Harusnya ketika mengambil gagasan Ki Hajar Dewantara pemerintah pun juga melihat sisi historisnya dengan membuat dasar kebijakan dalam peraturan pemerintah yang manambahkan Sejarah sebagai mata pelajaran wajib. Terlihat bahwa hanya gagasan yang diambil sebagai bagian pijakan pengembangan kurikulum merdeka tapi nilai-nilai historis sejarah perjuangan beliau untuk perjungan bangsa tak sepenuhnya diambil.
Nilai-nilai historis dalam kata merdeka menjadi landasan pijakan nantinya dalam pengembangan dan penerapan kurikulum merdeka. Guru harus benar-benar merdeka dalam menerapkan konten pembelajaran secara inovatif dan kreatif. Tanpa ada tekanan ataupun paksaan dari manapun dalam pengembangan kreatifitas pembelajaran. Ruang-ruang kelas menjadi tempat pelaksanaan ide gagasan dan pengembangan dari konten materi pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Dan sisi lain pelaksanaan literasi dapat dioptimalkan dengan tersedianya sarana penunjang pembelajaran yang mencukupi.
Kegiatan Belajar mengajar berpusat pada peserta didik menjadi tantangan bagi guru untuk mengimplementasi kurikulum pembelajarannya. Alur Tujuan pembelajaran yang menjadi pegangan guru yang dibuatnya harus mencerminkan capaian pembelajaran yang ingin dicapai. Maka guru harus kembali belajar untuk dapat membangun program pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik tujuan yang dimaksud dalam kurikulum merdeka. Menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat benar-benar menjadi filosofi pegangan antara peserta didik, guru, kepala sekolah, orang tua dan masyarakat serta pemerintah sebagai pengendali kebijakan pendidikan. Kurikulum merdeka bagian dari harapan baru pendidikan di Indonesia sehingga tujuan dari pengembangan kurikulum ini akan tercapai yaitu terbentuknya karakter dalam profil pelajar pancasila.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI