Ada beberapa hal menurut hemat penulis dalam memajukan pendidikan di negeri ini.
Pertama Adanya sikap disiplin dan taat waktu dari seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini yang menjadi persoalan yang harus segera dipecahkan bersama. Kadang urusan disiplin dan taat waktu menjadi benalu bagi setiap warga masyarakat Indonesia. Pada masa pemerinatah Orde Baru ada ajakan gerakan disiplin nasional yang masih relevan hingga saat ini.
Kedua. Pembiasaan budaya literasi dalam setiap giat kehidupan masyarakat Indonesia. Rendahnya minat baca tulis masyarakat Indonesia karena ketersidiaan fasilitas membaca yang kurang. Pembiasan literasi diberikan porsi yang besar dalam menuntun kehidupan yang lebih baik. Dari proses pembiasan literasi maka akan tumbuh menjadi budaya membaca dalam setiap insan masyarakat Indonesia. Kalau sudah terbiasa maka terbangun proses pencatatan narasi dalam setiap giat kehidupan sehingga anak cucu kelak di kemudian dapat membaca gagasan pendahulunya.
Ketiga memiliki komitmen dan visi yang jelas dari seluruh masyarakat pendidikan di Indonesia. Komitemen untuk berubah dalam setiap hal yang dilakukan dengan visi dan misi dari bagian perencanaan pendidikan.
Dalam konteks mutu pendidikan yang terdapat di sekolah misalnya, penelitian Cheng dan Wongdi Cina (Mulyasa, 2008b: menunjukkan bahwa sekolah bermutu ditandai dengan empat ciri utama yaitu (1) profesionalisme mengajar guru;(2) adanya dukungan pendidikan yang konsisten dari masyarakat; (3) adanya tradisi jaminan mutu (quality assurance) darisekolah; dan (4) adanya harapan yang tinggi dari siswa untuk berprestasi. (Ilyas Yasin; 2021)
Peta jalan pendidikan nasional diharapkan mampu untuk membentuk SDM yang unggul dan berkualitas serta memiliki kompetensi yang baik. Visi Pendidikan Indonesia 2035 Membangun rakyat Indonesia untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang unggul, terus berkembang, sejahtera, dan berakhlak mulia dengan menumbuhkan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020:1-75). SDM yang unggul merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yaitu Berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, Kreatif, Gotong Royong. Kebinekaan Global Pengembangan SDM unggul harus bersifat holistik dan tidak terfokus kepada kemampuan kognitif saja,
Penggunaan teknologi dalam proses belajar dan mengajar merupakan suatu keperluansaat ini, karena teknologi dapat membantu memperluas dan mengembangkan pembelajaran peserta didik, serta mendukung tujuan pengajaran. Selain itu, penggunaanteknologi membarikan pengaruh yang besar pada aplikasi pendidikan, dan mengubah cara guru dalam mengajar, cara siswa belajar, dan cara guru dan siswa berkomunikasi. Namun, ini bisa menjadi rintangan yang nyata bagi pendidik untuk dapat menguasai berbagai perangkatteknologi, supayapendidik mampumemahami dan menyampaikan pembelajaran dengan baik, dan tidak salah dalam memahami siswa. (Farid Setiawan dkk:2021)
Mencerahkan Semesta
Jika kondisi mutu pendidikan Indonesia sudah berjalan baik sesuai dengan amanat konstitusi maka akan tercapai harapan baru masyarakat Indonesia yang sadar akan tanggung jawab dalam pemenuhan belajar sepanjang hayat. Butuh waktu untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia 2035 dan butuh koloborasi setiap anak bangsa dalam merangkai makna dalam memahami visi pendidikan Indonesia.
Mencerahakan dalam kamus besar bahasa Indonesia berawal dari kata cerah yaitu 1 terang (tentang hari, bulan, warna); jernih (tentang kaca): langit 2 berseri (tentang muka): wajahnya sekali; 3 baik; bahagia: ia tidak melihat hari depan yang ceria cerah sekali; terang dan bersih (tentang udara dan sebagainya); mencerahkan menjadikan (menyebabkan) cerah (tidak suram, jernih, dan sebagainya); Sedangkan semesta num seluruh; segenap; semuanya: semua yang ada di alam ini tidak dapat lepas dari takdirnya masing-masing; 2 (berlaku untuk) seluruh dunia; universal
Berarti pendidikan yang kita lakukan berdasarkan pada hal yang tidak suram, cerah sesuai dengan semua yang ada di muka bumi ini. Pencerahan merupakan nilai keutamaan yang tertanam dalam segenap kebaikan jiwa, pikiran, sikap, dan tindakan yang maslahat, berkeadaban, dan berkemajuan. Martabat bangsa pun akan terbangun sebagai manifestasi dari pola pikir dan pola perilaku masyarakat yang mengedepankan optimisme, saling menghargai, dan khusnudzon, dalam bingkai saling asah saling asih dan saling asuh.