Kamu menjadi saksi ketika diam-diam aku mengetik naskah cerpen di malam hari dan mengirimkannya pada majalah remaja, dan menjadi saksi ketika aku bersorak karena naskah cerpenku dimuat di majalah itu.Â
Mungkin orang mengira aku kesepian karena aku tak punya pacar, tapi aku benar-benar senang karena aku selalu punya geng cewek-cewek tempatku menghabiskan waktu. Kami bisa seharian ngobrol di rumah saja, nonton film, lalu memanggil tukang bakso yang lewat, atau hanya sekadar masak mie instan bareng. Kadang kami mencari waktu kosong untuk menjelajah beberapa spot wisata yang menarik.
Sebagian objek wisata yang kaumiliki, semakin menarik hati karena kujelajahi bersama sahabat-sahabat terdekatku. Kota kesayangan, kamu mengukir banyak memori indah yang selalu kukenang dengan senang.
Dan bila teman-temanku sedang tidak punya waktu untuk menemaniku, aku tak keberatan menyusuri jalan sendiri, mencari buku di gramedia, mojok di perpus kota, atau makan sendirian di sebuah food court tanpa teman. Aku menikmati waktu-waktu di mana aku sendirian, maupun bersama teman.
Aku percaya diri untuk hang out sendirian, karena aku merasa aman bersamamu, kota kesayangan...
Dear Kota Malang yang kusayang,
Ketika tiba saatnya aku untuk meninggalkanmu karena harus bekerja di Ujung Pandang (Makassar), ada dua rasa yang berkecamuk dalam hatiku. Yang pertama berat untuk meninggalkanmu, karena dirimu paket komplit yang membuatku selalu merasa terpenuhi. Kamu benar-benar zona nyaman buatku.Â
Rasa yang kedua adalah rasa penasaran untuk berpetualang melihat daerah baru, untuk menjajal kemandirianku, untuk menunjukkan bahwa aku mampu, dan untuk mengambil langkah besar keluar dari zona nyamanku.
So, I said good bye to you. Tanpa tangis, karena aku tahu aku akan selalu kembali padamu. Dan memang benar, jauh darimu membuat aku selalu merasa rindu. Dan jika tiba masa-masa kepulanganku, aku akan kembali menemui teman-temanku, lalu aku juga selalu mencari waktu sendiri menjelajahimu. Menjelajahi jalan-jalan yang kukenali, makan makanan yang kurindui, menghirup udara yang pernah kuhirup ... walau kini tak sama lagi.
Tak ada lagi dokar dan bemo dan colt ... semua sudah berganti angkot, dan tentu saja kendaraan online. Udara dinginmu pun kini tak lagi menggigit. Bahkan kadang kau sepanas Makassar. Lebih banyak ruko menghiasimu dan juga perumahan.Â
Memang masih ada yang sama. Baksomu masih menggoda selera, tempat-tempat indahmu masih ada bahkan bertambah dan berlomba-lomba mendulang pengunjung wisata, memori indah yang kauukir masih kokoh bersemayam di dalam otak dan relung hatiku.Â