Melihat itu Kailash semakin geram, ditariknya kembali tubuh anaknya dan didorongnya hingga mengenai tembok. Bunyi tubrukan tulang kepala dengan tembok terdengar sangat jelas. Agnesh memekik keras, kepalanya berdenyut sangat kencang, seperti akan meledak.
Tubuh Agnesh meluruh ke lantai, gadis itu sudah tak sanggup menopang tubuhnya sendiri. Air matanya menetes dengan perlahan mengenai dinginnya lantai keramik di kamarnya.
Kailash berlalu keluar dari kamar Agnesh, membuat gadis itu menghelas napasnya lega. Namun, hal itu tak berselang lama, karena setelah itu Kailash datang dengan membawa sembilah bambu ditangannya.
Splashh
Splashh
Splashh
Bambu itu mendarat dengan mulus pada kaki, lengan dan punggung Agnesh. Bahkan gadis itu tak sempat mengeluarkan erangannya, Ayahnya kembali memukulinya dengan membabi buta.
Splashh
Pukulan terakhir dangat keras Kailash berikan pada bagian lengan Agnesh, membuat darah mengalir dengan deras menembus baju yang gadis itu kenakan.
Tak cukup sampai disana. Kailash menjongkok, mencengkeram dagu Agnesh, menariknya ke atas hingga kepala Agnesh tak lagi menempel pada lantai. Tetesan-tetesan air mata terus mengalir dari bola mata hazel itu.
Samar-samar Agnesh menatap wajah Kailash. Mata Ayahnya menatap dirinya dengan tatapan kebencian. Tuhan, sebelum Engkau memanggilnya, dapatkah Agnesh mendapatkan kasih sayang seorang Ayah walau hanya semenit saja? Agnesh ingin seperti Reno. Dimanja Ayahnya, dipeluk, dicium, dicintai dengan perasaan penuh. Apakah permintaan Agnesh terlalu berlebihan Tuhan?