukup matang demi membangun persatuan dan merajut perdamaian bhineka tunggal ika. Membangun warna persaudaran itu lebih penting dan utama dalam membangun negri dan bangsa ini. Beberapa tahun belakangan ini cukuplah menjadi bahan pembelajaran untuk bangsa ini untuk menatap gerak pembaharuan kemajuan. Masyarakat yang ada di desa dan dikampung di seluruh nusantara bekerja sebagai nelayan, petani, pelajar ingin kehidupannya menjadi baik dan ada perubahan.
Janji kampanye adalah hutang yang harus dibayar pada saat dia sudah menjadi anggota dewan. Memberikan ruang kepada masyarakat untuk dapat bertemu dan menyalurkan aspirasinya dilembaga dewan.
Bertekad membangun peradaban baru dengan gerak perubahan yang positif bagi kehidupan masyarakat. Karena banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dari tahun ke tahun yang belum tuntas penangananya.
Ada beberapa catatan yang perlu ditanganni secara bersama-sama antara anggota dewan dengan pemerintah dan masyarakat.
1. Literasi dan kemampuan membaca bangsa ini butuh penanganan yang serius perhatian dari para anggota dewan terkait dengan literasi bagi kemajuan bangsa perlu dikedapankan. Karena literasi ini menjadi modal bagi pembangunan kemajuan suatu bangsa.
Proses pemberdayaan literasi bukan hanya guru semata yang bertanggung jawab tapi ada kerjasam dengan seluruh pemangku kebijkan di Indonesia. Terbangunnya pusat baca dan pusat interaksi anak selain sekolah di seluruh wilayah Indonesia 5 tahun ke depan dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat. Sehingga gawai yang dipakai saat ini menjadi persoalan bermain games berubah untuk kegiatan yang bermanfaat.
2. Persoalan tenaga guru yang kurang diperhatikan terutama nasib kesejahteraan yang masih di bawah standar dan pemerataan mengajar guru di semua jenjang sekolah. Saat ini guru merasa kurang diperhatikan nasibnya bahkan menjadi korban perundungan dan kekerasan dari unsur masyarakat.