Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Frugal Living Butuh Effort Besar

27 Januari 2024   07:05 Diperbarui: 27 Januari 2024   07:26 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Frugal living butuh effort besar (Sumber: pexels/RDNE stock project)

Gaya hidup frugal living atau hidup hemat dan bijaksana dalam pengeluaran, telah menjadi trending akhir-akhir ini. Hal ini sangat baik karena kebutuhan hidup semakin hari semakin bertambah, harga barang-barang naik, sementara gaji masih segitu-gitu saja. Jadi hidup hemat adalah jawaban dari segala permasalahan kebutuhan hidup ini. Bukankah pepatah mengatakan hemat adalah pangkal kaya? Dan siapa sih orangnya yang tidak mau menjadi kaya?

Di sisi lain, godaan untuk hidup boros ada di mana-mana. Nggak jauh-jauh, ada di genggaman kita, alias di hape yang sehari-hari kita pelototin. Godaan sale di online market, penawaran barang-barang di medsos kita - yang qadarullah kok selalu barang yang 'kayaknya' kita butuhkan, kabar dari teman 'eh ada toko/resto baru buka barangnya lucu-lucu murah/makanannya enak-enak, tawaran buku di grup penulis, dan bla bla bla yang masih panjang lagi daftarnya.

Sebentar, sebelum lebih jauh lagi bertutur, sebenarnya contoh-contoh gaya hidup frugal living yang mudah diaplikasikan itu seperti apa sih? Kebetulan saya sudah browsing-browsing artikel dan beberapa di antaranya adalah: membiasakan diri membeli barang di toko bekas/thrift Shop, mengurangi kebiasaan makan di luar, menabung dan investasi, membuat rencana pengeluaran, memanfaatkan diskon/bebas ongkir, bijak memilih transportasi, dan menghindari utang.

Salah satu contoh tersebut yaitu mengurangi makan di luar, kalau kasus saya harus ditambah mengurangi pesan go food. Tentunya jalan keluar yang harus ditempuh adalah rajin masak sendiri.

Suatu saat saya hendak menerapkan frugal living dengan membawa bekal dari rumah untuk makan siang di kantor. Teman yang biasanya menemani saya makan di kantin, tertawa dan heran melihat saya bawa bekal.

Tertawanya bukan melecehkan, tapi memang beralasan karena saya termasuk orang yang malas masak. Acara bawa bekal nyatanya hanya bertahan hitungan hari. Lalu di saat pulang kantor badan terasa lelah, saya akan leyeh-leyeh dan waktu merambat menuju malam. Mau masak lagi sudah tidak keburu, akhirnya berseru, "Anak-anak mau makan apa buat makan malam? Mama mau go food!"

Astaga, godaannya seberat itu, Ferguso.

Itulah makanya saya tulis pada judul artikel bahwa frugal living itu butuh effort besar. Ya khususnya buat saya.

Memang benar kata para ahli bahwa untuk berfrugal living, kita butuh perencanaan.

Saya butuh merencanakan pemenuhan kebutuhan makan diri sendiri dan keluarga agar tidak terlalu boros. Berikut beberapa catatan yang coba saya buat untuk membantu saya, moga-moga bermanfaat juga buat pembaca yang punya tabiat mirip saya, agak-agak malas masak, hehe.

1. Menyiapkan makanan untuk sarapan dan bekal makan siang sejak malam harinya.

Jika saya bangun kesiangan, segala urusan amburadul dan bisa diduga di meja makan hanya tersedia telur ceplok untuk sarapan dan bekal makan siang anak. Saya mungkin malah tidak sempat sarapan dan akhirnya membeli macam-macam di kantin kantor.

Jadi, malam hari saya harus sudah punya planning akan masak apa buat sarapan dan memastikan bahannya ada di kulkas. Kalau perlu semua bahan disiapkan, seperti bawang yang sudah dikupas, sayuran sudah dipotong, dan lain-lain. Saya juga harus tidur malam cukup, agar dapat bangun lebih cepat dan tidak mengantuk sehingga siap masak dengan gesit di pagi hari.

Kalaupun saya harus makan siang di kantin, saya harus memilih porsi sederhana. Murah meriah sehat.

2. Mengupayakan disiplin memeriksa kulkas sepulang kantor

Kalau keburu rebahan sepulang kantor, dunia akan terlihat baik-baik saja dalam sebuah comedy romance (maksudnya kemungkinan saya akan tenggelam dalam drama korea yang saya tonton sambil rebahan), jadi saya harus buka kulkas mengeluarkan beberapa bahan untuk diolah. Baru kemudian istirahat sebentar dan harus masak untuk hidangan makan malam.

3. Memilih menu yang tepat jika harus makan di luar

Makan di luar dalam keluarga saya adalah sebuah keharusan, walau tentu frekuensinya kami sesuaikan dengan kondisi keuangan. Makan di luar adalah salah satu upaya membina keakraban keluarga. Memilih restoran dan menu yang tepat dapat membantu agar kita tidak boros-boros amat. Harus dipastikan bahwa semua makanan yang dipesan habis dimakan dan kalau ada lebihnya bisa dibungkus untuk dimakan di rumah. Bisa juga pakai metode 4 menu untuk 5 orang, sehingga makannya bisa sharing.

4. Belanja mingguan bahan-bahan makanan

Dengan belanja kebutuhan makanan seminggu, maka selalu ada bahan di kulkas untuk dimasak. Mungkin saya harus memberikan punishment pada diri sendiri jika ada bahan di kulkas yang terbuang gara-gara kelamaan tidak saya olah sehingga membusuk. Disiplin memang butuh punishment, masak maunya reward aja.

5. Hidup sehat dengan makanan sehat

Makanan yang kita makan bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh. Itulah mengapa makan tidak boleh sembarangan karena makan tanpa kontrol justru akan membuat kita terserang beberapa macam penyakit. Satu sudah jelas, akan overweight atau obesitas. Kalau kita sakit, maka akan bertambahlah pengeluaran kita untuk biaya rumah sakit. Gagal lagi berfrugal living. Oleh sebab itu dari sekarang, makan yang sehat diimbangi olah raga yang cukup. Dengan tubuh dan pikiran yang sehat, insyaAllah akan siap menjalani frugal living dengan gembira.

Demikian celoteh saya tentang frugal living yang sangat menantang ini. Bagaimana dengan Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun