Indah Pratiwi Heriyanti1, Bagus Kurniawan2, Zulfanurrahman Nugrahardi3
indah1800001200@webmail.uad.ac.id, bagus1700001160@webmail.uad.ac.id, zulfanurrahman1800001253@webmail.uad.ac.id
Universitas Ahmad Dahlan1, Universitas Ahmad Dahlan2, Universitas Ahmad Dahlan3
Yogyakarta
Abstrak
Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting untuk mengembangkan potensi peserta didik, tidak hanya mengenai intelektual saja namun menjadikan manusia yang beradab. Perkembangan teknologi dan arus globalisasi yang semakin pesat membuat siswa mudah mengakses dan beradaptasi dengan dunia luar. Namun, banyak yang menerima budaya luar yang negatif dan tidak adanya pembatasan serta penyaringan sehingga membuat luntur jati diri dan karakter individu. Sehingga perlu adanya suatu upaya pendidikan yang dapat mengatasi lunturnya karakter individu tersebut dengan pendidikan karakter. Metode penulisan bersifat studi literatur (review). Data/informasi didapatkan dari berbagai literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari data/informasi yang diperoleh. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan nilai, pendidikan watak, yang tujuannya untuk mengembangkan kemampuan peseta didik dalam penentuan baik buruk, dan mengimplementasikan suatu kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam agar terbentuk kepribadian utama menurut ukuran Islam. Implementasi pendidikan karakter di sekolah melalui pendidikan Islam dapat dilakukan dengan pengenalan tentang Tuhan Yang Maha Esa, pemahaman mengenai potensi individu, dan pengajaran baik dengan metode yang bervariasi dan pengamalan terhadap Al Quran.
Kata Kunci : Pendidikan, Pendidikan Islam, Karakter, Implementasi
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dalam mengembangkan potensi peserta didik, meningkatkan kecerdasan intelektual, serta perubahan individu ke arah yang lebih baik. Pendidikan tidak hanya untuk megembangkan diri individu secara intelektual saja, namun juga membuat individu menjadi manusia yang beradab karena dengan pendidikan dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia itu sendiri. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, bertanggungjawab serta memiliki karakter dan moral yang baik.
Pendidikan saat ini dicirikan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih dan beragam, membuat manusia kurang bersosialisasi dengan dunia luar dan lebih menerima budaya barat untuk beradaptasi dengan dirinya. Sehingga mengakibatkan kemunduran akhlak atau moral dan kegagalan dalam pendidikan. Tidak bisa dipungkiri saat ini muncul berbagai fenomena sosial yang sangat memprihatinkan dalam berbagai bentuk kasus. Seperti kerusuhan, kekerasan, dekadensi moral yaitu lunturnya norma, etika, agama dan budaya luhur pada diri siswa. Rusaknya moral siswa yang ditandai dengan penyalahgunaan narkoba, tawuran, pergaulan bebas, bullying, peredaran video porno, kebiasaan berbohong, mencontek, rendahnya rasa saling menghormati dan menghargai, serta rendahnya rasa simpati dan empati siswa. Teknologi dan arus globalisasi yang semakin berkembang, menyebabkan siswa sangat mudah untuk mengakses suatu informasi dalam genggaman mereka. Baik itu informasi positif bahkan negatif.
Namun, sebagian siswa mengakses informsi yang negatif. Informasi tersebut tidak difilter terlebih dahulu dan langsung dikonsumsi serta beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari mereka. Sesuatu hal negatif yang mereka peroleh langsung ditiru dan diterapkan. Seperti cyber bullying, mencontek yang semakin canggih dengan teknologi yang ada, mengikuti gaya hidup kebaratan seperti meminum alkohol, memakai pakaian yang minim, tidak bisa menghormati orang yang lebih tua, dan sangat kurang dalam memperhatikan keadaan disekitar. Faktor yang menyebabkan salah satunya adalah agama. Banyak siswa yang belum mampu untuk menjalankan kewajibannya untuk beribadah. Sehingga kurang adanya pembatasan dalam diri siswa untuk tidak melakukan hal yang negatif.
