Kurban yang berarti dekat atau mendekatkan atau disebut juga Udhhiyah atau Dhahiyyah secara harfiah berarti hewan sembelihan. Sementara itu, ibadah kurban adalah salah satu ibadah pemeluk agama Islam, dengan melakukan penyembelihan hewan ternak untuk dipersembahkan kepada Allah. Ritual kurban dilakukan pada bulan Zulhijah pada penanggalan Islam, yakni pada tanggal 10 (Iduladha), serta 11, 12, dan 13 (hari Tasyrik).
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurban_(Islam)
Makna Kurban berarti seorang Hamba yang pasrah mendekatkan diri kepada Allah SWT dan beribadah meningkatkan keimanan dan ketaqwaanNya. Makna yang lain seorang Hamba yang pasrah dan patuh kepada Allah SWT untuk menyembelih segala hawa nafsunya yang membelenggu dirinya. Begitulah kata “qurban” artinya “sesuatu yang dekat atau mendekatkan”, yakni dekat dan mendekatkan diri kepada Allah, sehingga setiap yang berkurban semakin taat hidupnya kepada Allah, yang diwujudkan dengan segala ibadah dan amal shalih atasnama-Nya.
Rasa kecintaan dan kedekatan seorang Hamba kepada Sang KhalikNya diwujudkan dengan sikap pengorbanan apa yang dimilikinya. Disinilah tumbuh nilai pendidikan yang membangun empati dan simpati kepada kehidupannya sesama manusia di dunia. Kemudian menjadi insan pembaharu bagi kehidupannya dan sesamanya yang menebar kebaikan dan kasih sayang.
Dalam Al Quran dikisahkan secara khusus pengorbanan utuh dari keluarga besar Nabi Ibrahim AS. Yang dikisahkan dalam surat Qs Ash-Shaaffaat: 102-107 artinya :
“Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”, Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah), Kami memanggil dia, “Wahai Ibrahim, sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar”
Menundukkan rasa pandangan untuk taat kapada Allah dan menjalankan kewajibannya sebagai seorang Hamba yang berimana dan bertaqwa kepada Allah SWT. Rasa ketaqwaan yang dimiliki oleh keluarga Ibrahim AS merupakan suatu frase dimana kesalehan dan keyakinan itu dibangun atas dasar cinta dan kesungguhan hati serta saling kasih sayang. Pondasi yang kokoh merupakan cerminan nilai-nilai Tauhid yaitu manisfestasi keesaan Allah SWT dalam segala gerak kehidupan keluarga Nabi Ibrahim AS.
Berawal dari sebuah mimpi Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya Ismail. Mimpi yang menjadi poin sikap terbangunnya nilai-nilai tauhid kepada Allah yang dimunculkan. Kemudian tergambar ada dialog antara orangtua dan anak yang menggambarkan sikap rendah hati dari seorang ayah kepada putranya untuk berkomunikasi atas dasar rasa sayang dan cinta kasih. Hal itu menjadi insan yang shalih, zuhud, dan berjiwa muraqabah atau merasa selalu diawasi Allah. Jiwa yang shalih dan zuhud digambarkan oleh keluarga Ibrahim AS dan menjadi pembelajaran buat kita umat Nabi Muhammad SAW.
Pada suatu hadits disebutkan bahwa Zaid Ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah saw, apakah kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Kurban adalah sunahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka bertanya: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.” Mereka bertanya lagi: “Kalau bulu-bulunya?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” (HR. Ahmad dan Ibn Majah). https://suaramuhammadiyah.id/2019/07/29/khutbah-idul-adha-1440-h-mengaktualisasikan-takwa-dan-kebersamaan/
Pendidikan Welas Asih
Merujuk dari sikap keluarga Nabi Ibrahim yang menunjukkan seuatu pola pendidikan welas asih kepada keluarganya dan sikap zuhud kepada Allah SWT. Perlu ditiru dalam sikap kehidupan sehari-harin khususnya dalam pergaulan di masyarakat serta pergaulan di dalam kelas atau sekolah merefleksikan pola perilaku welas asih terhadap sesama. Proses pendidikan welas asih akan terpancar sikap kepedulian dan terbangunnya rasa kolektivitas kebersamaan dalam merawat kemajemukan.