Brongkos versi mama saya adalah brongkos komplit dengan udang dan daging, muantep rasanya. Bacem tahu bikinan mama saya juga lekoh banget. Sedangkan tumis ususnya gurih lezat ngangeni. Yang versi Kopi Rolas enak semua, tapi nggak bisa mengalahkan masakan mamaku, hehehe. Maaf ya, Kopi Rolas, bukan berarti masakanmu nggak memuaskan, tapi saya makan dengan taste kenangan yang ingin saya cari, sayangnya itu nggak saya temukan. Minuman yang saya pesan mengobati rasa penasaran. Es beras kencurnya segar dan segelas sebenarnya kurang, hahaha.
Pulang ke hotel masih ada waktu untuk jalan-jalan. Saya dan Sri jalan ke Pasar Beringharjo dan belanja daster di sana. Borong-borooong, mari kita ikut berpartisipasi menggerakkan perekonomian Jogja, hahaha.
Malamnya, salah seorang teman meminta kami makan bersama. Katanya: masak nggak pernah makan sama-sama, sedangkan besoknya mereka sudah balik Makassar. Jadilah kami makan berempat karena ternyata yang seorang sudah makan duluan. Duh, bapak-bapak susah diajak ngumpul!
Kami makan di Raos Eco, masih di jalan Dagen. Teman saya makan gudeg telur, sedangkan saya dan Sri makan ayam lalapan. Eh, saya lupa apa yang dimakan Sri, tapi kayaknya memang sama dengan saya sih. Arman, salah satu bapak-bapak -- cuma minum saja karena sorenya dia sempat jajan sate di pinggir jalan Malioboro. Oh ya, saya kadang-kadang hanya manggil nama ke teman-teman rombongan, karena semua saya anggap adek-adek saya (alias saya yang paling tuwirr).
Apesnya Arman, walau hanya minum, tapi malah dia kehilangan sandal! Akhirnya pelayan rumah makan meminta maaf dan memberi ganti sebuah sandal hotel.
"Sementara pakai ini dulu, Pak."
Jalanan basah waktu itu, dan gerimis turun satu-satu. Arman terpaksa berjalan dengan sandal hotel yang tipis. Lumayan, ada juga kisah 'lucu' sebagai oleh-oleh cerita untuk dibawa ke Makassar.
Hari Sabtu saya dan Sri jalan-jalan ke sebuah tempat wisata yaitu Taman Aglonema. Kami dijemput oleh Andri dan Johan, sepasang suami istri teman kami di Makassar yang sudah pindah ke Jogja. Nanti cerita tentang Taman Aglonema akan saya ceritakan terpisah.
Malamnya adalah malam terakhir kami di Jogja. Tinggal kami bertiga karena dua bapak sudah balik ke Makassar paginya. Saya, Sri dan Arman makan di lesehan di Teras 2. Suasana lebih luas dan lega karena semi outdoor. Yang sama hanya satu yaitu kami selalu dihibur oleh pengamen yang memamerkan suara merdunya. Saya dan Arman makan pecel lele, sedangkan Sri makan bebek lalapan.