Dengan situasi dan kondisi seperti di atas, maka diperlukan sebuah pendidikan yang dapat mengatasi dan mengurangi lunturnya karakter siswa. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan pembiasaan melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat diperlukan pada kondisi yang demikian. Karena dengan pendidikan karakter, lunturnya moral siswa dapa teratasi dan siswa memilki karakter yang berintegritas. Bagi suatu bangsa, pelaksanaan pendidikan karakter adalah suatu kewajiban yang harus diwujudkan dan didahulukan terlebih dahulu dari pembangunan-pembangunan yang ada. Karena bangsa yang baik adalah bangsa yang didalamnya memiliki masyarakat yang berkarakter.
Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan secara sengaja dalam membantu seseorang agar ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. Pembiasaan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui pendidikan islam. Sistem pendidikan nasional dan juga sistem pendidikan islam merupakan satu kesatuan yang saling bersinergi untuk membantu berkembangnya potensi siswa secara optimal. Pembangunan karakter merupakan tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar (Hasanah, 2016)
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana implementasi pendidikan islam yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan ataupun mengatasi lunturnya karakter siswa dengan judul "Implementasi Sistem Pendidikan Islam Dalam Pendidikan Karakter Siswa Di Sekolah".
METODE PENELITIAN
Metode penulisan bersifat studi literatur (review). Data/informasi didapatkan dari berbagai literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari data/informasi yang diperoleh. Literatur yng digunakan mencakup jurnal ilmiah edisi cetak maupun edisi online, hasil enelitian dan artikel atau berita yang bersumber dari internet.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsep Karakter dan Pendidikan Karakter
Secara etomologis, kata karakter berasal dari bahasa nggris yaitu character yang artinya sifat atau watak. Karakter merupakan nilai yang khas yaitu watak, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang dapat digunakan dan diyakini sebagai bentuk cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari (Isnaini : 2016). Oleh Kemendiknas, disebutkan terdapat 18 nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada siswa yang bersumber dari Agama, Pancasila, Budaya, dan Tujuan Pendidikan Nasional. 18 karakter tersebut diantaranya : (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja Keras, (6) Kraetif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (18) Tangung Jawab. Kedelapan belas nilai karakter tersebut dikemas ke dalam pendidikan karakter.
Menurut Cahyo (2017) Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan nilai, pendidikan watak, yang tujuannya untuk mengembangkan kemampuan peseta didik dalam penentuan baik buruk, dan mengimplementasikan suatu kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik untuk membangun karakter pribadi atau kelompok sebagai warga negara. Pendidikan karakter sangat penting dilakukan karena dengan pendidikan karakter, dapat mewujudkan masyarakat Pancasila. Menurut Fuad (2012), pendidikan karakter tidak hanya sekedear mengajarkan benar dan salah kepada anak, namun pendidikan karakter juga menanamkan suatu kebiasan baik sehinga siswa mampu memahami, merasakan, dan mau melakukan yang baik. Menurut Suyanto dalam Taulabi dan Mustofa (2019) pendidikan karakter adalah pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan (kogitif), perasaan (perasaaan), dan tindakan (tindakan). Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Lickona bahwa karakter yang baik harus terdapat tiga komponen yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral (Taulabi dan Mustofa, 2019). Tanpa tiga komponen tersebut, pendidikan karakter tidak akan berjalan efektif. Tujuan Pendidikan Karakter adalah penanaman nilai dalam diri
Konsep Pendidikan Islam
Menurut Ahmad D Marimmba dalam Putra (2019), pendidikan islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam agar terbentuk kepribadian utama menurut ukuran Islam. Menurut Ibnu Khaldun dalam Zubaedi yang dikutip oleh Rohman dan Haerudin (2018), tujuan pendidikan Islam berorientasi ukhwawi dan duniawi, dimana pendidikan Islam harus membentuk manusia sebagai seorang hamba yang taat kepada Allah dan membentuk manusia yang mampu dalam menghadapi segala bentuk persoalan kehidupan dunia. Untuk dapat mewujudkan suatu tujuan pendidikan Islam, diperlukan sebuah metode yang tepat dan dapat memotivasi siswa untuk dapat mengikuti suatu proses pembelajaran yang dalam hal ini adalah pembiasaan pendidikan karakter di sekolah.
