"Serius."
"Beri aku waktu untuk berpikir," ucap Marisa pelan. Paling tidak, beri waktu untuk meredakan debar di jantungku, batin Marisa. Mereka berdua diam. Berdiri bersisian, memandang langit senja yang semakin memerah.Â
Saka berdiri di kejauhan, menatap kedua sahabatnya dari belakang. Sepertinya ia terlambat. Ia selalu terlambat dibandingkan Pandu. Ia menggigit bibir, tertunduk merasa kalah.Â
Sejak saat itu, senja tak lagi sama untuk ketiganya.**
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!