Dalam memahami kurikulum merdeka di warung kopi memang terasa janggal buat kita yang bukan penikmat kopi. Kenapa janggal karena urusan kurikulum harus dibicarakan dalam warung kopi yang memang bukan ranahnya untuk membicarakan itu.
Warung kopi sebagai layaknya tempat dimana untuk santai tanpa membicarakan hal-hal yang sifatnya mengandung hal yang formal. Apalagi ketika kita bicara kurikulum yang menyangkut pondasi dasar dari sebuah lingkup pengajaran dan pendidikan.
Di Warung kopi sendiri pada saat ini sudah berkembang kondisi yang cukup luar biasa dengan menunjukkan istilah baru seperti kedai kopi, kopi kenangan dll, Beragam istilah warung kopi dengan konsep mileneal dengan varian menu baru dalam peracikan kopi dengan wajah sang barista peracik kopi dan juga ada menu tambahan lain.
Sehingga warung kopi dengan konsep kekinian bisa ditampilkan sebagai obyek membicarakan masalah yang sifatnya formal.
Begitu juga ketika membuka konteks kurikulum kita bisa juga membuka sesuatu hal yang baru dalam mengkaji dan memahaminya. Terkadang hal-hal yang sifatnya formal ditelaah atau dikaji dalam tempat yang nonformal bisa menghasilkan sesuatu pemahaman yang berbeda.
Sebagai contoh yang ketika rumit dalam memahami istilah kurikulum merdeka kita bisa sambil tentang capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran dan lainnya kita bisa sambil dalam sesuana yang rileks dapat memahami persoalan kurikulum itu.
Implementasi kurikulum merdeka secara sederhana ketika mendalaminya lebih mendekat kepada pijakan pendidikan aliran konstruktivisme yang lebih mementingkan segi dasar pembelajaran berpusat kepada peserta didik dan pengalaman yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran.
Peserta didik harus banyak yang aktif ketimbang guru dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Sehingga nuansa baru yang ditekankan lebih mengedepankan proses pembelajarannya dalam memahami capaian pembelajaran.
Kita pun juga harus tau maksud pengertian Kurikulum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Secara etimologis kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti berpacu. Jadi istilah kurikulum pada awalnya berhubungan dengan kegiatan olahraga pada jaman Romawi kuno di Yunani yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari.
Secara terminologi istilah kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan mengandung pengertian sejumlah pengetahuan yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mendapatkan suatu tingkatan atau ijasah (Sudarman,2019;1)
Dalam artian lain ketika memahami kurikulum seperti kita menikmati cita rasa kopi didalam uatu kedai atau warung kopi. Sang pemilik kedai kopi harus pintar mengolah dan membuat perencanaan dalam usaha warung atau kedai kopinya untuk dinikmati oleh para pelanggan.
Hal ini bisa dilihat dari konstruk atau cara kedai kopi menghidangkan menu yang diberikan kepada pelanggan. Begitu juga guru dalam membuat hal yang sama dia harus bisa membuat hal perencanaan yang akan disajikan di dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga peserta didik dapat merasa nyaman dan menikmati setiap moment pembelajaran yang dirancang oleh guru.
Kurikulum dalam tataran gerak dan konsep adalah bagaimana seorang guru dalam menyajikan praktik baik pembelajaran dalam ruang kelas. Pemerintah hanya membuat rambu-rambu pembelajaran berikut penilaiannya serta struktur acuan kurikulum itu sendiri.
Memang kadang kala guru lambat dalam memahami urusan kurikulum itu sendiri. Banyak keterbatasan dalam bagaimana urusan memahami kurikulum itu sendiri.
Implementasi kurikulum merdeka secara kasat mata gurulah yang aktif dalam mencari dan memahami struktur kurikulum itu. Guru harus bergerak merdeka untuk belajar masalah implementasi kurikulum merdeka. Dengan kata lain konsep belajar sepanjang hayat yang dijadikan acuan dalam mengintegrasikan pemahaman keilmuan dalam prose pembelajaran.
Guru pun harus bergerak di awal sebelum mengkomunikasi lewat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Seperti konsep menghadirkan kopi dan menu pendukung di dalamnya perlu suatu usaha perbaikan dari tempat tata letak, fasilitas, serta pelayanan kepada pengunjung penikmat kopi. Mereka belajar terlebih dahulu dalam membuat kopi dan varian menu yang lainnya.
Mereka para pemilik dan oramg-orang yang ada dalam kedai merupakan orang yang sudah terlatih terlebih dahulu dalam menyajikan kopi dan varian menu.
Jika kita menilik tentang implementasi kurikulum merdeka maka keaktifkan guru dalam belajar memahami kurikulum merdeka dengan segala kurumitannya pasti membuat pusing. Karena ada beban ketika harus menyesuaikan proses pembuatan adminstrasi pembelajaran dalam bentuk Rencana Program Pembelajaran yang berganti dengan istilah Modul Pembelajaran.
Secara esensi memiliki kemiripin dengan model rpp yang dibuat sebelumnya. Kemudian berganti istilah KI-KD menjadi Capaian Pembelajaran dan Tujuan Pembelajaran, serta silabus menjadi Alur Tujuan Pembelajaran. Apalagi ada Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang menjadi desain tersendiri dalam pembelajaran karakter peserta didik.
Segala kerumitan pasti memberikan efek yang cukup melelahkan buat guru dan Sekolah dalam menyiapkan perangkat pembelajaran dan program sekolah di awal Tahun ajaran. Kurikulum Merdeka memang sangat merdeka buat guru dan sekolah dalam mengimplementasikannnya.
Serta banyak interpretasi yang muncul dalam memahami struktur kurikulum yang dimaksud sesuai dengan peraturan yang dibuat kementrian pendidikan kebudayan dan riset tekonologi.
Memahami implementasi kurikulum merdeka guru harus sedikit bergerak untuk menambah pengetahuannya. Tidak boleh statis dalam melihat gejolak perubahan kurikulum yang terjadi.
Dia bergerak untuk belajar dan merasakan serta melakukan praktik baiknya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Hasilnya akan dinikmati oleh peserta didik dalam pengetahuan dan pengalaman dalam proses pembelajaran.
Seperti ketika orang membuka warung kopi atau kedai kopi pastilah dia akan berusaha membuat citarasa pengolahan kedai dan menunya yang bervariatif. Tentunya dengan standar harga yang bersaing dengan kedai dan warung kopi yang lain. Sehingga pengunjung akan merasakan kenikmatan ketika dia berada di dalam kedai kopi itu.
Sambil merasakan menu aroma kopi yang diracik oleh seorang barista. Bahkan menu makanan pendamping yang diracik oleh para koki atau juru masak yang hebat dan handal.
Proses pembalajaran sepanjang hayat sebelum diberikan pemahaman ke peserta didik kita dulu sebagai seorang guru mau tidak untuk belajar. Tuntunan dunia informasi dan digitalisasi yang luar biasa menuntut guru pun juga harus mau bersiap berubah dan bersiap belajar.
Guru harus menjadi role model pembelajaran kreatif dan inovatif sebelum diarahkan ke peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H