Dalam proses pendidikan Islam, kedudukan metode sangat penting dan signifikan untuk mencapai tujuan. Menurut Fikri (2011), metode adalah seni yang digunakan untuk membagikanr ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan hasilnya lebih signifikan dibanding dengan materi sendiri. Metode yang bervariasi dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Pemilihan dan penggunaan metode harus mempertimbangkan kebutuhan siswa, aspek egektifitas, dan keterkaitan atau relevansinya dengan materi. Keberhasilan penggunaan dan pemilihan suatu metode merupakan suatu kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran. Beberapa metode pengajaran di lembaga pendidikan Islam diantaranya adalah metode ceramah, metode diskusi atau musyawarah, metode deomonstrasi atau eksperimen, metode insersi, metode menyelubung, dan metode inquiry.
Metode ceramah adalah metode penyampaian materi lisan secara langsung yang didengar oleh peserta didik. Metode diskusi atau musyawarah yaitu cara pembelajaran yang dilakukan dengan menyajikan suatu pembahasan tentang suatu masalah yang dibahas secara bersama-sama dengan saling bertukar pikiran dalam menyelesaikannya. Metode insersi yaitu menyajikan materi dengan cara menyisipkan inti sari materi pelajaran agama Islam dalam materi umum. Metode menyelubung yaitu metode dengan menyajikan materi pelajaran agama yang sengaja dibungkus dengan materi lain melalui ilmu pengetahuan lain ataupun kisah cerita. Metode inquiry yaitu metode pengajaran yang dilakukan dengan cara menyajikan suatu peristiwa yang terdapat suatu permasalahan didalamnya sehingga peserta didik terdorong untuk dapat menyelesaikannya.
Implementasi Pendidikan Islam dalam Pendidikan Karakter
Menurut Arifin (2006) dalam Ainissyifa (2014), sasaran pendidikan Islam secara garis besar meliputi empat kemampuan dasar anak didik yaitu : (1) sikap dan pengamalan pribadinya, hubungannya dengan Tuhan, (2) sikap dan pengamalan dirinya, hubungannya dengan masyarakat, (3) sikap dan pengamalan kehidupannya, hubungan dengan alam sekitar, (4) sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan selaku anggota masyarakatnya, serta selaku khalifah di muka bumi. Dari sasaran pendidikan islam tersebut terlihat jelas bahwa manusia memiliki karakter yang baik dalam berbagai bidang. Bukan hanya kepada tuhannya tapi juga kepada sesama makhluk ciptaan-Nya. Implementasi pendidikan Islam ke dalam Pendidikan karakter disekolah selain dari diri siswa pribadi, juga tidak terlepas dari peran guru. Pendidikan karakter yang dapat dilakukan dengan pendidikan Islam yaitu dengan pengenalan terhadap Allah SWT, pemahaman terhadap potensi dan fungsi manusia, dan juga memberikan pengajaran yang baik dan variatif.
(1) Pengenalan terhadap Allah SWT, hal tersebut dilakukan agar siswa dapat memiliki rasa ketakwaan yang kokoh dalam dirinya dan juga mengingat segala larangan dan perintah Allah sehingga siswa mampu membentengi diri dan membatasi diri untuk tidak berperilaku buruk. Karena siswa memahami konsekuensi yang akan ia terima di dunia maupun diakhirat apabila tidak menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Dalam pengenalan terhadap Allah, siswa juga diajarkan perilaku dan keteladanan rasullullah SAW terhadap allah. Dengan harapan siswa dapat mempunyai akhlak yang baik dan mencontoh perilaku rasulullah sehingga siswa tidak terjerumus kedalam perilaku dekadensi moral.
(2) Pemahaman potensi dan fungsi manusia yaitu dengan memberikan pemahaman kepada masing-masing siswa bahwa semua manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tersebut merupakan suatu potensi setiap individu. Jika individu memiliki sebuah potensi hendaknya selalu dikembangkan dan ditingkatkan. Jika seseorang sibuk dengan mengembangkan potensi dalam dirinya dan memperkaya ilmu pengetahuan dalam dirinya, maka siswa akan teralihkan perhatiannya dan tidak melakukan perilaku yang dapat melunturkan karakter siswa. Apalagi ditambah dengan pengenalan terhadap Allah yang sudah diajarkan.
