Tapi rasa memiliki tadi membuat berpikir... "Ah lokernya sudah tua, aku bawa lokerku saja. Mejanya jelek, aku bawa mejaku saja." Demikian seterusnya. Mejaku, kursiku, lokerku, lemariku ... dan lain-lain, padahal semua itu barang milik negara, hahaha.
Kantor pemerintahan memang semiskin itukah, sehingga tidak ada biaya pemeliharaan barang kantor secara rutin atau biaya pengadaan barang baru? Saya juga tidak terlalu paham, karena saya bukan bagian anggaran.
Mungkin akan lebih efektif jika dilakukan pemeliharaan terhadap barang kantor secara rutin, sehingga semua barang (meja dan kursi) kondisinya sama baiknya. Barang seperti loker bisa diatur kembali 'kepemilikannya'.Â
Dengan 'kepemilikan' barang yang sama, saat harus pindah ruangan tentu kita tidak perlu angkut meja kursi, melainkan cukup kardus besar berisi buku-buku dan barang-barang pribadi.
Seperti adegan pindah kerja, pemecatan atau resign di drama Korea yang sering saya tonton, tokohnya hanya ngangkut 1 box isi buku dan pernak-pernik pribadi yang biasanya terletak di atas meja. Simpel. Bukannya rempong ngalah-ngalahin pindahan rumah. Untung nggak pakai slametan segala.
Nah, begitulah suasana di kantor saya. Tapi tentu tidak semua kantor pemerintahan demikian.
Buktinya teman saya yang baru pindah tadi, kantornya serasa beda atmosfer. Sering juga jika saya berkunjung ke kantor-kantor pemerintahan lainnya, penataan untuk tempat duduk staf juga relatif lebih simpel tanpa loker atau lemari yang hanya menuh-menuhin space.
Bagaimana dengan kondisi di kantor Anda? Yuks, cerita di kolom komen. Terima kasih sudah membaca artikel ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H