Di buku ketiga, dugaan pada orang tertentu itu memudar menjadi ke dua orang, lalu bu Mara menutup ending dengan menunjuk pembunuhnya adalah orang yang semula sangat kita ragukan bahwa dialah sang pembunuh.Â
Tapi jika menelaah kembali dari awal, sebetulnya clue-clue bahwa si pembunuh ini memang raja tega, sudah muncul di beberapa bagian, hanya saja bu Mara dengan lincah memanipulasi pembaca lagi untuk galau dengan kecurigaannya.
Bu Mara telah menjadi seorang pembelajar otodidak yang sangat cerdas. Beliau bisa menulis sebagus Agatha Christie, menjual novel selaris Agatha, tanpa harus menjiplak mentah-mentah gaya Agatha.Â
Beliau sudah menambahkan rasa lokal dengan rasa Surabaya, sehingga meskipun dulu novelnya berkover hitam seperti novel Agatha, isinya beda.Â
Ada unsur originalitas yang dibubuhkan bu Mara. Unsur yang membuat pembacanya paham bahwa sebuah novel adalah karya bu Mara, tanpa harus membaca nama penulis di kovernya.
Dengan kemauan yang kuat dan kerja keras, kita semua bisa menjadi apa yang kita inginkan. Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H