Mohon tunggu...
Indani Ainun Fajriah
Indani Ainun Fajriah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jadilah pribadi yang bermanfaat, kapan pun dan dimana pun kita berada.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kisah di atas Bentala - Kesialan Sang Korban

17 Oktober 2024   17:12 Diperbarui: 17 Oktober 2024   17:15 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Aakash membawa Agnesh menuju sebuah minimarket untuk membelika obat. Disaat  perjalanan pun keduanya sama-sama diam, tak ada yang berniat membuka pembicaraan.

"Lho Kash, kok kesini? Aku mau ke sekolah aja," ujar Agnesh saat sedetik sebelum Aakash mematikan sepedanya di depan minimarket.

Aakash menghela napasnya kasar, jam sudah menunjukkan pukul 06.33. Jika dia melajukan sepedanya ke sekolah, masih memungkinkan jika keduanya tak akan terlambat. "Tapi luk-"

Belum sempat Aakash menyelesaikan perkatanyaan, Agnesh sudah menggelengkan kepalanya tegas. Kalau hari ini dia membolos lagi, Ayahnya akan kembali memukulinya, dan dia tidak mau hal itu terjadi.  

Melihat gelengan dari Agnesh, Aakash hanya menganggukkan kepalanya lucu membuat Agnesh tertawa cekikikan. Hingga tanpa Aakash sadari, sudut bibirnya tertarik membentuk lengkungan indah saat melihat senyum di wajah gadis itu.

Aakash kembali menghidupkan sepedanya dan melajukannya dengan sangat hati-hati. Lelaki itu melirik sekilas wajah Agnesh dari kaca spion. Ujung bibir gadis itu sedikit sobek dan pipinya penuh dengan memar berwarna biru keunguan.

"Nesh, mending lo berangkat sama pulang sekolahnya sama gue aja gimana? Dari pada lo naik angkot," ujar Aakash ditengah-tengah hiruk pikuk suara di jalan.

Agnesh menggelengkan kepalanya, bisa-bisa Kailash semakin marah padanya. Melihat gelengan kepala itu membuat Aakash terdiam, mungkin dia hanya akan mengawasi Agnesh dari jauh.

20 menit berlalu, dan kini keduanya telah sampai di depan gerbang sekolah. Agnesh langsung turun dari sepeda Aakash. Beberapa murid yang berseliweran menatap ke arahnya, membuat gadis itu merasa tak nyaman.

Menarik napasnya panjang, Agnesh kemudian membenarkan tas punggungnya lalu melihat ke arah Aakash. Aakash menganggukkan kepalanya, menyuruh Agnesh untuk memasuki sekolah terlebih dahulu. Agnesh pun mulai melangkah dengan perlahan, tatapan para murid di sana semakin menatap Agnesh ketika dia berjalan dengan sedikit terseok-seok. Agnesh menunduk malu, wajahnya yang penuh dengan lebam dia sembunyikan dibalik geraian rambutnya. Dia tak ingin ada yang melihat wajahnya.

Agnesh berjalan dengan terus menunduk, tak berani mendongak. Beberapa kali dia meringis saat kakinya terasa sangat nyeri, sepertinya nanti Agnesh harus melihat tutorial mengurut kaki di YouTube. Dia terlalu sayang dengan uang tabungannya jika digunakan untuk membayar tukang pijit.

Bukan karena pelit terhadap diri sendiri, tetapi uang tabungannya itu untuk cadangan disaat Kailash tak memberikannya makan seharian atau untuk membeli obat guna mengobati luka-luka dibadannya. Karena Kailash tak pernah memberinya uang, kecuali uang saku yang hanya lima belas ribu.

"Ih itu Agnesh kan? Yang tadi bareng sama Aakash? Mukanya kok lebam-lebam gitu ya? Jalannya juga nggak bener," ucapan seorang siswi yang Agnesh dengar, membuat gadis itu semakin menundukkan kepalanya, malu.

Walaupun dengan langkah terseok-seok. Agnesh berusaha melangkah secepat mungkin untuk meninggalkan segerombol siswa-siswi yang menatapnya dengan tatapan aneh. Agnesh benci hal itu, dia tak suka menjadi pusat perhatian.

Beberapa langkah lagi Agnesh berhasil masuk ke dalam kelas XII MIPA 1, kelasnya berada. Masih dengan kepalanya yang menunduk, Agnesh memasuki kelas. Namun, secara bersamaan, Jesselyn, teman sekelasnya juga hendak keluar kelas.

BRAK

BYUR

"AAAA!" Agnesh memekik keras ketika dia terjatuh akibat tertabrak dengan seseorang. Teriakan itu semata-mata bukan karena Agnesh terjatuh, tetapi suatu hal yang panas tumpah membasahi lengan seragam putihnya.

"AGNESH! Sorry Nesh, gue nggak sengaja,"

Agnesh tak menghiraukan perkataan Jesselyn. Gadis itu sibuk mengibas-ngibaskan bajunya yang tersiram kuah soto pedas yang masih panas. Air mata Agnesh mengalir. Bayangkan saja, kuah panas dan pedas soto itu mengenai bekas pukulan Kailash pagi tadi yang menggunakan ikat pinggang. Sudah dapat dipastikan, perihnya bukan main.

Tuhan, kenapa ada saja kesialan bagi Agnesh setiap harinya? Apakah benar kata Kailash jika dirinya adalah anak pembawa sial?

Beberapa teman Agnesh mendekat dan mengerubunginya. "Nesh, seragam lo ada darahnya, ke UKS aja yuk," ajak salah satu perempuan disana.

Agnesh menggeleng, hingga seseorang duduk berjongkok di depannya sembari meniupi lengan yang baru saja tertumpahi kuah soto. "Ke UKS aja ayo, gue yang anter," ujarnya

"Nggak perlu Aakash, aku gapapa kok. Ntar juga kering sendiri," sahut Agnesh.

Ya, lelaki itu adalah Aakash. Mereka memang satu kelas sejak kelas sepuluh. Tetapi Aakash tak pernah tahu, apa alasan yang membuat wajah Agnesh selalu dipenuhi luka dan lebam. Dan hal itu terjawab pagi tadi.

Agnesh mencoba berdiri, namun dia terjatuh. Aakash yang melihatnya membantu gadis itu untuk berdiri.

"Tangannya yang kena, tapi kakinya yang bermasalah. Playing victim, upss!" Sindir salah satu teman Agnesh yang menggunakan name tag Angel.

Agnesh hanya diam mendengar itu, menjelaskan pun akan percuma. Tak ada gunanya, karena mereka tak akan peduli.

"Kalau gak bisa bantu, seenggakknya gausah bacot!" maki Aakash lalu menggendong Agnesh menuju UKS.

Agnesh yang tak siap pun secara refleks mengalungkan tangannya ke leher Aakash. Teman-temannya yang ada disana hanya dibuat melongo. Ada apa sebenarnya?

Bersambung...

Stay tuned yaaa!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun