Bukan karena pelit terhadap diri sendiri, tetapi uang tabungannya itu untuk cadangan disaat Kailash tak memberikannya makan seharian atau untuk membeli obat guna mengobati luka-luka dibadannya. Karena Kailash tak pernah memberinya uang, kecuali uang saku yang hanya lima belas ribu.
"Ih itu Agnesh kan? Yang tadi bareng sama Aakash? Mukanya kok lebam-lebam gitu ya? Jalannya juga nggak bener," ucapan seorang siswi yang Agnesh dengar, membuat gadis itu semakin menundukkan kepalanya, malu.
Walaupun dengan langkah terseok-seok. Agnesh berusaha melangkah secepat mungkin untuk meninggalkan segerombol siswa-siswi yang menatapnya dengan tatapan aneh. Agnesh benci hal itu, dia tak suka menjadi pusat perhatian.
Beberapa langkah lagi Agnesh berhasil masuk ke dalam kelas XII MIPA 1, kelasnya berada. Masih dengan kepalanya yang menunduk, Agnesh memasuki kelas. Namun, secara bersamaan, Jesselyn, teman sekelasnya juga hendak keluar kelas.
BRAK
BYUR
"AAAA!" Agnesh memekik keras ketika dia terjatuh akibat tertabrak dengan seseorang. Teriakan itu semata-mata bukan karena Agnesh terjatuh, tetapi suatu hal yang panas tumpah membasahi lengan seragam putihnya.
"AGNESH! Sorry Nesh, gue nggak sengaja,"
Agnesh tak menghiraukan perkataan Jesselyn. Gadis itu sibuk mengibas-ngibaskan bajunya yang tersiram kuah soto pedas yang masih panas. Air mata Agnesh mengalir. Bayangkan saja, kuah panas dan pedas soto itu mengenai bekas pukulan Kailash pagi tadi yang menggunakan ikat pinggang. Sudah dapat dipastikan, perihnya bukan main.
Tuhan, kenapa ada saja kesialan bagi Agnesh setiap harinya? Apakah benar kata Kailash jika dirinya adalah anak pembawa sial?
Beberapa teman Agnesh mendekat dan mengerubunginya. "Nesh, seragam lo ada darahnya, ke UKS aja yuk," ajak salah satu perempuan disana.