Pagi ini saya dan suami serta dua anak kami, salat iduladha di lapangan di kompleks perumahan tempat kami tinggal, Bumi Permata Sudiang.
Pagi ini tumben tak seperti salat ied kemarin-kemarin, kami tiba di lokasi masih pagi. Lapangan baru terisi 1 saf.
Jadinya saya dan Amel putri bungsu saya, dapat tempat salat di saf terdepan akhwat. Kamipun segera menyiapkan tempat, lalu duduk menunggu sampai lapangan mulai terisi penuh dan panitia mengumumkan akan segera memulai acara ibadah.
Awalnya panitia melaporkan beberapa pengumuman penting seperti saldo infak masjid. Oya, walaupun kami salat di lapangan, penyelenggara salat kami ini adalah masjid Babussalam, yang lokasinya pas di seberang lapangan.Â
Saldo infak masjid kalau tidak salah Rp210 juta. Pihak masjid masih menerima dengan senang hati jika ada dermawan yang hendak infak, mengingat kondisi masjid yang sedang dalam pengerjaan renovasi.
Pengumuman lain yang tak kalah pentingnya adalah warga perumahan secara keseluruhan telah berpartisipasi membeli sapi dan kambing untuk kurban. Total hewan kurban di Bumi Permata Sudiang mencapau 77 ekor sapi dan 19 kambing. Jumlah ini tersebar pada beberapa masjid yang terletak di kompleks dan juga beberapa organisasi.
Setelah pengumuman dari panitia, dibacakan tata tertib salat. Tata tertib ini sangat penting mengingat aturan dalam salat ied berbeda dengan salat pada umumnya. Pada salat ied, dilakukan takbir sebanyak tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua.
Setelah itu dimulailah salat ied yang diimami oleh ustaz Alam Khadafi. Setelah salat, tiba saatnya untuk mendengarkan kutbah.
Secara umum kutbah khatib membicarakan tentang asal mula perintah berkurban. Setelah itu khatib mengaitkan ketakwaan Nabi Ibrahim dengan gambaran pemimpin masa kini dan masa depan.
Khatib yang kali ini diamanatkan pada Prof Dr Nur Bahri Noer, mengungkapkan keprihatinannya karena pemimpin sekarang ini tidak ada yang meneladani kepemimpinan Nabi Ibrahim.