"Boleh, Nggak? Boleh, Nggak?" tanya Aira dengan nada mendesak.
Kedua orang tuanya berpandangan.
"Boleh ya? Ya? Ya?" gadis 17 tahun itu terus bertanya demi mendapatkan anggukan kepala orang tuanya.
"Acaranya apa saja?" tanya mama Aira untuk kesekian kalinya.
"Cuma makan-makan dan karaokean keluarga di rumah neneknya Ziska. Bahkan kalau Aira nggak mau nyanyi juga nggak dipaksa, kok. Nanti Aira, Ziska, dan Reni bermalam di rumah nenek Ziska. Banyak kamar kosong, karena rumah nenek Ziska itu kos-kosan."
"Reni diizinin orang tuanya?" tanya mama Aira lagi.
"Iya, diizinin karena rumahnya kosong. Orang tuanya pergi acara keluarga besar ngelamarin sepupunya. Jadi justru berterima kasih karena Reni ada yang nampung. Reni bahkan sudah bermalam kemarin di rumah Ziska."
"Ada siapa saja di rumah nenek Ziska? Tidak ada anak nakalnya, kan?" tanya papa Aira.
"Mana mungkin. Kakek Ziska dulu tentara, masak iya biarin cucu-cucunya nakal? Ini cuma saudara-saudara Ziska saja yang ngumpul. Om dan tantenya juga."
"Memangnya nggak mengganggu kalau gabung sama mereka di acara keluarga gitu, Nak?" tanya mama Aira.