Mohon tunggu...
Indar Cahyanto
Indar Cahyanto Mohon Tunggu... Guru - Belajar

Belajarlah untuk bergerak dan berkemajuan

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Manajamen Konflik

31 Agustus 2023   21:43 Diperbarui: 31 Agustus 2023   21:51 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial di samping bermasyarakat, mereka juga saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Manusia dalam sosialitasnya mereka hidup secara berkelompok yang membentuk suatu kelompok masyarakat yang di dalamnya terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang lebih kecil. Masyarakat merupakan organisasi yang terdiri dari manusia-manusia yang saling berhubungan serta saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, mereka senantiasa mengembangkan hubungan sosial untuk menciptakan suatu kenyamanan, kekeluargaan dan keamanan serta tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-sama

Terkadang dalam dinamika kehidupan yang kita jalani banyak menuai badai konflik yang berujung pada perpecahan. Banyak keretakan yang ditimbulkan dari proses perselisihan antara individu dengan individu dalam sebuah kelompok ketika sudah bermain dengan nalar, ide dan gagasan. Kadang ada juga proses kenyamanan yang di dapat oleh seorang individu ketika sudah menempati jabatan tertentu dalam kelompoknya.

Proses kenyamanan inilah yang kemudian membekukan sendi berfikir untuk menemukan suatu ide yang dapat dijalankan secara bersama. Pada sisi lain yang lain proses kenyamanan inilah yang kadang orang itu ogah untuk dikritik dan diberikan masukan. Pendapat yang dimasukan oleh teman yang tak sealiran dianggap kamuflase belaka. Pendapat orang lain yang berbeda kadang dianggap pengkhianat bagi kelompoknya. Orang yang berbeda nalar berfikir ditertawakan dianggap tak masuk akal untuk dijalani.

Konflik itu yang ada kadang diselesaikan seperti membersihkan sampah-sampah yang nampak sedangkan yang tak nampak luput dari mata untuk dibersihkan. Ketika ada orang yang ngomong keras dalam sebuah tubuh organisasi tentang dinamika persoalan dan masalah organisasi. Kadang kita melihat para ketua organisasi hanya membersihkan bagian yang nampak dengan memanggil ataupun dengan jalan pemecatan. Tapi bagian yang tak nampak itu jarang dibersihkan karena didalamnya terdapat orang yang memang berkepentingan dalam wadah organisasinya.

Banyak orang yang berkepentingan karena nyaman dengan kedudukannya yang telah dia dapatkan. Masa bodoh dengan teman yang lainnya yang penting dia sudah berada dia inginkan. Sehingga menjadi suatu Konflik dalam suatu organisasi dapat terjadi karena tersendatnya arus komunikasi antar pihak, yang menimbulkan kecurigaan, atau praduga yang dapat mengarah pada tindakan-tindakan yang merugikan semua pihak dalam organisasi. 

konflik merupakan interaksi pertentangan antara dua pihak atau lebih. Konflik biasanya timbul pada berbagai situasi sosial, baik terjadi di dalam diri individu, antarindividu, kelompok, organisasi, maupun suatu negara. Biasanya, konflik muncul karena adanya kesalahpahaman pada sebuah situasi sosial tentang pokok-pokok pikiran tertentu dan adanya antagonisme-antagonisme emosional yang menyebabkan ketidaksesuaian sehingga membuat perasaan marah, tidak percaya, tidak senang, takut, menentang, dan terjadinya bentrokan. 

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik juga dapat diartikan sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki tujuan atau kepentingan yang berbeda

Konflik adalah ketidaksesuaian, perselisihan, pertentangan, atau adanya posisi yang bersebrangan antara satu pihak dengan pihak lainnya, baik antar individu maupun antar kelompok. terdapat empat konflik yaitu konflik vertikal, konflik horizontal, konflik garis-staf, konflik peranan.

1)      Konflik vertikal Konflik ini terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang berbeda dalam organisasi, misalnya konflik yang terjadi antara bawahan dan atasan.

2)      Konflik horizontal Konflik ini terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang sama atau setingkat dalam organisasi. Misalnya konflik yang terjadi antara karyawan atau antar departemen yang setingkat.

