"Iya, Ma. Mengapa kalau membaca novel itu bisa cepat. Tapi kalau baca non fiksi lama sekali. Novelnya mama itu sempat Nina baca-baca, eeh tahu-tahu sudah banyak halamannya."
"Iya padahal novel tersebut banyak narasinya, ya?"
"Iya, gaya bertuturnya kayak novel lama ya, Ma?"
"Sebenarnya memang itu serial lama, tapi untuk novel yang mama baca itu adalah serial terakhir yang baru-baru saja ditulis oleh pengarangnya," saya menjelaskan tentang novel karya S.Mara.GD yang saya baca.
"Penulisnya ini seangkatan sama Marga T dan Mira W, cuma Marga T dan Mira W spesialis novel romance yang tokohnya dokter-dokter. Tahu nggak, Marga T sama Mira W?" tanya saya.
Nina menggeleng. Hmm, memang beda generasi. Nina setahu saya senang membaca serial buminya Tere Liye, serial horornya Risa Saraswati, novel-novelnya Ziggy, buku-buku motivasi dan pengembangan pribadi.
Kami pun ngobrol lagi tentang buku, penulis, film, dan drakor.
Setelah makan dan membeli camilan untuk kedua adiknya di rumah, kami kembali ke tempat servis hape.
Nina bilang, "sudah lama sekali kita nggak jalan berdua seperti ini ya, Ma? Terakhir waktu Nina SMP. Waktu itu kita nonton Wedding Agreement di bioskop, mama ingat, nggak?"
"Ingat, dong."
Ternyata sudah lama sekali memang. Dan 'kencan' kami saat itu menyadarkan saya bahwa Nina dan saya juga, sangat menikmati saat-saat kami jalan berdua seperti itu. Rasanya itulah arti sebenar-benarnya quality time di mana seorang anak dapat bercerita tentang apa saja pada orang tuanya, tanpa berebut waktu dan perhatian dengan saudaranya yang lain. Kebutuhannya akan perhatian yang utuh terpenuhi.