Mohon tunggu...
Indah Rahayu
Indah Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka jalan-jalan hehe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru BK Bukanlah "Voldemort" Para Siswa

26 November 2022   13:59 Diperbarui: 28 November 2022   15:17 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Guru BK yang mendampingi Siswa. (sumber: Thinkstockphotos via kompas.com)

Assalamualaikum wr wb
Halo Sahabat Kompasianaa!

Kita bertemu lagi nih hehe, semoga sahabat kompasiana tidak bosan yaa. Di tulisan kedua kali ini kita masih membahas seputar bimbingan dan konseling nih!

Tema yang akan kita ulik ialah "Guru BK bukanlah Voldemort para siswa". Hmm, apakah benar? Kalau mau tahu kejelasannya baca hingga akhir yaa!

Apa yang kalian pikirkan pertama kali ketika mendengar guru BK? Gudang permasalahan? Akses penghakiman? Atau bahkan Voldemort para siswa? Wkwk. 

Itu bukan suatu hal yang mengejutkan sebenarnya. Bisa dikatakan sudah menjadi rahasia umum bagi siswa di sekolah bahwa guru BK adalah seseorang yang jahat, licik dan membenarkan segala cara untuk mencapai tujuan agar siswa yang dituju mengakui kesalahan yang telah diperbuat. 

Maka hal tersebut tidak lagi menjadi sesuatu yang mengejutkan karena bahwasanya di Jawa Timur, tempat asal saya sendiri guru BK kerap kali dijuluki sebagai "Voldemort sekolah". 

Alasan yang melatarbelakangi hal tersebut ialah karena yang terlihat dari sudut pandang siswa guru BK hanya muncul ketika timbul suatu permasalahan yang bagi mereka "penghakiman" adalah jalan satu-satunya dari sebuah proses pemecahan masalah. 

Nah, adanya saya disini ingin meluruskan hal tersebut karena sebagai calon guru BK kedepannya, hal-hal seperti intimidasi dan penyidangan InshaAllah tidak akan menjadi pilihan bagi kami para Konselor dalam mengatasi sebuah permasalahan.

Sedikit bercerita, dulu di tempat saya guru BK adalah seseorang yang cukup ditakuti oleh semua siswa. Bahkan mereka jarang sekali menyebut nama atau bahkan sekedar mengatakan 'guru BK' ketika sedang membicarakannya. 

Jika kehidupan sekolah saya bisa dimasukkan dalam series 'Harry Potter', kami akan menyebutnya sebagai 'kau tahu siapa' hahaha. 

Tidak, maksudnya kami hanya cukup menyebutnya 'Pak' atau 'Ibu' saja karena sejujurnya kehadiran mereka di manapun seakan lebih menakutkan daripada munculnya bapak Kepala Sekolah sendiri. 

Banyak hal yang melatar belakangi hal tersebut seperti: kurangnya pendekatan, penampilan serta raut wajah yang cenderung minim ekspresi yang membuat kami para siswa mengalami kesalahpahaman. 

Nah, dari sini kita akan membahas satu-persatu alasan mengapa guru BK seringkali dikatakan sebagai 'Voldemort' atau 'momok' sekolah.

1. Kurangnya Pendekatan

Hal ini dikarenakan kurang terarahnya pendekatan guru BK yang lebih dominan pada siswa bermasalah. 

Bisa kita lihat hasil kerja di lapangan, kebanyakan hampir setiap hari guru BK melakukan interaksi terhadap siswa yang bermasalah entah itu sering bolos, tidur di jam pelajaran, pacaran di sekolah dan hal-hal lain yang berbau negatif. 

Di hari senin sekalipun terkadang guru BK juga disibukkan dengan siswa yang terlambat mengikuti upacara, atribut yang tidak lengkap atau paling parah ketika ada siswa laki-laki dengan rambut melewati mata membuat tugas kita beralih menjadi "tempat pendisiplinan" yang dimana sebenarnya itu bukanlah ranah dari guru BK. 

Dari kumpulan kejadian itulah siswa cenderung berpikiran buruk ketika mendapati siapapun dipanggil ke ruang BK dimana pola pikir mereka terdoktrin bahwasanya siapapun yang dipanggil adalah siswa yang bermasalah.  

2. Penampilan Guru BK

Tujuan yang baik juga harus berproses dengan baik dengan memperhatikan hal kecil. Ada suatu masa dimana guru BK berpenampilan 'lebih', hal ini dapat menciptakan keraguan di mata siswa entah dia menjadi segan atau takut. 

Berlebihan disini bukan berarti kita tidak boleh menggunakan pewarna bibir atau barang mewah, namun lebih ke pemakaian yang tidak mencolok. Menurut saya pribadi, penampilan yang bagus tidak harus menarik perhatian, namun nyaman ketika dilihat. 

Ketika kita berniat mengambil kepercayaan siswa, sebisa mungkin penampilan yang kita perlihatkan juga dapat menarik kepercayaan siapapun yang melihatnya. 

Karena sejatinya hal kecil seperti ini juga bisa menjadi pemicu kegagalan dalam menjalin hubungan jika Konselor sendiri tidak memahaminya.

3. Raut Wajah

Setiap individu memiliki fisik wajah dengan raut yang berbeda-beda.  Ada yang memiliki raut wajah kalem, tegas, pemarah, jutek dan lain-lain. 

Raut wajah juga menjadi salah satu kunci penting bagi seorang koselor untuk mendekatkan diri pada konseli. Ketika seorang konselor sudah memiliki kode etik yang baik namun memiliki raut wajah yang jutek, maka konseli akan cenderung menjauh. 

Selayaknya 'Dumbledore' di film Harry Potter, meskipun memiliki wajah tegas yang mengintimidasi ada kalanya Dumbledore tersenyum ketika berbicara atau menyapa siswanya di sekolah. 

Tidak hanya itu, suaranya yang tegas namun lembut walau dirinya adalah pria membuatnya dihormati. Dalam hal ini, guru BK bisa menjadikannya contoh bahwa tegas bukan berarti buruk dan lembut bukan berarti lemah. 

Hanya saja setiap sikap dan perilaku harus ditunjukkan dalam kondisi yang tepat agar tidak terjadi kesalahpahaman antar konselor dan konseli.

Lantas, bagaimana sejatinya guru BK itu?

1. Sahabat Siswa

Kunci dari sebuah hubungan yang baik adalah terjalinnya komunikasi positif. Agar tumbuh komunikasi positif antara konelor dan konseli sudah sepantasnya bagi guru BK untuk melakukan pendekatan yang tidak membatasi.

Bukan hanya pada siswa yang bermasalah saja tetapi juga seluruh siswa yang mungkin membutuhkan pengarahan dan bimbingan dari guru BK. 

Misalnya, guru BK dapat memberikan informasi mengenai lomba olahraga atau olimpiade terkini bagi siswa dengan kemampuan akademik atau non akademik. 

Dengan munculnya keakraban lewat pendekatan ini, maka stigma guru BK adalah 'Voldemort' yang harus ditakuti akan sedikit demi sedikit memudar tergantikan presepsi baru dimana guru BK adalah sahabat bagi siswa. 

Dengan cara ini kedepannya dapat diharapkan bagi siswa untuk lebih terbuka agar permasalahan tidak hanya muncul untuk ditangani, namun juga dapat dicegah.

2. Pengganti Orangtua

Seperti yang kita ketahui bahwa tidak semua anak memiliki orangtua keluarga yang harmonis dan lengkap. Kebanyakan dari mereka cenderung menutup diri dan malu mengungkapkan masalahnya kepada teman, orangtua bahkan saudara. 

Akibat yang di timbulkan dari masalah tersebut ialah kepribadian mereka yang cenderung menyendiri, menurunnya kemampuan akademik atau yang lebih vatal mencari perhatian dengan melakukan masalah. 

Peran guru BK disini ialah memberikan kasih sayang kepada siswa sebagai pengganti orangtua. 

Kita bisa menjadi rumah kedua bagi mereka untuk berkelu-kesah dan mengungkapan segala kesulitan untuk membantu siswa lewat bantuan atau dorongan-dorongan motivasi agar kedepannya mereka bisa lebih semangat. 

Karena terkadang siswa bermasalah hanya butuh tempat untuk berkelu-kesah, disinilah peran guru BK diutamakan.

3. Pembimbing Masa Depan

Kebanyakan persepsi guru BK adalah identik dengan tempat 'eksekusi siswa', namun tugas utama BK yang sebenarnnya ialah bertanggung jawab agar siswa yang dibimbing mengetahui bakat dan minat apa yang ada di dalam dirinya. 

Ketika siswa tidak mengerti ingin jadi apa mereka di masa depan atau bingung ingin melanjutkan kuliah dengan jurusan apa, peran BK disini adalah membantu siswa menggali potensi dirinya. 

BK bisa menggali informasi dengan mencari tahu tentang hobi, hal yang di sukai, hal yang di lakukan ketika waktu senggang atau dari ekstrakulikuler yang dia minati. 

Dari kegiatan itu guru BK bisa membantu siswa untuk menggali potensi tersebut dan mengembangkannya sebagai bekal mengenai apa yang ingin dia lakukan kedepannya.

Nah, itulah pembahasan kita kali ini. Semoga kedepannya tidak ada lagi stigma mengenai "guru BK adalah 'voldemort' sekolah". 

Karena sejatinya guru BK hanya ingin membantu siswanya agar bisa menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi dan mereka tidak bingung mengenai akan jadi apa mereka di masa depan. 

Dengan ambisi itulah terkadang guru BK terlalu semangat dan lupa akan kunci dari suksesnya hubungan konselor dan konseli adalah pendekatan, penampilan dan raut wajah agar mereka bisa lebih disegani. 

Oleh karenanya, saya berharap mulai hari ini tidak ada lagi kesalahpahaman antara peran guru BK di sekolah agar tugas dan peran BK juga dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Terimakasih
Wasalamualikum wr wb.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun