Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cara Merayakan Tahun Baru Setiap Keluarga Tidak Sama, Hargai Jangan Dikecam

13 Januari 2024   05:45 Diperbarui: 13 Januari 2024   05:53 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kehangatan Malam Tahun Baru Keluarga Besar Kami (Sumber: koleksi pribadi kak Dodo)

Bagaimana cara merayakan tahun baru di keluarga Anda? Mungkin Anda tidak merayakan tahun baru masehi dan hanya merayakan tahun baru Islam?

Atau Anda tim tahun baru seru-seruan dengan terompet dan petasan?

Tahun baru di masa kecil saya identik dengan kuaci, minuman soda, mie panjang umur, dan tentu terompet.

Itulah yang saya ingat. Entah bagaimana mulanya, keluarga saya suka sekali merayakan tahun baru.

Sebenarnya biasa saja hanya acara di rumah, nonton televisi dan meniup terompet tiga kali mulai WIT, WITA dan WIB bergiliran mencapai pukul 12 malam.

Entah siapa yang mengawali kebiasaan makan kuaci.  Yang jelas itu efektif menemani kantuk sebelum jam 00.00 tepat. Setelah jam dua belas ya sudah, selesai. Tidur.

Lambat laun ketika kami sudah besar, tradisi itu kadang dilakukan, kadang tidak. Tapi lebih sering iya karena mama saya dulu suka masak.

Mie panjang umur adalah salah satu hidangan andalan tutup tahun. Konon yang makan mie tanpa terputus di malam tahun baru, akan panjang umur.

Setelah saya menikah dan membentuk keluarga sendiri, tidak ada lagi perayaan tahun baru di keluarga saya. Suami beda aliran dan saya juga malas masak-masak sehingga malam tahun baru lebih enak tidur cepat.

Kini kedua orang tua saya sudah sepuh dan tinggal di Kota Malang. Di rumah ada kakak dan suaminya yang menjaga. Juga kakak laki-laki saya. Dua kakak lainnya juga tinggal di Kota Malang walau tidak satu rumah.

Kedua orang tua saya terutama papa saya sangat menghargai jika anak-anaknya ngumpul. Dan ada dua momen berkumpul yang papa suka yaitu tahun baru dan lebaran.

Foto lima bersaudara, Pak Rete di tengah (Sumber: koleksi pribadi kak Dodo)
Foto lima bersaudara, Pak Rete di tengah (Sumber: koleksi pribadi kak Dodo)
Kakak-kakak saya yang tinggal di Malang juga mendukung keinginan papa saya sehingga setiap malam tahun baru selalu mengadakan acara.

Acaranya sederhana saja yaitu makan-makan sambil karaokean.  Kedua orang tua saya hobi menyanyi. Pun anak-anaknya. Jadi momen tahun baru dibuat semeriah mungkin untuk membuat kedua orang tua senang.

Dua sejoli di usia senja (Sumber: koleksi pribadi Indah)
Dua sejoli di usia senja (Sumber: koleksi pribadi Indah)
Tidak ada niat mengkhultuskan tahun baru, hanya memanfaatkan momen untuk bisa menghargai setiap pertemuan.

Malam tahun baru 2024 kemarin, saya datang dan lengkaplah kami berlima hadir berusaha membuat kedua orang tua gembira.

Ada satu kakak yang tidak merayakan tahun baru masehi, tapi dia tetap mau masuk di ruangan ketika kami akan berfoto bersama.

Foto berlima plus ortu (Sumber: koleksi pribadi kak Dodo)
Foto berlima plus ortu (Sumber: koleksi pribadi kak Dodo)
Tokoh paling semarak di malam tahun baru ini adalah kakak laki-laki saya yang sering dipanggil dengan Pak Rete. Dulu dia Pak RT di lingkungan rumahnya. Walau sekarang jabatannya naik jadi ketua LKMD, tapi panggilan Pak Rete tetap melekat.

Nah, Pak Rete yang biasanya cool gag mau nyanyi, entah kenapa tidak mau lepas mic di malam tahun baru. Dia nyanyi lagu-lagu tahun 80an seperti Madu dan Racun, Mungkinkah, Ini Rindu, dan lain-lain.

Joged bersama Pak Rete (Sumber: koleksi pribadi kak Dodo)
Joged bersama Pak Rete (Sumber: koleksi pribadi kak Dodo)
Untuk kedua orang tua saya tentu dicarikan lagu-lagu tembang kenangan tahun 60-70an seperti Widuri, Sepanjang Jalan Kenangan, dan lain-lain.

Kali ini generasi genzy alias anak-anak hanya anak-anak pak Rete yang hadir. Biasanya kalau generasi ketiga ngumpul juga ada alunan lagu-lagu k-pop memeriahkan suasana.

Pak Rete juga sempat menyanyikan Sepanjang Jalan Kenangan lalu menyampaikan kenangannya terhadap lagu itu.

"Tahu nggak, dulu papa waktu mau tugas ke Timor-Timur, diantar mama, sepanjang jalan dari rumah dinas menuju tempat berkumpul, mereka bergandeng tangan menyanyikan lagu ini."

"Wow, romantis banget!" seru saya yang baru tahu. Papa saya dulu memang seorang TNI-AD yang pernah bertugas ke Timor-Timur saat saya masih bayi di tahun 1976.

Kakak-kakak yang lain juga baru tahu kisah itu. Sayangnya setelah dikroscek ke kedua orang tua saya, mereka bilang sudah lupa, hahaha...

Tapi saya sendiri percaya ingatan Pak Rete benar. Kakak sulung saya juga sering cerita kalau kedua orang tua saya saat jadi pasangan muda, adalah pasangan yang gaul pada zamannya.

Mama saya menyanyi dengan kakak sulung (Sumber: koleksi pribadi Indah)
Mama saya menyanyi dengan kakak sulung (Sumber: koleksi pribadi Indah)
Begitulah, malam makin larut di dalam kehangatan malam tahun baru kami. Apalagi ada soto kambing, mie goreng, cap cay, ayam dan bebek goreng, macaroni schootel, dan es soda gembira menyemarakkan suasana.

Saya menyanyi dengan kedua ortu, hanya laptop kecil dan sound alatnya (Sumber: koleksi pribadi kak Dodo)
Saya menyanyi dengan kedua ortu, hanya laptop kecil dan sound alatnya (Sumber: koleksi pribadi kak Dodo)
Perut kenyang dan hati hangat dalam keceriaan malam bersama saudara-saudara dan orang tua, mirip masa kecil dulu ketika kami masih selalu bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun