Mohon tunggu...
Indah SeptiPratiwi
Indah SeptiPratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI

Mahasiswa S2 Universitas Dr. SOetomo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Unsur Filosofis Hidup dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio

19 Juli 2022   10:20 Diperbarui: 19 Juli 2022   10:28 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PEMBAHASAN

Unsur filosofi hidup yang terdapat dalam novel Kembali Ke Desa karya Tri Budhi Sastrio ini merupakan unsur filosofi hidup masyarakat desa pada zaman kolonial yang menjadi latar masyarakat tempat penceritaan berlangsung. Filosofi hidup tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

Filosofi Hidup Perempuan Bali Yang Setia

Setelah seorang wanita memilih pasangan hidupnya, maka secara otomatis semua hak dari wanita tersebut di keluarganya akan dilepas. Artinya ketika menikah,seorang wanita Bali akan kehilangan haknya sebagai anak dan orang tuapun telah lepas kewajibannya terhadap anak tersebut. Sepenuhnya ia menjadi tanggung jawab suami dan keluarga suaminya. Dengan alasan inilah wanita Bali menganggap bahwa mengabdi pada suami adalah surganya. Hal tersebut juga terjadi dalam novel Kembali ke Desa. Perhatikan Kutipan di bawah ini.

"Saya tidak ingin menikah lagi, Tuan!" kata Putu Larasati sesaat kemudian. Dialog dalam hatinya diputuskan begitu saja "Bersama-sama dengan suami saya, kami berdua telah saling berjanji. Asal dia tetap setia pada saya, maka saya pun akan setia padanya..." (Sastrio, 2018:15)

Pada kutipan di atas dijelaskan bahwasannya tokoh Putu Larasati merupakan seorang perempuan yang sangat setia. Diceritakan pada novel bahwasannya sang suami telah meninggal. Namun Putu Larasati dengan rasa cintanya yang begitu besar, ia menolak ingin menikah lagi sekalipun suaminya telah tiada. Baginya, sang suami telah setia sampai di akhir hayatnya. Ia pun akan melakukan hal demikian pula.

Sekalipun pada saat itu ia tahu bahwasannya ada seorang mayor yang mengincar dirinya baik dengan cara yang halus ataupun kasar sekalipun, tokoh Putu Larasati tetap kekeh pada pendiriannya yang tidak akan menikah lagi dan lebih memilih kembali ke desa.

Filosofi Hidup Perempuan Bali Yang Sederhana

Gadis Bali juga tergolong orang yang masih sederhana, jujur dan peduli terhadap orang lain. Kehidupan yang sederhana tidak lantas membuat kehidupannya tertinggal zaman. Bahkan dapat diakui oleh banyak orang bahwasannya perempuan bali kebanyakan memiliki pengetahuan yang luar biasa. Perhatikan kutipan berikut ini!

Putu Larasati yang sederhana tersenyum lebar mendengar penuturan suaminya. Dia bahagia dan bangga mendapat suami seperti ini. Amat banyak kemajuan yang didapat sejak suaminya dengan sungguh-sungguh menambah pengetahuannya meskipun tetap saja pikiran wanita sederhana itu belum bisa menangkap makna lain dari sisi perkataan suaminya. (Sastrio, 2018 : 25)

Pada kutipan di atas dijelaskan bahwasannya tokoh Putu Larasati merupakan sosok perempuan yang sederhana. Wajah lugu, polos, dengan kulit kuning langsatnya itu mampu memikat banyak lelaki bahkan dari bangsa Belanda sekalipun. Berkat kesederhanaannya itu pula lah, mendiang suaminya sangat mencintainya dengan tulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun