Ramadan bulan suci, bulan penuh kemuliaan. Setiap ibadah dilipatgandakan pahalanya. Setiap perbuatan baik sebaiknya diniatkan untuk ibadah agar lebih manfaat baik buat kita sendiri dan buat orang lain.
Sebagai manusia kita diberikan kemampuan berpikir yang jauh di atas rata-rata makhluk lainnya. Oleh sebab itu, manusia pada dasarnya selalu dapat berkembang, mempelajari sesuatu yang baru, bahkan dapat menguasai beberapa cabang ilmu sekaligus. Nggak percaya? Coba saja mengingat para filsuf zaman dahulu. Pada umumnya kepakaran mereka terdiri dari banyak cabang ilmu pengetahuan.
Untuk mengoptimalkan kodratnya sebagai makhluk paling berilmu di muka bumi, maka sudah menjadi keharusan bagi orang yang sudah paham, bahwa kita harus selalu belajar, meng-upgrade kemampuan, meng-upgrade skill kita. Tak terkecuali di bulan Ramadan yang sebetulnya merupakan waktu yang tepat untuk upgrade skill.
Upgrade skill ini tentu yang positif dan semua hal positif itu baik dilakukan. Jika dilakukan pada bulan Ramadan, tentu kebaikannya akan menjadi berlipat ganda.
Berbicara mengenai upgrade skill di bulan Ramadan, skill apa yang sebaiknya kita upgrade? Menurut saya kita sebaiknya kembali kepada fitrah manusia yang selain adalah khalifah di bumi, namun juga adalah hamba Allah dengan segala tanggungjawabnya menjadi penjunjung tinggi Islam.
Bagaimana mau menjunjung tinggi agama kita, jika kita tidak paham tentang agama kita sendiri? Diajak berdebat dengan orang bakhil, nanti kita tidak bisa membela agama kita kalau kita lemah pengetahuan. Jadi skill yang harus diperbaiki adalah keterampilan dan pengetahuan kita dalam berIslam. Dan ini spektrumnya luas ya, tidak terbatas pada menggali pengetahuan keIslaman saja, namun mulai dari ranah fikih, syariah, muamalah, sejarah, dapat dipilih mana yang sekiranya diri ini masih lemah.
Saya merasa saya masih lemah dalam membaca Al Qur'an. Bagaimana membedakan bacaan huruf-huruf yang nyaris sama, dari mana keluarnya huruf, panjang pendeknya suatu huruf dibacakan, itu semua masih rancu. Jadi saya memilih untuk belajar tahsin. Apakah itu belajar tahsin? Belajar tahsin Al-Qur'an dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar untuk memperbaiki cara membaca Qur'an dengan lebih baik sesuai dengan tajwid dan makhrajnya.Â
Tajwid ialah ilmu yang dipakai untuk mengetahui bagaimana mengucapkan huruf-huruf dalam al-Qur'an, sedangkan makhraj  adalah tempat keluarnya huruf pada waktu huruf tersebut dibunyikan.
Zaman sekarang ilmu bertebaran di mana-mana, demikian juga orang yang kompeten yang bersedia menjadi guru kita. Jarak yang jauh juga bukan lagi menjadi penghalang, karena jika tidak bisa belajar offline, belajar online sudah menjadi sebuah kebiasaan sejak zaman covid melanda.
Sejak sebelum Ramadan, saya memang sudah berencana ingin belajar lagi membaca Al Qur'an dengan benar. Pucuk dicinta ulam tiba, waktu itu salah satu anggota Dharma Wanita di kantor saya membagikan info ada kelas tahsin yang dibuka. Saya pun langsung menghubunginya.
Kelas tahsin yang dimaksud berupa kelas online dan nantinya murid membeli buku pegangan. Buku itu akan menjadi buku acuan pembelajaran dan disampaikan melalui zoom meeting. Ustadzah yang mengampu adalah seorang pegawai wanita dari Taman Nasional Siberut, dekat kota Padang sana.
Allah menggerakkan hati saya untuk mendaftar pada ustadzah tersebut. Ini satu hal lagi yang ingin saya ceritakan. Niat itu kan sudah lama, dan sebetulnya ada dua teman saya yang lain yang sudah memberikan link guru ngaji untuk saya. Ada yang online dan ada yang offline. Tapi saya menunda-nunda untuk menghubungi kedua guru yang direkomendasikan dua kawan saya tersebut.
Qadarullah, ternyata ketika teman Dharma Wanita tiba-tiba share di grup, langsung membuat hati saya terketuk untuk bergabung. Begitulah bagaimana akhirnya saya belajar ngaji lagi.
Awalnya kami dikumpulkan dan diminta membaca satu halaman surat Annisa. Ustadzah ingin mengetahui sampai di mana kemampuan kami masing-masing. Setelah mendengarkan kami, walaupun menurut ustadzah ada yang bacaannya sudah lumayan, namun beliau memutuskan kami semua belajar dari dasar. Dari a-ba-ta-tsa. Buat saya tidak masalah. Kadang kita harus mundur ke belakang, untuk melompat lebih jauh, bukan?
Akhirnya saya belajar lagi seminggu dua kali secara online. Sekarang baru berjalan dua bulan, jadi memang masih baru banget.Â
Di bulan Ramadan ini, pembelajaran tahsin tidak berhenti, hanya berganti jadwal saja. Yang biasanya pukul 19.00 - 21.00 WITA, menjadi 16.00 - 18.00 WITA. Kalau di Padang tentunya ustadzah memulai satu jam lebih awal karena Padang masuk wilayah Indonesia bagian barat.
Demikianlah pengalaman upgrade skill yang bisa saya bagikan. Belajar jangan malu sama umur, ya. Walaupun saya jelita (jelang lima puluh tahun), belajar a-ba-ta-tsa tidak malu-malu. Di kelas juga muridnya beragam ada yang usia dua puluhan, hingga lima puluhan. Kalau ustadzah sepertinya seumuran saya, atau lebih muda 3 - 4 tahun.
Belajar jangan malu sama umur, namun belajarlah selagi kau masih ada umur. Jangan sampai waktu menipu. Dikira masih lama, ternyata tinggal beberapa detik saja. Salam Ramadan. Semangat. Semangat. Semangat.**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H