"Kira-kira berapa jam lagi kita akan sampai di sana?" tanya Marisa pada Pandu, yang duduk di bangku sopir.
"Satu atau dua jam lagi," sahut Pandu masih fokus pada jalanan yang lurus.
Marisa beralih pada Saka yang duduk di samping Pandu. Lelaki itu dalam posisi duduk dan kepala bersandar di kaca jendela.
"Kenapa duduk di depan kalau hanya tidur sepanjang perjalanan...," gumam Marisa.
"Aku dengar itu," ucap Saka.
"Kukira tidur," balas Marisa. "Satu jam lagi kita sampai. Mungkin kita bisa duduk-duduk di tepi pantai menikmati senja sebelum cari penginapan."
"Kamu anak senja?" tanya Saka.
"Hah? Bukan, aku bukan anak senja," sahut Marisa. "Aku suka warna langit pada waktu senja, tapi hanya itu saja. Aku tidak pernah membuat senja menjadi hal yang khusus, sehingga aku harus mengkultuskannya. Senja bagiku, biasa-biasa saja. Seperti halnya pagi, siang, malam."
Kedua temannya hanya mendengarkan, tanpa berkomentar. Atau sebenarnya mereka tidak mendengarkan? Entahlah. Laki-laki biasanya tidak suka kalau mendengar perempuan meracau.
Marisa kembali merebahkan tubuhnya di jok tengah. "Bangunkan aku kalau ada tempat bagus untuk foto, ya?"