Program Perhutanan Sosial memungkinkan petani yang tergabung dalam KTH Paonge, diberikan akses legal mengelola hutan dan dapat memungut hasil hutan di sana. Pola penanaman pada lahan yang dikelola petani biasanya secara tumpangsari/agroforestri.Â
Pola agroforestri memungkinkan petani untuk hidup dari hasil hutan, karena pola tersebut mengakomodir adanya komoditas yang dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang, menengah dan pendek. Salah satu hasil hutan yang cukup potensial di Dusun Jolle adalah tanaman pala.
Pala (Myristica fragrans) adalah tumbuhan asli Indonesia, tepatnya berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Sejak dahulu, pala telah menjadi komoditas perdagangan yang penting.Â
Karena banyak disukai orang, maka tanaman pala juga akhirnya ditanam di berbagai wilayah atau negara yang memiliki iklim tropis seperti Guangdong dan Yunan di Cina, Taiwan, Malaysia, Grenada di kepulauan Karibia, Kerala di India, Sri Lanka, dan Afrika Selatan.
Adapun di negara asalnya yaitu Indonesia, pala tersebar di kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, NAD, Jawa Barat dan Papua. Indonesia memasok 60% total kebutuhan pasar pala dunia, lho. Hebat, kan?Â
Saat ini salah satu sentra produksi pala adalah di Jawa Barat dengan Sukabumi dan Bogor merupakan wilayah dengan produksi pala terbesar.Â
Wah, makanya saya sering dapat oleh-oleh manisan pala dari Bogor. Rupanya memang di sana pusatnya manisan pala. Banyak terdapat industri pengolahan pala  baik menjadi manisan pala ataupun minyak atsiri di Jawa Barat.
Buah pala yang baru saya lihat secara utuh untuk pertama kalinya kemarin itu, berbentuk lonjong bulat seperti duku. Warnanya juga tak jauh berbeda dengan duku atau langsat, yaitu kuning gading.Â
Yang dimanfaatkan dari buah pala ini adalah daging buahnya (yang diolah menjadi manisan), biji pala (yang dipakai sebagai bumbu rempah) dan fuli atau serabut merah yang membungkus biji pala (dipakai untuk bahan pembuatan minyak atsiri).
Buah pala dipanen pertama kalinya saat pohon berumur 7-9 tahun setelah ditanam. Produksi maksimum dicapai saat pala berusia 25 tahun. Setelahnya pohon pala tetap akan berproduksi hingga ratusan tahun. Setiap tahunnya, buah pala dapat dipanen tiga kali yaitu awal musim hujan, pertengahan dan di akhir musim hujan.
Harga biji pala kering bervariasi tergantung dari kualitasnya, namun rentangnya antara 100 -- 300 ribu per kilonya. Dengan harga yang menjanjikan, petani giat menanam pala dengan harapan dapat menjual buah dan bijinya dengan harga tinggi, untuk memenuhi kebutuhan hidup.