3)      Konflik lini-staf Konflik ini terjadi antara karyawan lini yang biasanya memegang posisi komando, dengan pejabat staf yang biasanya berfungsi sebagai penasehat dalam organisasi.

4)       Konflik peranan Konflik ini terjadi karena seorang individu mengemban lebih dari satu peran yang saling bertentangan.

https://dinsospmd.babelprov.go.id/content/manajemen-konflik-dalam-organisasi

Ketika ada suatu konflik maka perlu adanya manajerial konflik yang berimbang sehingga dapat memberikan efek yang baik buat organisasinya. Pimpinan dan staf manajemen harus dapat memilah, memilih persoalan yang dapat menghancurkan jalannya organisasi. Maka diupayakan untuk dapat membangun manajemen yang efektif dan efisien dalam membangun kinerja organisasinya. Menurut T.H. Handoko (1998:10) mendefinisikan manajemen sebagai: "Bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi Perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).  http://eprints.ipdn.ac.id/5556/1/Manajemen%20Konflik%20KUSWORO.pdf

Harsono dalam bukunya Sistem Manajemen Kepegawaian (2011- 73) menyatakan bahwa yang dinamakan manajemen adalah: "proses, aktivitas, pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh manajer, meliputi: planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (menggerakkan/mengingatkan) dan controlling (pengawasan) terhadap aktivitas yang dilakukan oleh bawahan guna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan, menggunakan, mendayagunakan sumber-sumber daya yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh organisasi. Manajemen yang efektif akan memainkan makna ganda yaitu 1) menyelesaikan tugas-tugas organisasi secara tuntas untuk mencapai tujuan organisasi sekaligus, 2) memuaskan seluruh anggota organisasi. Tugas ini dilaksanakan keduanya secara simultan. Manajer harus menyelesaikan pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi melalui orang lain, untuk ini maka manajer harus memperhatikan keduanya. http://eprints.ipdn.ac.id/5556/1/Manajemen%20Konflik%20KUSWORO.pdf

Secara tataran teori manajemen memberlakukan seperti kedua teori diatas dalam hal planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (menggerakkan/mengingatkan) dan controlling (pengawasan). Akan tetapi dalam dinamika perkembangan organisasi hal-hal diatas mengalami sedikit pergeseran ketika ada unsur perasaan manusia yang terlibat didalamnya seperti  perasaan diabaikan, disepelekan, tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat menyebabkan kemarahan seseorang yang akan mempengaruhinya dalam melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan bisa menurunkan produktivitas kerja organisasinya secara tidak langsung dengan melakukan banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. 

Kesalahan yang dilakukan akibat konflik dapat menyebabkan hal dapat mematikan kreatifitas dalam giat pekerjaannya. Pada sisi yang lain akan membangun sisi kemalasan dalam bekerja. Proses konflik alami sejatinya merupakan kekuatan untuk mendatangkan perubahan dan kemajuan dalam lembaga. Jika di dalamnya mampu mengelola konflik itu dengan baik yaitu dengan cara memperkuat komunikasi dan kerjasama dalam wadah organisasi, membangun kembali kepercayaan dan harga diri sesama warga organisasi, dan mempertinggi produktifitas dan kreatifitas warga organisasi

Sedangkan untuk di sekolah dapat dibedakan menjadi faktor substantif atau emosional (Owens, 1991). Konflik-konflik karena faktor substantif bisa disebabkan oleh hal-hal yang bersifat akademis maupun non- akademis, seperti perbedaan pendapat tentang konsep pendidikan, hal-hal yang terjadi di saat mengadakan rapat dan lain-lain, yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja dari para personil sekolah. Sedangkan konflik-konflik karena faktor emosional bisa disebabkan oleh perasaan marah, ketidakpercayaan, ketidak senangan, takut dan sikap menentang, maupun bentrokan-bentrokan kepribadian antar pribadi di sekolah. Contohnya seperti guru sering datang terlambat dan pulang sebelum waktunya, sering tidak masuk dengan berbagai macam alasan, acuh tak acuh terhadap lingkungan kerja, suka mengasingkan diri dari pergaulan, suka membuat masalah dengan sesama guru, berpikir agresif, pemogokan, dn atau merusak peralatan sekolah (Liliweri 2018). Hal ini merupakan berbagai persoalan di sekolah yang mengarah pada terjadinya situasi konflik dan harus dihadapi oleh kepala sekolah. https://www.jonedu.org/index.php/joe/article/download/2597/2207

