3. Preferensi religi penulis
Pada novel perdana tidak ada sama sekali dikisahkan tentang iman atau kepercayaan para tokohnya, sedangkan di novel pamungkas, S. Mara Gd menggunakan Bambang (anak sulung Kosasih) sebagai jalan masuk ia memberikan informasi detail tentang Kristen Advent dalam novel.
Persamaan
1. Setting lokasi: Surabaya
Surabaya adalah tempat penulis bermukim sehingga tidak ada kesulitan dalam mendeskripsikan lokasi.
2. Jalan cerita: sama-sama pembunuhan yang disebabkan kejahatan masa lalu yang ingin ditutupi.
Analisis:
S. Mara Gd adalah seorang penulis yang sangat mencintai kota Surabaya sebagai kota tempat tinggalnya. Ia juga seseorang yang cerdas sekaligus sederhana. Surabaya sudah cukup untuk menghasilkan aneka ragam kisah misteri, apalagi jika memang sudah memutuskan bahwa kisah akan dieksekusi oleh dua detektif yang salah satunya adalah polisi dari kesatuan polisi di Surabaya. Tentu polisi tersebut bekerja dari kantor di sebuah kota, sehingga malah aneh jika ia memecahkan misteri di kota yang bukan wilayah kerjanya.Â
Hal ini juga kuat diilhami bagaimana Agatha Christie menjadikan London dan sekitarnya (pedesaan Inggris) sebagai setting lokasi Miss Marple dan Hercule Poirot memecahkan berbagai Misteri pembunuhan dalam novel-novelnya. Seperti kita tahu, S. Mara Gd menulis novel Misteri dengan kiblat Agatha Christie.
Menulis novel dalam rentang yang panjang (1984-2020) tidak membuat S. Mara Gd mengalami penurunan mutu penulisan, bahkan isi novelnya lebih kaya. Ia juga memberikan ruh pada dua tokoh detektif sehingga mereka berdua menjadi tokoh yang sangat natural. Dua orang yang berdedikasi memberantas kejahatan, namun di sisi lain mereka juga orang biasa yang memiliki orang-orang terkait di sekeliling mereka.
Dalam perjalanan kehidupan pribadinya, S. Mara Gd kemudian mengalami perubahan konsep hidup yang membuat ia lebih fokus pada agama. Ia ingin orang-orang juga tercerahkan sehingga ia memutuskan untuk menuliskan tentang Kristen Advent dalam novel pamungkasnya.Â