Selasa, 16 April 2024, adalah hari pertama masuk kantor setelah libur dan cuti bersama terkait hari raya Idul Fitri. Biasanya di hari pertama seperti ini, kegiatan belum berjalan efektif. Semua akan sibuk bersalam-salaman sambil bermaaf-maafan, minimal 1-2 jam pertama.Â
Lho, kok lama sekali? Nah akan saya bagikan kisah hari pertama ngantor setelah lebaran yang sudah menjadi tradisi di kantor kami. Simak ya, teman...
Pagi setiba di kantor, seperti biasa saya lalu memasuki gedung kantor. Tapi ada yang sedikit berbeda kali ini. Sebab, secara otomatis setiap bertemu teman kantor, saya mengulurkan tangan mengajak bersalaman mohon maaf lahir batin.Â
Semua yang saya salami terlihat ceria full senyum. Alhamdulillah berarti sudah puas liburan dan siap bekerja serius kembali.
Tak lama setelah saya duduk di kursi, serombongan bapak-bapak masuk ruangan untuk bersalam-salaman. Ini kaum bapak yang tidak bersalaman dengan perempuan, jadi dari jauh mereka sudah mengatupkan tangan, sehingga kita tidak harus kecele mengulurkan tangan.
Karena nuansa masih lebaran, rasanya belum afdhol kalau belum bersalam-salaman ke seluruh penghuni kantor. Saya dan beberapa pegawai perempuan (ibu-ibu) pun bersama-sama memutuskan keluar ruangan dan memasuki ruangan lain satu per satu. Kemudian kami juga beralih ke gedung sebelah, tempat bos berkantor (gedung kantor kami ada dua).
Di gedung sebelah yang biasa kami sebut gedung hijau (kalau ruangan saya terletak di gedung merah), kami juga bersalam-salaman dengan pak bos, yang kebetulan sedang ngobrol dengan beberapa staf di lobby. Â Ada sekitar 9 ibu-ibu dari gedung merah, yang ikut keliling.Â
Kebetulan ada langsat satu ember di atas meja lobby, yang langsung menjadi sasaran ibu-ibu untuk diserbu. Kue-kue di ruang persuratan tak luput untuk dicemilin.Â
Yah, walaupun ini di kantor, tapi suasana lebaran masih sangat terasa, diperkuat oleh jajaran stoples kue kering di ruang persuratan maupun ruangan yang lain. Ini sungguh seperti kantor rasa keluarga.
Sepulang dari gedung hijau, langkah kami tidak terhenti. Masih ada sasaran lain yaitu rumah-rumah dinas di belakang gedung merah. Di sana ada sekitar 8 rumah yang ditinggali oleh  pegawai maupun tenaga kontrak di kantor kami. Ke sanalah kami berkunjung bersalam-salaman di setiap rumah.Â
Tentu yang menemui kami bukan teman kantor yang tinggal di sana, karena mereka sedang berada di kantor. Yang menemui kami adalah para istri pegawai alias ibu-ibu Dharma Wanita (DW). Memang hubungan antara ibu-ibu DW dan pegawai perempuan di kantor kami sangat erat. Itu disebabkan ibu ketua DW selalu mengajak pegawai perempuan untuk ikut aktif di pertemuan DW secara rutin.
Tidak di setiap rumah kami berhenti, hanya empat rumah saja yang memang sudah siap dan mempersilakan kami masuk untuk mencicipi kue lebaran dan minum sirup/teh kotak. Hmm, entah berapa kalori lagi yang masuk ke perut. Kalau saya sih lagi puasa, jadi hanya menyimpan teh kotak untuk saya bawa pulang (tetep nggak mau rugi, hehehe, just kidding).
Bukan ibu-ibu kalau nggak heboh. Di rumah salah satu teman, yaitu bu Ari, malah ada yang inspeksi dapur dan akhirnya kami bawa pulang oleh-oleh berupa cabai merah nan ranum. Setiap orang dapat jatah satu kantong kecil.
Di rumah bu Ari ada timbangan badan yang juga selalu menjadi serbuan ibu-ibu yang saling membandingkan berat. Lebaran tahun lalu, acara timbang badan ini menghasilkan tim 60. Alias ibu-ibu yang bobotnya mencapai 60 kilogram termasuk saya, haduh.Â
Acara penimbangan posyandu, eh penimbangan ibu-ibu kali ini membuat saya deg-degan karena hasil nimbang di rumah pun ajegnya sudah 63 kilogram. Setelah ibu-ibu nimbang, saya juga ikutan dan betul dugaan saya.Â
Saya menjadi juara dengan bobot 63,55 kilogram. Anggota tim 60 lainnya, satu bertahan di angka 60 dan satunya lagi hampir menyaingi saya di angka 63,20.
Hahahah...bahagia kami receh. Hanya sekadar menertawakan diri sendiri yang tak kuasa menahan godaan nastar, lalu menggendut secara natural. Untung saya puasa waktu itu. Andai tidak puasa, pasti saya juga cemal-cemil dan mungkin angka di timbangan bu Ari langsung nembus 64 kilogram kalau saya nimbang.
Akhirnya setelah misi salam-salaman usai, kami pun balik ke ruangan masing-masing dengan menjinjing sebungkus cabai dan teh kotak. Ada juga yang mengantongi kue yang dibungkus tissue. Ayo, bu-ibu, waktunya kita kembali ke laptop!
Nah, bagaimana, seru kan, acara masuk kantor hari pertama setelah libur lebaran di kantor kami? Acara kunjung-mengunjungi itu sudah beberapa tahun ini selalu kami lakukan. Rasanya seperti mengawali hari dengan senang dan hati yang bersih, yang pada akhirnya akan memperbaiki mood bekerja.
Nah, apa hanya kantor saya yang punya kebiasaan unik ini, atau di kantor Anda juga demikian?
Sekali lagi selamat lebaran, mohon maaf lahir batin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H