Pada salah satu area ruang tunggu bandara juga diletakkan model perahu pinisi berlayar biru yang merupakan moda transportasi kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan sejak zaman dahulu kala.Â
Perahu yang mengandalkan kekuatan angin dan kecerdasan para pelaut Bugis-Makassar ini merupakan tonggak sejarah sebuah peradaban lokal.
Selain ikon budaya tersebut, salah satu daya tarik dalam sebuah bandara adalah kuliner. Tak ada bandara tanpa toko oleh-oleh kuliner khas, pun kedai makan.Â
Dalam hal ini, bandara lebih moderat dalam arti tidak mengkhususkan diri dengan jenis kuliner lokal saja.Â
Hal tersebut dapat diterima karena pikiran kita dapat menerima aneka ikon budaya yang berbeda dengan akar kita, namun lidah belum tentu bisa menerima dengan baik.
Sehingga pengelola bandara yang baik akan menerima vendor-vendor berbagai jenis kuliner yang bersifat nusantara dan familiar di lidah orang Indonesia.Â
Salah satunya di dalam video yang saya sematkan adalah hidangan soto madura dari rumah makan Wawan yang terdapat di dalam area ruang tunggu Bandara Hasanuddin.Â
Pagi-pagi belum sarapan, menikmati hangat soto madura sangat-sangat membuat perasaan aman dan nyaman serta tentu saja: kenyang! Nanti di pesawat bisa tidur nyenyak!
Bandara Hasanuddin memang terbaik. Semoga di tengah proses renovasi yang terus berjalan, Bandara Hasanuddin dapat makin berkembang menjadi pusat arus transportasi area Timur Indonesia yang ramai namun tetap tertib, teratur dan nyaman. Ewako, bersama kita bisa!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H