Pekan lalu tanggal 30 Juli - 3 Agustus 2024, saya berkesempatan ke Kendari, Sulawesi Tenggara.
Saya pergi dalam rangka tugas kantor bersama dua rekan saya Rini dan Sri. Kami bertugas ke Kendari, Konawe, dan Konawe Selatan dalam lima hari.
Makan malam pertama setiba di Kendari adalah di sebuah rumah makan dengan menu nasi plus ikan masak (ikan yang dimasak berkuah asam manis segar). Banyak menunya, namun ikan masak adalah menu pilihan saya.
Sebuah pesan WhatsApp masuk ke ponsel. Rupanya dari salah satu sahabat yang sekarang sudah bekerja di Jawa. Dulu dia bekerja di salah satu instansi LHK di Makassar.
Dia -sebut saja namanya Andriani- mengomentari status WA yang baru saja saya unggah. Sebuah status pic menu makan malam saya.
"Belum sah ke Kendari kalau belum makan Sinonggi," tulisnya.
Tentu saja saya jadi penasaran. Padahal awal baca menu tadi, ada Sinonggi juga di deretan menu makanan yang dijual oleh rumah makan ini.
Sinonggi adalah hidangan tradisional yang berupa bubur sagu, sayur berkuah, dan ikan masak.
Cara penyajiannya, bubur sagu harus digulung-gulung dulu dengan menggunakan dua batang kayu (seperti sumpit), hingga menjadi bulatan-bulatan di dalam kuah sayur dan ikan.
Sebenarnya hidangan yang sama juga ada di Makassar atau Sulawesi Selatan pada umumnya dan disebut Kapurung.