Namun, yang dia temukan di sana adalah kedukaan. Dokter keluar dari ruang perawatan dengan berita yang menghancurkan: Naomi telah meninggalkan dunia ini. Ryusei terpaku di tempat, tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Dia melihat ibu Naomi yang hancur berjalan dengan langkah berat, menangis sambil memeluk foto Naomi di dadanya.
"Kenapa kau pergi begitu cepat, nak?" gumam ibu Naomi sambil menangis tersedu-sedu. Ryusei tidak bisa menahan rasa sakitnya. Dia merasa dunianya hancur seketika, kehilangan sahabat terbaiknya, kekasih hatinya, dan sumber kekuatannya, Naomi pergi tepat dia bulan july yang merupakan bulan kelahirannya.
Setelah pemakaman Naomi, Ryusei kembali ke rumah pohon yang pernah mereka cintai bersama. Di sana, di bawah dedaunan yang merayap, dia merenungkan semua kenangan indah yang mereka bagikan. Dalam keheningan hutan yang kini terasa lebih sepi, Ryusei menangis sejadi-jadinya dan berbicara pada angin, "Naomi, kita sudah berjanji untuk selalu bersama-sama."
Tahun-tahun berlalu, tetapi Ryusei tidak pernah melupakan Naomi. Dia menjaga kenangan mereka hidup dalam hatinya, terus membawa cinta dan kebaikan yang pernah mereka bagikan bersama. Di antara semua kenangan itu, dia menyimpan sebuah surat yang ditulisnya untuk Naomi, surat yang tidak pernah ia berikan padanya. Surat itu berisi segala perasaan yang tak terucapkan, tentang cinta dan kehilangan yang selalu ia rasakan.
Hingga akhir hayatnya, Ryusei tetap setia pada kenangan Naomi, mengunjungi rumah pohon itu saat-saat dia merindukan kehadiran Naomi yang sudah tiada. Di sana, dia merasakan bahwa cintanya terhadap Naomi tidak akan pernah padam meskipun waktu terus berlalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H