Hari ini 25 November 2023 merupakan Hari Guru Nasional. Dari lubuk hati terdalam saya ucapkan penghargaan setinggi-tingginya untuk para guru, tanpa mereka ... kita tidak akan menjadi apa-apa.
Dalam perjalanan kehidupan di bangku sekolah, tentunya banyak guru yang menginspirasi saya walaupun sebenarnya saya bukan siswa yang suka dekat-dekat guru. Pengalaman mengajarkan dekat dengan guru itu kadang blunder juga, apalagi kalau ada teman yang julid. Bilang anak emas lah, gurunya pilih kasih lah, atau murid penjilat lah.
Percayalah, ada murid yang julid seperti itu. Mungkin di zaman sekarang tidak ada lagi, karena adanya di zaman saya dulu dan mungkin anaknya sekarang sudah tua dan sudah insyaf, hehe.
Ada guru saya di masa lalu, tepatnya di bangku SMP, yang sampai sekarang masih saya ingat karena beliau sangat mempercayai kemampuan saya. Beliau adalah wali kelas saya di kelas 3, namun sejak kelas 2 sudah kenal, karena beliau guru mata pelajaran Bahasa Inggris. Dulu saya pintar Bahasa Inggris, jadi otomatis Pak Guru perhatian pada saya dan pada Andi, salah satu murid di kelas yang sama.
Suatu saat kami ulangan Bahasa Inggris dan pak guru berkeliling sambil melihat-lihat siapa yang sudah selesai mengerjakan. Beliau berhenti di dekat Andi yang rupanya sudah selesai. Kertas ulangan Andi diminta oleh pak guru dan dinilai saat itu juga. Setelah menilai, dengan provokatif, pak guru menunjukkan kertas ulangan Andi dengan nilai 100 yang dituliskan besar-besar. Wow ... semua bergumam namun makin mengerutkan alis karena tidak bisa mengerjakan.
Saya melanjutkan mengerjakan ulangan ketika pak guru berjalan ke arah saya.Waduh jangan-jangan dia mau menilai ulangan saya juga seperti yang dilakukannya pada Andi.Â
Benar juga, ia bertanya apakah saya sudah selesai. Saya menunjukkan nomor di mana saya kesulitan. Tak dinyana beliau memberikan clue jawaban. Setelah itu saya bisa menyelesaikan semua soal.Â
Seperti yang dilakukannya pada Andi, pak guru langsung mencoret-coret kertas ulangan saya dan membubuhkan angka 100 di sana. Wow, padahal tadi ada kemungkinan saya hanya dapat 90 kalau beliau tidak memberi clue. Wajar ya, saya dibilang anak emas dan pak guru dibilang pilih kasih, hahaha.
Kelas 3 saya jumpa lagi dengan beliau baik sebagai guru Bahasa Inggris dan juga sebagai wali kelas. Tentu saja lebih banyak interaksi dengan beliau. Di kelas 3 inilah salah seorang teman julid saya bilang di depan saya langsung bahwa saya penjilat. Saya hanya bengong karena saya merasa tidak pernah mengeluarkan effort keras sampai harus menjilat agar pak guru sayang pada saya.
Untungnya di momen awkward seperti itu, ada teman yang membela saya.