Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Analisis Perbedaan dan Persamaan antara Novel Perdana dan Novel Pamungkas Karya S Mara Gd

20 Juli 2024   17:19 Diperbarui: 20 Juli 2024   17:20 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Novel adalah sebuah karya literasi fiksi yang berisi tentang kisah kehidupan seseorang atau beberapa orang dalam menyelesaikan beberapa permasalahan kehidupannya. Membaca novel, selain membaca kisah hidup tokoh-tokoh fiksi dalam cerita, sebenarnya kita juga membaca jalan pikiran si penulis. Bagaimana pendapatnya mengenai suatu masalah, bagaimana latar belakangnya, apa yang ia sukai dan tidak sukai.

Biasanya, jalan pikiran penulis ini baru dapat 'dibaca' setelah kita membaca beberapa karyanya. Karena saya percaya ada benang merah yang menghubungkan karya-karya novel yang dihasilkan oleh seorang penulis. Benang merah ini kadang tak terlihat, kadang samar, kadang jelas, tergantung kejelian seorang pembaca/peneliti dalam menganalisis karya-karya seorang penulis.

Kali ini saya akan mencoba menganalisis karya-karya penulis S. Mara Gd hanya berdasarkan dua novel karya beliau yaitu Misteri Dian yang Padam (karya perdana) dan Misteri Terakhir (karya terakhir). Analisis akan difokuskan pada perbedaan dan persamaan kedua karya tersebut.

Perbedaan


1. Ketebalan halaman

Novel Misteri Dian yang Padam memiliki tebal  248 halaman, sedangkan novel Misteri Terakhir total 1.345 halaman yang terdiri dari 447 halaman untuk buku kesatu; 475 halaman untuk buku kedua; dan 423 halaman untuk buku ketiga.

Ketebalan yang mencengangkan dari novel terakhir S. Mara Gd ini dapat dipahami karena penulis ingin memberikan persembahan terbaik sebelum pamit dari para pembacanya. Penulis juga ingin memberikan karya yang bernilai dengan memasukkan nilai-nilai kehidupan yang ia imani.

Sedangkan pada karya perdana, S. Mara Gd lebih fokus pada jalan cerita, sehingga novel rampung di halaman 248.


2. Latar belakang tokoh detektif

Pada novel perdana, latar belakang tokoh detektifnya masih samar-samar. Keluarga Kapten Kosasih tidak terlalu banyak dituliskan bahkan hanya sekilas saja disebut. Justru Gozali disebutkan bahwa ia adalah ex napi, walaupun tidak ada kisah detail bagaimana kemudian ia dapat berpasangan dengan Kapten Kosasih dalam memecahkan berbagai misteri. Tidak ada pula disebut-sebut bahwa Gozali menjalin hubungan dengan anak Kosasih.

Pada novel pamungkas, semua keluarga Kosasih digambarkan dengan detail lengkap dengan karakter mereka. Bahkan dari keempat anaknya, tiga memiliki peran yang diceritakan di dalam novel. Hubungan Gozali dan Dessy digambarkan sudah sampai pada tingkat serius, walaupun Gozali sebenarnya masih sering rendah diri, berbeda dengan saat ia menangani kasus pembunuhan di mana tingkat kepercayaan dirinya setinggi langit.


3. Preferensi religi penulis

Pada novel perdana tidak ada sama sekali dikisahkan tentang iman atau kepercayaan para tokohnya, sedangkan di novel pamungkas, S. Mara Gd menggunakan Bambang (anak sulung Kosasih) sebagai jalan masuk ia memberikan informasi detail tentang Kristen Advent dalam novel.

Novel perdana dan novel pamungkas S. Mara Gd (Sumber: dokpri)
Novel perdana dan novel pamungkas S. Mara Gd (Sumber: dokpri)
Persamaan


1. Setting lokasi: Surabaya

Surabaya adalah tempat penulis bermukim sehingga tidak ada kesulitan dalam mendeskripsikan lokasi.


2. Jalan cerita: sama-sama pembunuhan yang disebabkan kejahatan masa lalu yang ingin ditutupi.

Analisis:


S. Mara Gd adalah seorang penulis yang sangat mencintai kota Surabaya sebagai kota tempat tinggalnya. Ia juga seseorang yang cerdas sekaligus sederhana. Surabaya sudah cukup untuk menghasilkan aneka ragam kisah misteri, apalagi jika memang sudah memutuskan bahwa kisah akan dieksekusi oleh dua detektif yang salah satunya adalah polisi dari kesatuan polisi di Surabaya. Tentu polisi tersebut bekerja dari kantor di sebuah kota, sehingga malah aneh jika ia memecahkan misteri di kota yang bukan wilayah kerjanya. 

Hal ini juga kuat diilhami bagaimana Agatha Christie menjadikan London dan sekitarnya (pedesaan Inggris) sebagai setting lokasi Miss Marple dan Hercule Poirot memecahkan berbagai Misteri pembunuhan dalam novel-novelnya. Seperti kita tahu, S. Mara Gd menulis novel Misteri dengan kiblat Agatha Christie.

Menulis novel dalam rentang yang panjang (1984-2020) tidak membuat S. Mara Gd mengalami penurunan mutu penulisan, bahkan isi novelnya lebih kaya. Ia juga memberikan ruh pada dua tokoh detektif sehingga mereka berdua menjadi tokoh yang sangat natural. Dua orang yang berdedikasi memberantas kejahatan, namun di sisi lain mereka juga orang biasa yang memiliki orang-orang terkait di sekeliling mereka.

Dalam perjalanan kehidupan pribadinya, S. Mara Gd kemudian mengalami perubahan konsep hidup yang membuat ia lebih fokus pada agama. Ia ingin orang-orang juga tercerahkan sehingga ia memutuskan untuk menuliskan tentang Kristen Advent dalam novel pamungkasnya. 

Walaupun itu dimasukkannya dalam novel dengan cara yang luwes, natural, seolah-olah menjadi bagian dari novel, tapi mungkin sebagian orang merasa terganggu dengan penjelasan tentang Advent yang intens dan tidak terkait langsung dengan misteri pembunuhan yang menjadi fokus utama cerita.

Di sisi lain, bagi pembaca yang suka merenung, penjelasan tentang Advent dalam novel sebenarnya cukup menarik untuk direnungkan. Kita dapat membaca konsep kepercayaan yang sama atau berbeda dengan yang kita percaya. Bagi yang memiliki konsep kepercayaan yang sama, mungkin makin paham dan membaca dengan senang. 

Bagi yang memiliki iman yang berbeda, dapat membacanya tanpa pretensi, anggap itu sebuah ilmu baru dan bukan tidak mungkin memberi pencerahan dari sudut pandang iman yang  dimiliki. 

In the end, S. Mara Gd telah mencurahkan apa yang ia yakini di novel pamungkasnya. Dan untuk memberi kado terakhir buat para penggemarnya dia juga telah memberikan ending yang diinginkan yaitu bersatunya Gozali dan Dessy dalam ikatan tali pernikahan. Dalam pandangan saya sebagai pembaca, S. Mara Gd telah berhasil menutup karier penulisnya dengan sangat baik dan epik sebanyak 1.345 halaman.**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun