Mohon tunggu...
Indah SriHandayani
Indah SriHandayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya suka menulis puisi,cerpen, artikel,dan membuat Desain, kunjungi akun Instagram saya di https://www.instagram.com/1ndaaah_?igsh=bXc5YmhidjJmZGVl 👈

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Juli Membawamu Pergi

20 Juli 2024   19:51 Diperbarui: 20 Juli 2024   21:01 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang gadis bernama Naomi. Naomi adalah gadis yang cantik dan cerdas, tetapi ada sesuatu yang membuatnya berbeda dari teman-temannya: dia bisu sejak kecil. Sejak SD, Naomi sering menjadi sasaran bully oleh beberapa teman sekelasnya. Mereka mengolok-oloknya karena ketidaktahuan mereka tentang kondisi Naomi.

Salah satu yang paling sering mengganggu Naomi adalah Ryusei. Ryusei, seorang anak nakal dengan reputasi yang buruk di sekolah, sering kali menjadi provokator di balik bullying terhadap Naomi. Namun, sedikit yang tahu bahwa Ryusei sendiri memiliki masalah rumah tangga yang serius. Ayahnya sering memperlakukannya dengan keras, memukulinya tanpa ampun ketika marah.

Suatu pagi cerah di musim semi, saat sinar matahari menyapa kota kecil itu, Ryusei bersiap-siap untuk memulai rutinitas paginya: mengganggu Naomi. "Eh, lihatlah si bisu! Tidak ada yang mau berteman dengannya!" ucap Ryusei sambil menunjuk-nunjuk dan tertawa bersama teman-temannya. Naomi hanya tersenyum pahit, mencoba mengabaikan ejekan mereka.

Namun, Ryusei tidak puas dengan reaksi Naomi yang tenang. Dia mengambil segelas air minumnya dan dengan sengaja menyiram Naomi. "Hah! Kau payah sekali, bisu! Ayo, marahlah padaku!" Ryusei menggertak dengan nada keras. Naomi hanya menatapnya dengan tatapan sedih dan pergi ke toilet untuk menyembunyikan tangisannya.

Sore harinya, setelah bel pulang sekolah berdentang, Naomi memutuskan untuk berjalan pulang ke rumahnya sendirian. Di tengah perjalanan, langit senja mempesona memancarkan warna-warni oranye dan ungu di atasnya. Naomi menghela nafas lega melihat keindahan itu, tetapi pandangannya teralihkan oleh suara gaduh di seberang jalan.

Di sana, dia melihat Ryusei tengah dikelilingi oleh beberapa anak laki-laki sekelas mereka. Mereka mengolok-olok dan mengganggu Ryusei, mencemoohnya karena dia sering mendapat hukuman dari guru-guru sekolah.Naomi merasa tak tega melihat Ryusei seperti itu. Tanpa berpikir panjang, dia berlari mendekat dan berdiri di depan Ryusei, mencoba melindunginya.Anak-anak itu terkejut melihat Naomi berani melindungi Ryusei seperti itu. "Haha, lihat Ryusei, kau memang teman baik si bisu ini, ya?" ejek salah satu dari mereka, sambil tertawa keras."Wah, si bisu jadi pembela si nakal!" ejek mereka , membuat Ryusei semakin merasa malu. Wajahnya memerah,anak anak itu meninggalkan Ryusei dan naomi "sudahlah ayo pergi, jangan berteman dengan si nakal dan bisu ini",ucap mereka,naomi memperhatikan pipi ryusei yang tergores,dia mengambil sapu tangan nya dan berusaha mengusap darah yang ada di pipi ryusei,, Ryusei kesal dan dia menepis tangan Naomi saat Naomi mencoba membersihkan luka di pipinya yang tergores akibat caci maki teman-temannya.

"Sudahlah, aku tidak mau bertemu denganmu lagi! Gara-gara kamu, aku jadi sangat malu!" teriak Ryusei dengan penuh emosi. Naomi hanya menangis dan berlari pulang, hatinya terasa hancur melihat reaksi Ryusei yang begitu keras padanya.

Malam itu, ketika Naomi duduk di kamarnya, ibunya datang dan memeluknya erat. Dia tahu bahwa Naomi sering kali diganggu di sekolah karena kondisi bisunya. "Nak, aku tahu ini tidak mudah bagimu," kata ibunya sambil mengelus punggung Naomi. "Tetapi kamu harus percaya bahwa tidak semua orang akan menghakimimu seperti itu."

Keesokan paginya, di sekolah, Ryusei mencari Naomi tetapi tidak menemukannya. Kabarnya, Naomi telah memutuskan untuk pindah ke sekolah lain. Ryusei merasa sesak di dada. Dia merenungkan sikapnya yang kasar dan kata-kata kasarnya terhadap Naomi. Dia menyadari bahwa Naomi sebenarnya berani berdiri untuknya, meskipun dia tidak bisa menerimanya pada saat itu.

Sejak saat itu, Ryusei mulai merasa terasing di sekolah. Dia merenungkan kesalahannya dan perlahan mulai belajar untuk tidak mengganggu orang lain. Walaupun Naomi pergi, namun ingatannya dan tindakannya tetap tinggal di hati Ryusei sebagai pelajaran berharga tentang kebaikan hati dan persahabatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun