Hal ini sangat tepat karena bahan-bahan membudidayakan jamur tiram sangat terkait dengan pengelolaan sampah organik maupun anorganik. Bahan baglog (media tanam tempat meletakkan bibit jamur tiram) adalah sampah organik berupa serbuk gergaji hasil limbah gergajian kayu. Plastik pembungkus baglog, bisa menggunakan botol kemasan air mineral 1,5 liter. Dengan memanfaatkan kedua jenis limbah, maka budidaya jamur tiram dapat menjadi salah satu contoh ekonomi sirkular.
Wiwi kemudian diberi tugas mengembangkan Bale Pipissita' atau rumah jamur di area kantor. Pegawai kantor  maupun warga sekitar kini tak sulit lagi mendapatkan jamur tiram segar, karena dipanen di lokasi yang sangat dekat. Walaupun semakin banyak kewajiban di antara tugas-tugas utama kantor dan tugas domestik rumah tangga yang harus dilakukan, Wiwi tetap menjalani dengan semangat dan berusaha berbagi tugas dengan sang suami secara proporsional.
Mengembangkan budidaya jamur tiram dalam konsep pemberdayaan masyarakat sekitar hutan
Tak berhenti hanya mengembangkan budidaya jamur di rumah dan di kantor, pada tahun 2024 Wiwi kembali mendapatkan tantangan baru dari bosnya. Ia harus mengelola KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Borisallo, sebuah kawasan hutan di Kabupaten Gowa.
KHDTK Borisallo merupakan kawasan hutan yang sudah terokupasi oleh masyarakat sekitar. Banyak masyarakat masuk kawasan dan melakukan kegiatan agroforestri di dalam KHDTK. Masuknya masyarakat ke dalam kawasan hutan harus diawasi agar tidak menimbulkan kerusakan hutan, misalnya menebang pohon atau mendirikan bangunan.
Sesuai dengan paradigma pembangunan kehutanan yang semakin berpihak kepada masyarakat sekitar hutan, solusi dari masifnya masyarakat dalam kawasan hutan tidak harus diatasi dengan tindakan represif. Jalan keluar yang sekarang banyak ditempuh adalah dengan melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat diberikan keterampilan, sehingga ada kegiatan yang dilakukan dan memberi tambahan penghasilan sehingga masyarakat tidak lagi beraktivitas di dalam kawasan hutan.
Dengan konsep pemberdayaan, beberapa kegiatan diperkenalkan kepada masyarakat di sekitar KHDTK Borisallo yang tergabung dalam satu Kelompok Tani Hutan (KTH) Assamaturu. Salah satu kegiatan tersebut adalah budidaya jamur tiram.
Dengan keahliannya dan keramahannya, Wiwi mendekati dan berusaha merangkul anggota KTH Assamaturu untuk membudidayakan jamur tiram. Tak dinyana sambutan anggota KTH terutama anggota perempuannya sangat antusias. Mereka mau bekerja keras menyiapkan baglog dan memelihara jamur tiram hingga membuahkan hasil.
Wiwi tak lupa berbagi dan memberikan inspirasi, bahwa jamur tiram bisa diolah menjadi berbagai macam olahan menu makanan. Anggota KTH pun tertarik dan mulai mencoba membuat jamur crispy. Hasil panen jamur dipromosikan di media sosial yang dibuat oleh anggota KTH, sehingga dapat lebih terkenal.
Semua hasil penjualan jamur tiram akan dikelola oleh KTH Assamaturu. Ada sebagian yang masuk kas kelompok, ada yang digunakan kembali sebagai modal, dan ada yang dibagikan kepada anggota sesuai dengan kontribusinya dalam ikut serta membudidayakan dan merawat jamur tiram.
Perempuan, Pembangunan Berkelanjutan dan Oxfam