(3) Memberikan pengajaran dan metode yang variatif, dalam memberikan pengajaran pendidikan karakter dalam rangka memperkenalkan pengetahuan teoritis tentang konsep-konsep nilai dengan pendidikan Islam, sepatutnya harus lebih inovatif dan kreatif karena pendidikan agama merupakan inti pembentukan moral dan karakter peserta didik.
Implementasi pendidikan karakter di sekolah dengan pendidikan Islam, dilakukan juga dengan cara pengamalan nila-nilai Al Quran dan pembiasaan untuk membaca Al Quran. Pembiasaan pendidikan karakter tidak terlepas juga dari peran guru. Pengalaman dan kemampuan guru dalam mengajar sangat menentukan keberhasilan dari pembinaan karakter yang dilakukan. Karena guru merupakan contoh teladan di sekolah dan harus memberikan pengajaran yang baik sesuai dengan karakter pribadi yang baik juga dan menunjukkan keaslian kualitas pribadi guru.
KESIMPULAN
Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dalam mengembangkan potensi peserta didik, meningkatkan kecerdasan intelektual, serta perubahan individu ke arah yang lebih baik. Pendidikan tidak hanya untuk megembangkan diri individu secara intelektual saja, namun menjadikan manusia yang beradab karena dengan pendidikan dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian Berkembangnya teknologi dan arus globalisasi menyebabkan dampak negatif salah satunya adalah lunturnya jati diri siswa sehingga menyebabkan karakter siswa juga luntur. Untuk mengatasi permasalah tersebut, perlu adanya upaya pendidikan yang harus dilakukan. Yaitu dengan melaksanakan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dilakukan dengan berbasis pendidikan Islam. Implementasi pendidikan Islam ke dalam pendidikan karakter siswa diantaranya dengan (1) Pengenalan terhadap Allah SWT, (2) Pemahaman potensi dan fungsi manusia, Implementasi pendidikan karakter di sekolah dengan pendidikan Islam, dilakukan juga dengan cara pengamalan nila-nilai Al Quran dan pembiasaan untuk membaca Al Quran. Pembiasaan pendidikan karakter tidak terlepas juga dari peran guru. Pengalaman dan kemampuan guru dalam mengajar sangat menentukan keberhasilan dari pembinaan karakter yang dilakukan.
SARAN
Penulis sangat menyadari, penulisan artikel ini belum bisa dikatakan sempurna. Masih terdapat banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Sehingga penulis akan sangat berterimakasih kepada pembaca untuk memberikan kritik yang membangun kepada penulis untuk bekal dalam penulisan artikel kedepannya. Penulis mengucapkan banyak terimakasih atas kesediaan pembaca untuk membaca artikel yang kami tulis.
REFERENSI
Burhanuddin, H. (2019). Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Al Qur'an. Al-Aufa: Jurnal Pendidikan Dan Kajian Keislaman, 1(1), 1--9. https://doi.org/10.36840/alaufa.v1i1.217
Fikri, M. (2017). KONSEP PENDIDIKAN ISLAM; Pendekatan Metode Pengajaran. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 11(1), 116. https://doi.org/10.22373/jiif.v11i1.66
Hasanah, U. (2016). Model-Model Pendidikan Karakter di Sekolah. Jurnal Pendidikan Islam, 7, 18--34.
Isnaini, R. L. (2018). Penguatan Pendidikan Karakter Siswa Melalui Manajemen Bimbingan dan Konseling Islam. MANAGERIA: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(1), 35--52. https://doi.org/10.14421/manageria.2016.11-03
Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter [Guideline on the Implementation of Character Education]. Guideline, 7.
Metro, S. P. (2017). Dekadensi Moral Yang Terjadi Pada Siswa Sekolah. 9(1).
Putra, A. A. (2017). Konsep Pendidikan Agama Islam Perspektif Imam Al-Ghazali. Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, 1(1), 41--54. https://doi.org/10.25299/althariqah.2016.vol1(1).617
Rohman, M., & Hairudin, H. (2018). Konsep Tujuan Pendidikan Islam Perspektif Nilai-nilai Sosial-kultural. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 9(1), 21. https://doi.org/10.24042/atjpi.v9i1.2603
Taulabi, I., & Mustofa, B. (2019). Dekadensi Moral Siswa Dan Penanggulangan Melalui Pendidikan Karakter. Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman, 30(1), 28-46
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H