Rasa bahagia pun yang ada di dalam guru bagian dari rasa spiritual yang dimilikinya. Makna spiritual dikaitkan dengan kedekatan seorang guru dengan Sang PenciptaNya Allah SWT. Ada rasa spirit yang terjadi dalam dirinya dalam membangkitkan kebermaknaan dalam memberikan pengajaran kepada peserta didik. Spirit berupa energy positif yang didapatkan dari roh energy positif berupa kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual yang dimiliki oleh seorang guru dalam dirinya.
Tischler & McKeage (2002) yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual dicirikan dengan adanya lima kemampuan inti yaitu 1) Kemampuan Transendental yang ditandai dengan tercukupinya kebutuhan batin, kedamaian hati, dan ketentraman jiwa dengan merasa bahwa tuhan selalu menyertai dan membimbing hidup individu 2) Kemampuan untuk memasuki kondisi spiritual yang dicirikan pada komitmen individu untuk menjalin hubungan yang dalam dengan tuhan, kekuatan iman, serta kepasrahan individu. 3) Kemampuan menanamkan nilai-nilai religius yang ditampakkan dalam aktivitas-aktivitas individu selalu merasa dalam koridor agama. 4) Kemampuan untuk memanfaatkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan. 5) Kapasitas untuk berperilaku sholeh yang ditunjukkan dengan sikap yang mudah memberikan maaf, mensyukuri nikmat, kesederhanaan, serta mengasihi sesame. (Rahmat Azis; Proyeksi, Vol. 6 (2) 2011, 1-11)
http://lppm-unissula.com/jurnal.unissula.ac.id/index.php/proyeksi/article/view/242
Proses pembiasan pembelajaran dan penanam karakter kepada peserta didik merupakan pesan pembelajaran yang dapat peserta didik dapat amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Proses spritualitas dalam membangkitkan semangat etos belajar kepada peserta didik dengan ragam pelaksanaan pembiasan kegiatan ibadah dan kegiatan penunjang seperti kegiatan literasi, kegiatan upacara dan lain sebagainya.
Sekolah yang menjadi taman bermain anak dan pusat tumbuh kembang anak atau peserta didik sudah selayaknya menfasilitasi kegiatan pembelajaran yang bermakna dan menghadirkan kebahagian. Dalam Islam puncak kebahagian seorang Hamba ketika bertemu dengan Allah SWT. Begitu pun di sekolah yang dapat menghadirkan suasana religious dalam kegiatan pembelajaran dan menghadirkan suasana batin yang bahagia.
Sehingga proses bahagia akan membangun hakikat pendidikan mengenai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dengan memiliki potensi spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara pada perkembangan zaman global saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H