Konflik tidak terjadi secara seketika, melainkan melaui tahapan-tahapan tertentu. Robbins menjelaskan konflik terjadi melalui lima tahap sebagai berikut: 

1. Tahap Oposisi atau Ketidakcocokan Potensial Konflik ini dimulai dengan proses komunikasi. 

2. Tahap Kognisi dan Personalia Di dalam tahap ini merupakan aktualisasi dari tahap I, dimana kondisisi- kondisi di tahap I mempengaruhi secara negatif sesuatu yang diperhatikan oleh satu pihak, maka potensi untuk oposisi atau ketidakcocokan. Kondisi anteseden hanya dapat mendorong ke konflik bila satu pihak atau lebih dipengaruhi oleh, dan sadar akan adanya konflik itu. 

3. Tahap Maksud Maksud berada diantara persepsi serta emosi orang dan perilaku terang- terangan mereka. Maksud merupakan keputusan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu. Dapat diidentifikasikan lima maksud penanganan-konflik: bersaing (tegas dan tidak kooperatif), berkolaborasi (tegas dan kooperatif), menghindari (tidak tegas dan tidak kooperatif), mengakomodasi (kooperatif dan tidak tegas), dan berkompromi (pertengahan dalam hal ketegasan dan kekooperatifan). 

4. Tahap Perilaku Perilaku konflik ini biasanya secara terang-terangan berupaya untuk melaksanakan maksud setiap pihak. Tetapi perilaku ini mempunyai suatu kualitas rangsangan yang terpisah dari maksud.  5. Tahap Hasil Jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan konsekuensi. Hasil ini dapat fungsional, dalam arti konflik itu menghasilkan suatu perbaikan kinerja kelompok, atau disfungsional dalam arti merintangi kinerjakelompok (Werdiningsih et al. 2023). https://www.jonedu.org/index.php/joe/article/download/2597/2207

Adapun beberapa pendekatan manajemen konflik tersebut meliputi: Pencegahan Konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang keras, Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk mengakhiri perilaku kekerasan melalui persetujuan damai, Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi pihakpihak yang terlibat, Resolusi Konflik, menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama di antara kelompok-kelompok yang bermusuhan, Transformasi Konflik, mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas dan berusaha mengubah kekuatan negatif dari peperangan menjadi kekuatan sosial dan politik yang positif. https://serupa.id/manajemen-konflik-pengertian-pendekatan-strategi-proses-dll/

Dalam setiap lembaga atau organisasi serta negara berusaha mengatur sebuah manejemen konflik yang terjadi dari suatu sub sistem giat kehidupan. Di butuhkan suatu upaya penanganan yang sangat serius dalam memecahkan setiap konflik yang terjadi. Pernak-pernik dan warna yang ada di dalam merupakan rangkaian dari proses dinamika hubungan kelembagaan yang dinangungi. Proses kepemimpinan yang efektif dibutuhkan untuk menanggulangi masalah konflik agar tidak meluas dengan mendengar secara akomodasi dan kerjasama dalam menyelesaikan konflik.

Orang-orang yang ada dalam tubuh organisasi pun harus mampu bergerak secara stimultan dan koloborasi serta paham akan peran yang sudah di bagikan oleh pimpinan. Peran yang dimainkan dalam ketika individu dalam lingkaran manajemen harus dapat menyeleraskan tujuan organisasi dan mampu mengkomunikasikannya dengan baik. Memainkan komunikasi itu sangat penting dalam menyelaraskan tujuan visi misi organisasi agar berjalan dengan baik kepada anggotanya. 

Orang-orang yang terlibat dalam manajemen harus mampu melihat, mendengar dan menyerap informasi untuk diolah sebagai bagian proses dinamika organisasi. Akan tetapi pada kenyataan orang-orang yang dalam lingkaran organisasi tak paham bahkan tak mampu menyerap informasi. Karena pada dasarnya orang yang berada dalam manajemen top leader sudah merasa nyaman terhadap apa yang ada, sedangkan menyelesaikan masalah seperti sampah yang cukup di sapu sekali selesai tanpa untuk dipel dikasih pewangi dan lain sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun