Dalam kehidupan di dunia yang menyangkut kehidupan manusia terkadang banyak suatu drama adegan kadang membuat rasa sebal dan marah bahkan ada rasa sedih di dalam hati. Proses kehidupan yang dilalui oleh manusia memang tak selamanya mulus dan lurus akan tetapi proses kehidupan itu ada yang berbelok arah tak sesuai harapan yang diinginkan. Bahkan ada kerikil tajam yang dapat membuat kulit ini terluka baik karena ucapan tindakan yang kita lakukan secara bersama.
Ketika Tuhan menjelaskan dalam kitab sucinya bahwa kehidupan manusi pun memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Semuanya tak sama antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Antara wanita dan laki-laki pun juga dibedakan dalam kitab suci sesuai dengan perannya. Hubungan sosial pun telah diatur ada konteks orang kaya dan konteks orang miskin. Semuanya telah diatur sedemikan rupa agar terjadi keseimbangan dalam tata aturan gerak sosial manusia di dunia.
Sebagai manusia yang percaya akan Tuhan dan berimana kepadaNya kita diwajibkan untuk begaimana menjalankan segala aturan itu dengan sepenuh hati dan tak ada paksaan. Ada rasa kesadaran yang mengikat bagi kita umat beragama sesuai dengan konsep keyakinan ibadah sesuai pedoman kitab sucinya masing-masing. Kadang kebenaran kalah terhadap pembenaran dari framing opini yang dimainkan oleh sebagian kelompok yang memiliki kepentingan.
Kadang nalar pun kalah tat kala melibatkan sebuah proses perasaan di dalamnya. Begitulah dunia yang saat ini terjangkit dengan febomena post truth yang abai akan fakta dan nalar tapi lebih melibatkan emosi dan ego perasaannya. Kebenaran yang digulirkan oleh akal terasa sempit ketika opini yang dimainkan terlalu berlebih dari kebenaran fakta. Menggiring opini ketika ada seseorang yang memainkan isu diluar kelompoknya dengan berlebihan dan gaya framing berita yang seolah-olah itu salah.
Kehidupan yang penuh dengan fatamorgana dalam dunia maya berbeda dengan masyarakat sesungguhnya yang masih bergelut akan mencari sesuap nasi untuk keluarga. Mereka acuh akan berita di sosial media, acuh akan berita yang terus menggerus kehidupan mereka bagi mereka kebanyakan masyarakat yang penting bagi mereka mencari sesuap nasi lebih penting. Berbagai macam ragam jalan kebanyakan masyarakat kebanyakan lakukan untuk mencari sesuap nasi dari berdagang asongan, ngamen yang penting bagi mereka dapat menafkahi keluarga dengan jalan halal.
Apalagi dalam dunia politik dan kekuasaan dramaturgi kehidupan akan selalu muncul dalam bingkai kehidupan yang mengibaratkan seolah-olah dia peduli, dia orang baik semuanya dibungkus dalam mencari panggung kekuasaan. Teori Dramaturgi merupakan sebuah teori yang menjelaskan bahwa di dalam kegiatan interaksi satu sama lain sama halnya dengan pertunjukkan sebuah drama. Dalam hal ini, manusia merupakan aktor yang menampilkan segala sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu melalui drama yang dilakukannya. Manusia bagaikan aktor yang mampu memainkan berbagai macam peran didalamnya. Walaupun tak harus di atas panggung pertunjukkan drama sekalipun,
Dramaturgi berasal dari bahasa Inggris dramaturgy dari kata "drama" yang berarti seni atau teknik drama dalam bentuk teater. Pertama kali dipopulerkan oleh Aristoteles, seorang filosof Yunani bahwa penampilan/drama- drama yang berakhir tragedi/tragis ataupun kisah-kisah komedi. Menurut Govman (1959) Dramaturgi adalah sandiwara kehidupan yang disajikan oleh manusia. Situasi dramatik yang seolah-olah terjadi diatas panggung sebagai ilustrasi untuk menggambarkan individu-individu dan interaksi yang dilakukan mereka dalam kehidupan sehari- hari. Secara ringkas dramaturgis merupakan pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serentetan pertunjukan drama dalam sebuah pentas.https://cubic.id/journals/dramaturgy-theory
Menurut Goffman terdapat tiga ranah tindakan sosial berlangsung, yakni panggung depan (front stage), panggung belakang (back stage), dan panggung luar (out stage). Ketika berada di panggung depan (front stage) dalam dramaturgi Goffman, seseorang berusaha menunjukkan penampilannya dengan sebaik mungkin untuk memenuhi kepuasan para penonton. Di lihat dari sisi berpakain, gaya bahasa, gerak gerik mimik dan tubuhnya dan lain sebagainya semuanya untuk memenuhi selera penonton, bukan untuk dirinya. Karena itu, lanjut Goffman, perilaku ini bukan asli, tetapi perilaku yang dibuat-buat.Ketika seseorang berada di panggung belakang, tindakan seseorang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Perilaku seseorang di sini mencerminkan sifat keasliannya, karena tidak dibuat-buat maka yang keluar adalah sesuai dengan sifat karakternya. Sementara panggung luar diartikan sebagai situasi nonformal di mana aktivitas seseorang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat sosial tanpa mengganggu kebutuhan dan kepentingan yang bersifat personal atau pribadinya.
Ketiga sifat dramaturgi sering kita lihat dalam rutinitas kehidupan sehari-hari dalam setiap panggung apapun yang manusia mainkannya. Karena manusia sejatinya punya daya kreasi yang tinggi dalam mengemas suatu narasi kegiatan. Kemudian dalam setiap laku setiap kehidupannya berganti peran yang dimainkan. Sebagai contoh disekolah seseorang dapat memainkan sebagai seorang guru, sisswa dan pegawai akan tetapi ketika sudah dimasyarakat atau dirumah peran itu akan berganti dan berubah. Perbedaan perilaku guru, peserta didik atau pegawai dapat berubah disebabgkan Perbedaan perilaku terjadi karena perbedaan kepentingan dan tujuan yang hendak dicapai.
Dalam Al Quran Ali Imran Ayat 185 : Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.
Rasulullah saw sebagai berikut: "Siapa ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaklah ia mati di dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan agar ia berbuat kepada manusia seperti yang ia sukai diperbuat orang kepadanya." (Riwayat Imam Amad).
Kehidupan di dunia ini ibarat merupakan panggung sandiwara diman yang menjadi aktor merupakan manusia sendiri. Kehidupan di dunia ini tiada lain kecuali kesenangan yang memperdayakan. Kesenangan yang dirasakan di dunia ini berupa makanan, minuman, pangkat, kedudukan dan sebagainya, pada umumnya memperdayakan manusia. Maka kadang ada pameo ditengah kehidupan manusia mengenai konsistensinya bahwa apa yang diucapkan bisa berbeda sesuai dengan seleranya hal terkait dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Hari ini kedelai besok tempe begitulah kira-kira kita menunjukkan sikap dan ucapan sehari-hari.
Dalam teori dramaturgi oleh Erving Goffman dijelaskan bagaimana pandangan bahwa ketika manusia berinteraksi dengan sesamanya, ia ingin mengelola pesan yang ia harapkan tumbuh pada orang lain terhadapnya. Kaum dramaturgis memandang manusia sebagai aktor diatas panggung yang sedang memainkan perannya. Dia harus tampil seakan-akan berempati dan simpati kepada penontonnya. Kesan baik harus dapat ditampilkan sehingga nantinya dapat simpati penonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H