Tangan mungil itu telaten memanen gumpalan-gumpalan putih jamur tiram. Di tengah rak-rak susun penuh baglog jamur, pemilik tangan mungil itu melangkah penuh percaya diri dengan senyum tersungging di pipi. Inilah salah satu tempat di mana ia merasa bahagia, mencium aroma segar jamur tiram yang baru saja dipanen. Perempuan itu, Ramdana Sari, biasa dipanggil Wiwi, seorang PNS di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ibu dua anak, pejuang jamur tiram.
Awal mula bisnis budidaya jamur tiram
Suatu siang di tahun 2017, Wiwi dan keluarga sedang makan siang dengan menu tumis jamur tiram yang dimasak oleh ibunya. Tak dinyana, suami Wiwi yang kebetulan baru pertama makan jamur tiram, suka menu tersebut dan berkata:
"Wah, enak sekali ini."
Wiwi memandangi lelaki yang dicintainya, sementara ingatannya melayang ke masa beberapa tahun sebelumnya saat ia masih menjadi mahasiswi Fakultas Biologi di Universitas Hasanuddin Makassar. Saat ia berjibaku bersama rekan-rekannya sesama mahasiswa berusaha membudidayakan jamur tiram dan sukses. Kesibukan saja yang kemudian membuat usaha jamur tiram tersebut mandeg.
"Gampang sekali lho ini dibudidayakan, saya bisa dan pernah berhasil waktu itu," ucap Wiwi menceritakan sedikit kisah suksesnya pada sang suami yang rupanya sejak siang itu menjadi fans berat jamur tiram walaupun baru pertama kali mencicipi.
Seolah gayung bersambut, suami Wiwi mengajak istrinya untuk mengulang usahanya tersebut. Ia bersedia membantu sepenuh jiwa dan raga. Merasa mendapat dukungan, Wiwi mulai mempelajari lagi metode budidaya jamur tiram yang pernah ia akrabi dulu. Sukses tidak langsung dalam genggaman, Wiwi dan suami harus beberapa kali jatuh bangun, lalu pelan-pelan mereka mulai membangun kerajaan jamur tiram. Berbisnis dan menjual jamur tiram ke teman-teman kantornya, dan juga ke masyarakat umum.
Mengembangkan budidaya jamur tiram dalam konsep ekonomi sirkular
Pelan namun pasti, status Wiwi sebagai pengusaha jamur tiram dikenal orang karena ia mempromosikan jamurnya melalui media sosial. Rumah pink jamur, tempat ia berusaha berupa sepetak bangunan di samping rumahnya, mulai terkenal sebagai penghasil jamur tiram berkualitas.
Kiprah Wiwi sebagai pengusaha jamur juga diketahui oleh bosnya di kantor. Pak bos yang selalu memiliki ide-ide out of the box, kala itu sedang mengembangkan bank sampah dengan konsep zero waste community dan ekonomi sirkular. Budidaya jamur tiram menjadi salah satu kegiatan yang dikembangkan dalam pengelolaan sampah terpadu di bank sampah kantor.
Hal ini sangat tepat karena bahan-bahan membudidayakan jamur tiram sangat terkait dengan pengelolaan sampah organik maupun anorganik. Bahan baglog (media tanam tempat meletakkan bibit jamur tiram) adalah sampah organik berupa serbuk gergaji hasil limbah gergajian kayu. Plastik pembungkus baglog, bisa menggunakan botol kemasan air mineral 1,5 liter. Dengan memanfaatkan kedua jenis limbah, maka budidaya jamur tiram dapat menjadi salah satu contoh ekonomi sirkular.
Wiwi kemudian diberi tugas mengembangkan Bale Pipissita' atau rumah jamur di area kantor. Pegawai kantor  maupun warga sekitar kini tak sulit lagi mendapatkan jamur tiram segar, karena dipanen di lokasi yang sangat dekat. Walaupun semakin banyak kewajiban di antara tugas-tugas utama kantor dan tugas domestik rumah tangga yang harus dilakukan, Wiwi tetap menjalani dengan semangat dan berusaha berbagi tugas dengan sang suami secara proporsional.
Mengembangkan budidaya jamur tiram dalam konsep pemberdayaan masyarakat sekitar hutan
Tak berhenti hanya mengembangkan budidaya jamur di rumah dan di kantor, pada tahun 2024 Wiwi kembali mendapatkan tantangan baru dari bosnya. Ia harus mengelola KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Borisallo, sebuah kawasan hutan di Kabupaten Gowa.
KHDTK Borisallo merupakan kawasan hutan yang sudah terokupasi oleh masyarakat sekitar. Banyak masyarakat masuk kawasan dan melakukan kegiatan agroforestri di dalam KHDTK. Masuknya masyarakat ke dalam kawasan hutan harus diawasi agar tidak menimbulkan kerusakan hutan, misalnya menebang pohon atau mendirikan bangunan.
Sesuai dengan paradigma pembangunan kehutanan yang semakin berpihak kepada masyarakat sekitar hutan, solusi dari masifnya masyarakat dalam kawasan hutan tidak harus diatasi dengan tindakan represif. Jalan keluar yang sekarang banyak ditempuh adalah dengan melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat diberikan keterampilan, sehingga ada kegiatan yang dilakukan dan memberi tambahan penghasilan sehingga masyarakat tidak lagi beraktivitas di dalam kawasan hutan.
Dengan konsep pemberdayaan, beberapa kegiatan diperkenalkan kepada masyarakat di sekitar KHDTK Borisallo yang tergabung dalam satu Kelompok Tani Hutan (KTH) Assamaturu. Salah satu kegiatan tersebut adalah budidaya jamur tiram.
Dengan keahliannya dan keramahannya, Wiwi mendekati dan berusaha merangkul anggota KTH Assamaturu untuk membudidayakan jamur tiram. Tak dinyana sambutan anggota KTH terutama anggota perempuannya sangat antusias. Mereka mau bekerja keras menyiapkan baglog dan memelihara jamur tiram hingga membuahkan hasil.
Wiwi tak lupa berbagi dan memberikan inspirasi, bahwa jamur tiram bisa diolah menjadi berbagai macam olahan menu makanan. Anggota KTH pun tertarik dan mulai mencoba membuat jamur crispy. Hasil panen jamur dipromosikan di media sosial yang dibuat oleh anggota KTH, sehingga dapat lebih terkenal.
Semua hasil penjualan jamur tiram akan dikelola oleh KTH Assamaturu. Ada sebagian yang masuk kas kelompok, ada yang digunakan kembali sebagai modal, dan ada yang dibagikan kepada anggota sesuai dengan kontribusinya dalam ikut serta membudidayakan dan merawat jamur tiram.
Perempuan, Pembangunan Berkelanjutan dan Oxfam
Wiwi adalah salah satu contoh di antara perempuan-perempuan hebat Indonesia yang percaya bahwa kita perlu menciptakan pembangunan berkelanjutan. Kita tidak selayaknya memberi ikan kepada masyarakat, namun memberikan kail dan juga sarana-sarana lainnya. Hasil yang signifikan mungkin akan pelan-pelan baru kita peroleh, karena proses pemberdayaan butuh waktu sebelum masyarakat benar-benar bisa mandiri.
Hal yang dilakukan Wiwi saat ini sejalan dengan tujuan Oxfam, sebuah konfederasi internasional yang terdiri dari dua puluh organisasi yang bekerja bersama di lebih dari 90 negara sebagai bagian dari sebuah gerakan global untuk perubahan membangun masa depan yang bebas dari ketidakadilan akibat kemiskinan. Oxfam bekerja mencari cara yang praktis dan inovatif bagi masyarakat untuk mengentaskan mereka dari kemiskinan dan tumbuh berkembang.
Kiprah Wiwi dalam memberdayakan anggota kelompok tani terutama anggota perempuan, sejalan dengan tujuan Oxfam di Indonesia yang fokus pada pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan hak-hak mereka. Perempuan bisa berdaya dan bisa berkontribusi dalam membantu perekonomian keluarga.
Budidaya jamur tiram merupakan sebuah kegiatan baru di KHDTK Borisallo yang dilakukan dengan konsep transisi energi berkeadilan. Masyarakat yang biasanya masuk kawasan hutan, membakar lahan, menebang pohon, diberikan konsep bahwa Anda juga dapat bertahan tanpa melakukan itu semua! Dengan fokus pada budidaya jamur tiram, maka kebiasaan-kebiasaan yang berimbas pada kerusakan hutan dari tingkat yang paling kecil sampai tingkat yang paling serius, akan berubah menjadi kebiasaan yang lebih ramah lingkungan yaitu membudidayakan jamur tiram. Hutan tetap terlindungi, menyimpan emisi; masyarakat tetap dapat makan sehari-hari. Ini salah satu konsep yang sesuai dengan transisi energi adil.
Masih panjang perjalanan yang harus ditempuh Wiwi agar masyarakat sekitar hutan di KHDTK Borisallo dapat mandiri dengan usaha jamur tiram yang dikelola. Masih banyak tugas-tugas lain yang harus dilakukan Wiwi agar jamur tiram dapat dikenal luas.
"Jamur tiram itu enak dan cara membudidayakannya tidak sulit. Hanya diperlukan ketelatenan agar upaya yang dilakukan berbuah hasil," demikian Wiwi mengakhiri sesi wawancara yang dilakukan penulis.
Hari telah sore, masih ada pekerjaan yang harus dilakukan. Wiwi melangkah di antara rak-rak tempat baglog jamur tiram bersusun. Tangannya yang dingin bekerja cepat membereskan segala sesuatu sebelum menutup pintu rumah jamur. Senyum optimis tak pernah lepas dari bibirnya, seperti rasa optimis yang selalu dipupuknya untuk anggota KTH Assamaturu, maupun untuk orang-orang yang belajar budidaya jamur kepadanya.
Wiwi percaya jamur tiram dapat berbuat banyak membantu masyarakat meningkatkan penghasilan, memperbaiki kehidupan, dan membangun secara berkelanjutan.**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H