Mohon tunggu...
Indar Cahyanto
Indar Cahyanto Mohon Tunggu... Guru - Belajar

Belajarlah untuk bergerak dan berkemajuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Idul Adha dan Pendidikan Welas Asih

1 Juli 2022   18:00 Diperbarui: 1 Juli 2022   18:04 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan welas asih merupakan proses pendidikan dimana tertanamnya rasa kasih sayang kepada sesama dan saling memahami dalam bergaul dan berinteraksi. Terbangunnya proses komunikasi yang baik diserta dengan sikap keihklasasn dari Nabi Ibrahim dalam baktinya kepada Allah dapat menundukkan keyakinan dan bakti seorang anak kepada Bapaknya. Serta ridho dari sang Ibunda Siti Hajar dalam melepas anaknya untuk disembelih sebagai rasa cinta dan bakti kepada Allah SWT.

Peran orangtua dalam menanamkan pendidikan welas asih kepada putra-putrinya pertama kali dirumah menjadi hal yang pokok dan utama sebelum mengenal lingkungan lebih lanjut. Orangtua menjadi contoh pembelajaran kehidupan yang sejatinya dapat merangsang anak untuk dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik.

 Pengajaran yang pertama dan utama berawal dari rumah dimana gurunya adalah orangtua itu sendiri. Di rumah anak dirangsang pola pikirnya untuk terbiasa belajar berkasih sayang dan saling menghargai.Di rumah pola deferensiasi pendidikan dibedakan antara lelaki dan perempuan yang sesuai dengan kodratnya.

Ketika di sekolah tinggal melanjutkan apa yang sudah diajarkan dari rumah oleh orangtua. Disekolah diberikan pengutan konsep pengetahuan dan metoda kelimuan yang belum didapatkan dari rumah.  Menurut Ki Hajar Dewantara berbicara mengenai sekolah yang dinamakan dirinya “perguruan” berasal dari perkataan “guru” arti harfiah dari perguruan adalah tempat dimana guru itu tinggal. 

Kata yang lain dapat diambil kata berguru yang artinya belajar dapat juga dilekatkan pusat study. Bisa dikatakan juga sekolah itu harus menjadi rumahnya guru. Menurut namanya muridlah yang mendatangi gurunya, bukan guru yang pergi kepada muridnya. Seperti ada perkataan “sumur lumaku tinimba” artinya sumber berjalan tempat mengambil air. Dalam seluruh perguruan meliputi semangatnya. (Ki HajAR Dewantara, 1997;56-57).

Sekolah menjadi tanam pendidikan karakter dan tumbuhnya budi pekerti dimana didalamnya terdapat keselarasan dan kehormanisan. Terciptanya rasa kasih sayang sesame warga sekolah mulai dari kepala sekolag, guru, tenaga kependidikan, peserta didik dapat membangun kepercayaan dan kolaborasi serta kolektivitas. Hubungan antara sesama warga sekolah bukan sebatas profesioanalitas saja tapi menunjukkan sikap kehumanisan.

Menurut Ardan Sirodjuddin Sekolah harus mengubah sistem pendidikan yang masih berorientasi pada ta’lim (mengajarkan) menjadi ta’dib (penanaman adab). Dalam konsep compassionate school, ta’dib harus diterapkan secara menyeluruh meliputi tiga area, pertama Sumber Daya Manusia yaitu guru, karyawan, orang tua, hingga satpam, kedua kurikulum, dan yang ketiga iklim atau hidden curricullum. Membangun compassionate school atau sekolah welas asih. 

Sebuah sekolah bukanlah pabrik yang melahirkan siswa-siswa pintar, tetapi sebuah lingkungan yang membuat semua unsur di dalamnya menjadi lebih ber-adab. Sekolah adalah ladang untuk menanam benih karakter luhur: nilai-nilai keber-adab-an yang melandasi pola hubungan antara individu di sekolah. Dan individu itu adalah siswa, guru, staf tata usaha, satpam, petugas kebersihan, yang batin martabatnya sama, yakni manusia. https://cabdindikwil1.com/blog/membangun-sekolah-welas-asih/

Menurut Din Wahyudun dalam merajut peradaban bangsa melalui  metode asah, asih, asuh adalah esensi universal pembelajaran bermakna. Konsep pembelajaran yang bersendikan welas asih dengan dilandasi oleh semangat profesionalism, care and dedication based on love. Tiga aspek ini sangat universal dan membumi.    

Kata asah atau memahirkan yaitu memberi makna  bahwa dialog pembelajaran yang dibangun guru beserta peserta didik patut dilandasi atas hal yang esensial, substantif dan perlu, guna mengusung aspek perolehan pengalaman belajar yang bermakna. Meaningful learning experience. 

Kata asih atau kasih sayang yaitu mengedepankan dialog pedagogis yang dibangun guru kepada peserta didik yang dilandasi atas dasar profesionalisme dan cinta kasih.. Kasih sayang sepenuh hati  dalam merawat   peserta didik inilah sering disebut nurturing love. Kondisi ini lah yang tak boleh diabaikan. Kata asuh atau membimbing lebih dimaknai bahwa kegiatan pembelajaran lebih bercirikan pada aspek bimbingan. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing peserta didik ke arah yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun