"SAYA BERTANYA, KEMANA KAMU SELAMA DUA HARI INI SAMPAI BERANI MEMBOLOS?" Kailash meninggikan intonasi suaranya.
Agnesh menunduk takut. "Maaf Ayah. Ag-agnesh pergi ke rumah Aurel, Aurel meninggal," jujurnya, percuma juga jika dia berbohong.
Kailash memegang dagu Agnesh, menghadapkan wajah gadis itu pada wajahnya. "Kamu berani membolos hanya demi sahabat sialanmu itu?! Memangnya dengan kamu datang sahabatmu itu akan hidup lagi?" tatapan lelaki itu membara, bagaikan api yang siap membakar tubuh Agnesh.
"Aurel sahabatnya Agnesh, Yah. Jangan sekali-kali mencaci maki Aurel, cukup Agnesh aja," ujar Agnesh. Entah keberanian dari mana, hingga gadis itu berani untuk berbicara seperti itu kepada Sang Ayah.
PLAK
"ANAK KURANG AJAR, SUDAH BERANI MELAWAN SAYA KAMU?!!"
Agnesh tersungkur dengan memegangi pipinya. Panas menyapa area itu yang memang sejak awal sudah lebam. Kailash menamparnya dengan begitu kuat. Sampai-sampai tubuh Agnesh seperti mati rasa.
"Hanya gara-gara sahabat sialanmu itu, kamu berani melawan saya, iya?!!" maki Kailash dengan menendang tubuh Agnesh berkali-kali.
Agnesh menangis terisak. "Ampun Ayah, ampun," mohonnya dengan berderai air mata.
Agnesh meringkuk di lantai dengan tangan yang berusaha dia gunakan untuk melindungi kepalanya ketika Kailash menendangnya bertubi-tubi tanpa memberikan jeda sedikitpun.
"AMPUN AYAH!!" histeris Agnesh ketika Kailash tanpa sengaja menendang lututnya yang terluka. Rasanya seperti ditusuk benda tajam hingga menembus tulang-tulangnya.